• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Secara umum, manfaat penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana mengenai konsep keintiman dalam pacaran, secara khusus terkait definisi dan ekspresi keintiman dalam pacaran pada remaja. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan kajian mengenai keintiman dari sudut pandang remaja dalam hubungan pacaran, mengingat selama ini keintiman banyak diteliti dalam konteks hubungan persahabatan maupun pernikahan dengan subjek orang dewasa.

2. Manfaat Praktis

Informasi-informasi mengenai konsep keintiman berpacaran pada remaja putra dan remaja putri dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan upaya-upaya pencegahan dan intervensi terkait masalah-masalah yang timbul dalam pacaran remaja, terutama masalah yang berpotensi untuk timbul karena adanya kesalahan atau kebingungan remaja dalam mengartikan keintiman dalam pacaran. Langkah pencegahan dan intervensi selanjutnya dapat disusun dengan lebih akurat, misalnya dengan mempertimbangkan jenis kelamin dalam penyusunan langkah-langkah tersebut.

15 A. Konsep

1. Pengertian Konsep

Pengetahuan yang dimiliki seseorang pada dasarnya berupa konsep-konsep. Konsep-konsep ini diperoleh individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Konsep-konsep kenudian disusun menjadi suatu prinsip yang dapat digunakan sebagai landasan dalam berpikir Menurut Good (1973), konsep adalah gambaran dari ciri-ciri, yang dengan ciri-ciri itu objek-objek dapat dibeda-bedakan. Yelon et al. (dalam Gagne, 1985), mendefinisikan konsep sebagai elemen umum dari sekelompok objek, peristiwa atau proses. Kuslan dan Stone (1968) juga menambahkan bahwa konsep adalah sifat khas yang diberikan pada sejumlah objek, proses, fenomena, atau peristiwa, yang dapat dikelompokkan berdasarkan sifat khas itu.

Konsep dalam kamus (Alwi, 2001) diartikan sebagai sesuatu yang diterima dalam pikiran, atau suatu gagasan yang umum dan abstrak. Menurut Rosser (dalam Faiq, 2008) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan, yang memiliki atribut yang sama. Konsep merupakan abstraksi berdasarkan pengalaman. Satu individu dengan individu lainnya memiliki pengalaman yang berbeda, maka konsep yang terbentuk pada masing-masing individu mungkin juga tidak sama. Walaupun konsep-konsepnya berbeda, konsep-konsep itu cukup serupa bagi

kita untuk dapat berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan nama atau label konsep. Nama atau label konsep itu adalah suatu simbol yang digunakan untuk menyatakan konsep, yang merupakan abstraksi internal. Dengan kata lain, Wisniewski (dalam Matlin, 2009) mengatakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili sekelompok stimulus. Hal ini senada dengan salah satu dimensi konsep dari Bell (dalam Faiq, 2008) yang menyatakan konsep sebagai suatu konstruk mental dari seseorang yang ditandai oleh satu atau lebih kata yang menyatakan konsep khusus. Selain itu, Bell (dalam Faiq, 2008) juga menyatakan dimensi kedua dari konsep sebagai pengertian yang diterima secara sosial.

Gagne (1985) dan Gagne and Briggs (1974) menyatakan bahwa konsep dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu konsep konkrit dan konsep terdefinisi. Konsep konkrit adalah konsep yang menunjukkan ciri-ciri atau atribut dari suatu objek, dan relatif mudah dikenali atau diamati dengan indra. Contoh konsep konkrit misalnya konsep warna (merah, hijau), bentuk (bulat, datar), sifat (keras, lunak), perilaku dan sebagainya. Konsep terdefinisi adalah konsep yang dapat dikenali (dipahami) melalui definisi, jadi sifatnya abstrak. Contoh konsep terdefinisi misalnya konsep: kecerdasan, kekerabatan,

penduduk, fertilitas, ovulasi, dan sebagainya

Beberapa rumusan konsep yang dikemukakan di atas mengandung makna yang sama, yaitu bahwa konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mengambarkan ciri-ciri umum dari sekelompok objek, proses, peristiwa, atau fenomena lainnya. Konsep juga dapat dikatakan sebagai pengertian yang

diterima secara sosial. Konsep dapat dibedakan menjadi konsep yang konkrit dan konsep yang terdefinisi (abstrak).

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep

Pembentukan konsep dalam sistem kognisi individu dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini :

1. Usia

Usia menjadi faktor berpengaruh dalam pembentukan konsep terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif individu. Daya tangkap dan pola pikir individu semakin matang seiring dengan pertambahan usia. Individu yang semakin dewasa memiliki pola pikir lebih abstrak dan logis, sehingga individu mampu berpikir secara hipotesis, multidimensi dan relatif (Setiono, 2002). Kematangan kemampuan kognitif tersebut memungkinkan individu untuk membentuk persepsi, pengertian maupun konsep yang kompleks dan luas mengenai berbagai hal.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses mengembangkan kemampuan dan kepribadian individu melalui pengajaran di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup (Notoadmodjo, 1993). Pendidikan adalah sarana yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan (pengertian, pendapat, konsep-konsep), sikap dan persepsi serta mengembangkan perilaku atau kebiasaan yang baru (Notoadmodjo, 2007). Tingkat

pendidikan memiliki kaitan erat dengan pembentukan konsep pada individu. Individu dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi dapat mengembangkan konsep-konsep yang lebih mendalam dan menyeluruh terkait berbagai macam fenomena disekitarnya.

3. Lingkungan Sosial Budaya

Lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap pembentukan konsep pada seseorang yang berada pada lingkungan tersebut. Hal ini bisa terjadi karena manusia adalah mahkuk sosial yang senantiasa berinteraksi secara timbal balik dengan lingkungannya, sehingga cara seseorang mengkonseptualisasikan suatu hal sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya dimana ia hidup (Dayaskini & Yuniardi, 2004). Pengaruh lingkungan sosial budaya yang dimaksud meliputi pengaruh dari in-groupnya seperti dari significant others (orang tua, saudara kandung, kerabat) dan teman sebaya, pengaruh out-group (masyarakat, komunitas) maupun pengaruh dari kondisi budaya setempat. Salah satu pengaruh lingkungan budaya yang berdampak cukup signifikan dalam pembentukan konsep adalah berkembangnya stereotipe peran gender dalam masyarakat.

4. Media massa sebagai sumber informasi.

Berbagai bentuk media massa baik cetak (majalah, surat kabar) maupun elektronik (televisi, radio, internet) mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan konsep, opini serta kepercayaan individu

mengenai suatu hal. Media massa dengan tugas pokoknya sebagai sarana untuk meyampaikan informasi membawa pula pesan-pesan yang dapat mengarahkan konsep atau opini individu. Informasi baru mengenai suatu hal yang diperoleh individu dari media massa memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya konsep individu mengenai hal tersebut (Suryoputro, dkk, 2006).

3. Implikasi Konsep Terhadap Perilaku

Konsep-konsep mengenai berbagai hal yang dimiliki individu akan membentuk suatu skema dalam sistem kognisi individu. Skema menurut Barllet, Marcus, Taylor & Crocker (dalam Aranson, et.al., 2004) merupakan struktur mental yang mengorganisasi konsep-konsep individu mengenai dunia sosial dan mempengaruhi informasi yang diperhatikan, dipikirkan dan diingat oleh individu. Skema meliputi berbagai hal yang luas terkait diri kita, orang-orang, peran sosial maupun peristiwa-peristiwa spesifik (Aranson et.al, 2004). Masing-masing individu memiliki skema yang terdiri dari

konsep-konsep dasar dan kesan-kesan yang digunakan untuk mengorganisasi apa yang diketahui individu mengenai dunia sosial dan membantu individu menginterpretasikan situasi-situasi baru. Aranson et.al (2004) berpendapat bahwa skema yang terbentuk dalam diri individu inilah yang pada akhirya mempengaruhi perilaku seseorang. Individu akan berperilaku sesuai skema yang dimilikinya mengenai sesuatu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

konsep berimplikasi terhadap perilaku melalui terbentuknya skema dalam diri individu.

Dokumen terkait