• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Memberikan pengetahuan, pertimbangan, penjabaran serta penggunaan aplikasi program Microsoft Project Professional 2013 dan Oracle Primavera P6

sehingga dapat memilih dengan tepat software yang akan digunakan ketika terlibat dalam sebuah proyek konstruksi.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat menjadi masukan dan pembelajaran dalam memilih dan menggunakan aplikasi program Microsoft Project Professional 2013 dan Oracle Primavera P6.

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat menjadi masukkan atau refrensi untuk penelitian selanjutnya 1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam pembuatan tugas akhir ini akan dibagi kedalam 5 bagian utama dan daftar pustaka. Adapun deskripsi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut :

Bab. 1 Pendahuluan

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang mengapa perlu dilakukan studi tentang perbandingan program Microsoft Project Professional 2013 dan Oracle Primavera P6 terhadap penjadwalan proyek konstruksi, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan.

Bab. 2 Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai perencanaan, penjadwalan, dan program

Bab. 3 Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan mengenai jenis penelitian, teknik pengumpulan data, tahapan dan prosedur penelitian, serta diagram alir penelitian.

Bab. 4 Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini membahas mengenai hasil dan pembahasan dari data yang telah dianalisis dengan menggunakan model dan teknik pengolahan data yang telah ditentukan.

Bab. 5 Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi mengenai hasil akhir yang didapat setelah dilakukannya penelitian, serta saran memuat mengenai hal-hal yang perlu dilakukan untuk penelitian yang berkaitan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Proyek

Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu “Manajemen” dan “Proyek”.

Manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap sumber – sumber daya terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien (Husen, 2009:2)

Sedangkan proyek adalah gabungan dari sumber - sumber daya seperti manusia, material, peralatan, dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan (Husen, 2009:4)

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpukan beberapa pengertian dari manajemen proyek. Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan kerja (Husen, 2009:4)

Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu – individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program – program yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996:2)

Sedangkan proyek adalah upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan - harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu (Dipohusodo, 1996:9)

Sebuah proyek adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Larson, 2006:3)

Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu (Ervianto, 2005:21)

2.2 Perencanaan Proyek

Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Soeharto, 1997)

Adapun tujuan perencanaan adalah melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan dalam batasan biaya, mutu, dan waktu ditambah dengan terjaminnya faktor keselamatan kerja (Husen, 2009:77).

Dari pengertian diatas menekankan bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang berarti bahwa perencanaan mengalami tahap - tahap pengerjaan tertentu. Adapun proses perencanaan itu sendiri terdiri dari:

1. Penentuan tujuan: sesuatu yang memberikan arah gerak kegiatan yang akan dilakukan.

2. Penentuan sasaran: sasaran adalah titik - titik tertentu yang perlu dicapai bila organisasi tersebut ingin memenuhi tujuannya.

3. Pengkajian posisi awal terhadap tujuan: untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi perencanaan saat awal terhadap sasaran.

4. Pemilihan alternatif: dalam mencapai tujuan dan sasaran terdapat berbagai alternatif, umumnya dipilih alternatif yang terbaik.

5. Penyusunan rangkaian langkah untuk mencapai tujuan: proses ini menetapkan langkah yang terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan.

2.3 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumberdaya baik itu berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk menyelesaikan suatu proyek. Dan jika dilakukan dengan tepat, hal - hal seperi keterlambatan, pembengkakan biaya, dan lain - lain yang dapat menimbulkan kerugian dapat dihindari. Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing - masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek dengan mempertimbangkan keterbatasan – keterbatasan yang ada.

Suatu penjadwalan proyek akan berlangsung sesuai dengan yang telah direncanakan apabila didukung dengan ketersediaan sumberdaya pada lokasi proyek tersebut. Dan tujuan dari proses konstruksi dapat dicapai apabila proses perencanaan dan penjadwalan dapat dilakukan dengan baik, dikarenakan proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian proses dari seluruh aktivitas agar tercapai alokasi sumberdaya yang yang sesuai dengan yang direncanakan.

Adapun manfaat penjadwalan berguna untuk:

a) Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai batas - batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing - masing tugas.

b) Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis dan realistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan waktu.

c) Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.

d) Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan.

e) Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.

f) Merupakan sarana penting dalam pengendalian proyek.

Dalam suatu proyek konstruksi, memiliki berbagai rangkaian macam aktivitas.

Oleh karena itu, perencanaan yang baik sangat dibutuhkan dalam membuat susunan pekerjaan proyek, pengadaan material dan peralatan, serta alokasi tenaga kerja, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik antar kegiatan dan hal - hal lainnya yang dapat menghambat pengerjaan suatu proyek.

Secara umum penjadwalan dapat didefinisikan sebagai suatu tahap identifikasi kegiatan dengan mengurutkan tahapan – tahapan kegiatan untuk dapat menyelesaikan suatu proyek. Dengan demikian perencanaan proyek merupakan suatu keharusan dalam penjadwalan proyek karena tidak mungkin dapat ditentukan suatu susunan pekerjaan ataupun waktu mulai dan selesai pekerjaan jika kegiatan belum teridentifikasi.

Proyek merupakan suatu kegiatan yang kompleks, dikarenakan baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliannya diperlukan perhatian terhadap berbagai faktor seperti biaya, waktu, sumberdaya, keadaan alam, keselamatan, perkembangan pekerjaan, dan banyak hal lainnya.

Dalam pengerjaan suatu proyek terdapat batasan - batasan yang harus dipenuhi karena berpengaruh terhadap sukses atau tidaknya proyek tersebut, yaitu anggaran (cost), waktu (time), dan mutu (quality). Ketiga hal tersebut secara umum dikenal dengan istilah triple constraint dan merupakan parameter penting yang harus diperhatikan dalam pengerjaan suatu proyek. Triple constraint tersebut adalah sebagai berikut:

1) Anggaran/biaya (cost)

Setiap proyek memerlukan biaya untuk dapat dijalankan, diantaranya seperti biaya tenaga kerja, biaya peralatan dan pengadaan material. Oleh karena itu, perkiraan biaya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk memastikan proyek dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, baik biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap periode pelaksanaan maupun biaya total sampai akhir proyek.

2) Waktu (time)

Setiap proyek memiliki batas waktu dalam penyelesaiannya, ada yang memerlukan waktu panjang, ada juga memerlukan waktu pendek. Kegagalan dalam memenuhi batas waktu penyelesaian proyek akan berakibat buruk terhadap instansi penyelenggara, seperti diberi denda akibat keterlambatan, dan penambahan biaya.

Salah satu penyebab umum terjadinya kegagalan dalam memenuhi batas waktu penyelesaian proyek adalah kurangnya sumber daya. Oleh karena itu proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan jadwal yang telah direncakan dan ditunjukkan dalam suatu progres.

3) Mutu (quality)

Hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria mutu yang telah ditentukan dalam kontrak. Tiga batasan tersebut diatas bersifat saling bersangkutan dan saling tarik - menarik. Jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah ditentukan, maka secara umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya jika ingin menekan atau memperkecil biaya, maka biasanya harus memperhatikan jadwal atau waktu dan mutu.

Ada beberapa metode penjadwalan proyek konstruksi yang sering digunakan untuk mengelola waktu dan sumber daya proyek. Masing – masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Pertimbangan penggunaan metode – metode tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan.

Kinerja waktu akan berimplikasi terhadap kinerja biaya, sekaligus kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variabel – variabel yang mempengaruhinya juga harus di monitor, misalnya mutu, keselamatan kerja, ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder yang terlibat. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan koreksi agar proyek tetap pada kondisi yang diinginkan.

2.3.1 Bagan Balok (Gantt chart)

Gantt chart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Taylor pada tahun 1917.

Sampai diperkenalkannya metode ini dianggap belum pernah ada prosedur yang sistematis analitis dalam aspek perencanaan dan pengendalian proyek. Metode ini telah digunakan secara luas dalam proyek konstruksi karena sederhana, mudah dalam pembuatannya dan mudah dimengerti oleh pemakainya.

Gantt chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal. Kolom arah horizontal menunjukkan waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang (Ervianto, 2005:162).

Gantt chart dapat dibuat secara manual atau dengan menggunakan komputer.

Bagan ini tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu tegak lurus X, dicatat pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek, dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu horizontal Y, tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu atau bulan.

2.3.2 Kurva S ( Hannum Curve )

Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang dipresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan proyek.

Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam pengendalian proses pengendalian proyek. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan, misalnya metode Barchart atau

network planning dengan memperbaharui sumberdaya maupun waktu pada masing - masing pekerjaan.

Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing - masing kegiatan pada suatu metode diantara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan/ kegiatan dibagi total anggaran atau berdasarkan volume rencana dari komponen kegiatan terhadap volume total kegiatan.

Secara umum langkah - langkah menyusun kurva S adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembobotan pada setiap item pekerjaan.

2. Bobot item pekerjaan dihitung berdasarkan biaya item pekerjaan dibagi biaya total pekerjaan dikalikan 100%.

3. Setelah bobot masing - masing item dihitung, lalu distribusikan bobot pekerjaan selama durasi masing - masing aktivitas.

4. Setelah itu jumlah bobot dari aktivitas tiap periode waktu tertentu, dijumlahkan secara kumulatif.

5. Angka kumulatif pada setiap periode ini diplot pada sumbu y (koordinat) dalam grafik dan waktu pada sumbu x (absis).

6. Dengan menghubungkan semua titik didapat kurva S.

Pada umumnya kurva S diplot pada barchart, dengan tujuan untuk mempermudah melihat kegiatan – kegiatan yang masuk dalam suatu jangka waktu tertentu pengamatan progress pelaksanaan proyek. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam proses pengendalian jadwal.

Tetapi informasi tersebut tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan,

misal dengan metode bagan balok yang dapat digeser – geser dan network planning dengan memperbaharui sumber daya maupun waktu pada masing – masing kegiatan.

jumlah persentase kumulatif bobot masing – masing kegiatan pada suatu periode diantara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan/ kegiatan dibagi nilai anggaran, karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga lebih mudah untuk menghitungnya.

BARCHART – KURVA S

Gambar 2.1 Contoh penjadwalan proyek metode Barchart - Kurva S

2.3.3 Diagram Vektor

Metode ini biasanya sangat efektif dipakai untuk proyek dengan jumlah kegiatan relatif sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan dengan kegiatan yang berulang seperti pada proyek konstruksi jalan raya, landasan bandar udara, terowongan atau proyek industri manufaktur. Metode ini sangat baik untuk diterapkan pada proyek – proyek tersebut karena menggunakan sumberdaya manusia yang relatif lebih kecil dan variasi keterampilan pada suatu pekerjaan atau kegiatan tidak sebanyak pada proyek yang lain.

Metode ini juga cukup efektif untuk digunakan pada proyek bangunan gedung bertingkat dengan keragaman masing - masing tingkat bangunan yang relatif sama.

Pada proyek yang cukup besar, metode ini membantu memonitor perkembangan beberapa kegiatan tertentu yang berada dalam suatu penjadwalan keseluruhan proyek.

Hal ini dapat dilakukan bila metode ini dikombinasikan dengan metode network, karena metode penjadwalan linear dapat memberikan informasi tentang kemajuan proyek yang tidak dapat ditampilkan oleh metode network.

2.3.4 Metode Jalur Kritis ( Critical Path Method )

CPM (Critical Path Method) merupakan model teknik proyek yang dikembangkan pada tahun 1950-an oleh Morgan R. Walker dari DuPont dan James E.

Kelley, Jr dari Remington Rand. Kelley dan Walker menghubungkan ingatan mereka untuk pengembangan CPM pada tahun 1989. Kelley menujukan istilah Critical Path untuk para pengembang Program Evaluation and Review Technique yang dikembangkan pada waktu yang sama dengan Booz Allen Hamilton dan US Navy.

Sebuah pendahuluan dari apa yang kemudian dikenal sebagai critical path dikembangkan dan dipraktekkan oleh DuPont antara tahun 1940 dan 1943 dan memberikan kontribusi bagi keberhasilan proyek Manhattan. CPM umumnya digunakan dengan segala bentuk proyek, termasuk konstruksi, kedirgantaraan dan perumahanan, pengembangan perangkat lunak, proyek penelitian, pengembangan produk, rekayasa, dan pemeliharaan tanaman. Setiap proyek dengan kegiatan yang

saling tergantung dapat menerapkan metode analisis matematis. Meskipun program CPM dan pendekatannya tidak lagi digunakan, istilah ini umumnya diterapkan pada pendekatan yang digunakan untuk menganalisis diagram proyek jaringan logika.

CPM (Critical Path Method) adalah prosedur yang menggunakan analisis jaringan untuk mengidentifikasi tugas – tugas yang berada di jalur kritis: yaitu di mana setiap keterlambatan dalam penyelesaian tugas – tugas akan memperpanjang skala waktu proyek, kecuali diambil tindakan (Antonio Prensa, 2002)

Critical Path Method atau Critical Path Analysis, adalah algoritma matematis didasarkan untuk penjadwalan serangkaian kegiatan proyek (Jesse Santiago & Desirae Magallon dalam seminar VDC, 2009)

CPM (Critical Path Method) adalah salah satu dari beberapa penggabungan teknik untuk melakukan perencanaan proyek. CPM untuk proyek – proyek yang terdiri dari sejumlah kegiatan individu. Jika beberapa kegiatan memerlukan kegiatan lain untuk menyelesaikan sebelum mereka dapat memulai, maka proyek menjadi kompleks jaringan kegiatan (Samuel L. Baker, 2004)

Jika ditarik kesimpulan dari beberapa definisi di atas, maka yang dimaksud CPM (Critical Path Method) adalah teknik yang digunakan untuk melakukan perencanaan proyek menggunakan algoritma matematis.

CPM (Critical Path Method) merupakan metode jaringan kerja yang digambarkan dengan anak panah yang menghubungkan dua lingkaran atau kotak, yang mewakili dua peristiwa.

Gambar 2.2 Peristiwa Critical Path Method (CPM)

EET/SPA

Saat Paling Awal (Earliest Event Time)

LET/SPL

Saat Paling Lambat (Latest Event Time) Nomer Peristiwa

(Event)

Peristiwa (event) yang terdapat dalam CPM sering digambarkan berbentuk lingkaran atau kotak. EET/SPA (Earliest Event Time) adalah saat paling awal yang mungkin dimulainya suatu aktivitas dan/atau saat paling awal yang mungkin untuk berakhirnya suatu kegiatan. LET/SPL (Latest Event Time) adalah saat paling lambat yang mungkin dimulainya suatu aktivitas dan/ atau saat paling lambat yang mungkin untuk berakhirnya suatu kegiatan.

A B

Gambar 2.3 Hubungan Aktivitas yang Berurutan

Gambar diatas menggambarkan hubungan aktivitas yang berurutan (menurut sistem garis lurus) yang dimana kegiatan B dapat dimulai setelah kegiatan A selesai.

A

C

B

Gambar 2.4 Contoh Peristiwa pada CPM

Bila beberapa aktivitas harus selesai dulu, sebelum aktivitas selanjutnya dapat dimulai, berarti akhir aktivitas – aktivitas tersebut jatuh bersamaan dengan awal aktivitas berikutnya (merge event).

2.3.5 Precedence Diagram Method (PDM)

Menurut Iman Soeharto (1999), PDM (Precedence Diagram Method) adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON. Disini kegiatan dituliskan didalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antara kegiatan – kegiatan yang bersangkutan.

Kegiatan dan peristiwa pada PDM (Precedence Diagram Method) ditulis dalam node yang berbentuk kotak segiempat, didalam PDM kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dengan demikian harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya.

Setiap node mempunyai dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir. Ruangan dalam node dibagi menjadi kompartemen – kompartemen kecil yang berisi keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut.

Beberapa atribut yang sering dicantumkan adalah kurun waktu kegiatan (D), identitas kegiatan (nomor dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES, LS, EF, LF, dan lain – lain).

Didalam kotak node sering dicantumkan kolom kecil sebagai tempat mencantumkan tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom ini akan membantu mempermudah mengamati dan memonitor progress pelaksanaan kegiatan.

Gambar 2.5 Informasi Denah Node PDM

Aktivitas pada PDM digambarkan oleh bujur sangkar. Informasi mengenai aktivitas yang akan dilakukan terdapat didalam bujur sangkar. Pada PDM terdapat 4 hubungan yang sering digunakan

Nomor Urut

1. Early Start (ES) adalah waktu paling awal dari beberapa kegiatan yang berasal dari node tersebut dimulai, karena menurut aturan CPM suatu kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan terdahulunya telah selesai.

2. Late finish (LF) adalah waktu paling lambat yang diperbolehkan bagi suatu peristiwa yang terjadi tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

3. Early finish (EF) adalah waktu selesai paling awal suatu kegiatan, dimana EF adalah ES ditambah dengan durasi.

4. Late Start (LS) adalah waktu paling lambat kegiatan tersebut dapat dimulai tanpa memperlambat penyelesaian proyek secara keseluruhan, dimana LS adalah LF dikurangi dengan durasi dari aktivitas tersebut.

Pada PDM perhitungan yang dilakukan memiliki dua cara yaitu perhitungan ke belakang dan perhitungan kedepan. Perhitungan ke depan dipergunakan untuk menghitung kegiatan yang paling lambat (latest) sedangkan perhitungan ke belakang dipergunakan untuk menghitung kegiatan yang paling cepat (earliest). Sama seperti pada Activity On Arrow, ketika terdapat lebih dari satu panah pada satu aktivitas, pilih nilai yang terbesar pada perhitungan ke belakang, dan pilih nilai yang terkecil pada perhitungan ke depan. Dan waktu penyelesaian paling akhir (Latest Finish) sama dengan waktu penyelesaian paling cepat pada seluruh proyek.

2.3.6 Program Evaluation and Review Technique (PERT)

Program Evaluation and Review Technique (PERT) adalah variasi dari Critical Path Method (CPM) yang memiliki pandangan yang lebih skeptis/realistis mengenai perhitungan waktu yang digunakan dalam setiap tahapan suatu proyek. Dalam penggunaanya PERT memperhitungkan waktu yang terpendek, memperhitungkan waktu normal, dan waktu terlama yang di gunakan jika aktivitas tersebut mengambil waktu yang lebih banyak dari yang telah di perkirakan. PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian - bagian pekerjaan yang ada didalam suatu proyek. Fungsi PERT adalah untuk menentukan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu

proyek PERT pertama kali digunakan pada tahun 1950 dimana U.S Navy’s Special Project Office di tugaskan untuk mengembangkan Polaris - Submarine Weapon System dan The Fleet Ballistic Missile Capability atau dengan kata lain pengembangan system persenjataan bawah air dan pengembangan rudal balistik bagi armada bawah laut mereka. PERT di aplikasikan sebagai alat pengambil keputusan yang di desain untuk menghemat waktu dalam pencampaian hasil akhir dari proyek. PERT juga menarik bagi mereka yang tertarik dengan pengembangan dan penelitian dimana waktu merupkan suatu faktor yang penting dan krusial. Teknik manajemen mengakui ada tiga faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan dari tujuan suatu penelitian dan program pengembangan, ketiga faktor tersebut adalah: waktu, sumber daya, dan

proyek PERT pertama kali digunakan pada tahun 1950 dimana U.S Navy’s Special Project Office di tugaskan untuk mengembangkan Polaris - Submarine Weapon System dan The Fleet Ballistic Missile Capability atau dengan kata lain pengembangan system persenjataan bawah air dan pengembangan rudal balistik bagi armada bawah laut mereka. PERT di aplikasikan sebagai alat pengambil keputusan yang di desain untuk menghemat waktu dalam pencampaian hasil akhir dari proyek. PERT juga menarik bagi mereka yang tertarik dengan pengembangan dan penelitian dimana waktu merupkan suatu faktor yang penting dan krusial. Teknik manajemen mengakui ada tiga faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan dari tujuan suatu penelitian dan program pengembangan, ketiga faktor tersebut adalah: waktu, sumber daya, dan