• Tidak ada hasil yang ditemukan

Remaja Secara Umum…

BAB I. PENDAHULUAN

B. Remaja

1. Remaja Secara Umum…

Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan yang harus dilalui oleh seseorang. Istilah remaja itu sendiri merupakan padanan dari istilah

adolecere dalam bahasa Latin yang berarti bertumbuh atau berkembang ke arah kematangan (Sarwono, 2002). Passer & Smith (2007) menyebut masa remaja sebagai masa penyempurnaan perkembangan individu pada tahap-tahap sebelumnya. Masa remaja juga merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti bahwa sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami seperti misalnya tinggi dan berat badan masih terus bertambah, namun sebagian kematangan masa dewasa seperti kematangan fungsi reproduksi dan kematangan kognitif sudah dicapai meskipun belum sempurna. Oleh karena itu, remaja belum dapat dikatakan sebagai manusia dewasa (Papalia & Olds, 2007).

Sullivan (dalam Steinberg, 2002) membagi periode usia remaja yang dialami individu menjadi tiga bagian, yaitu masa pra-remaja, remaja awal dan remaja akhir. Masa pra-remaja berlangsung antara usia 8-10 hingga 12-14 tahun, remaja awal berlangsung antara usia 12-14 hingga 17-18 tahun, dan

remaja akhir berlangsung dalam rentang usia di atas 18 tahun hingga memasuki dewasa awal.

Individu secara umum mengalami berbagai perkembangan pada masa remaja, yaitu meliputi perkembangan-perkembangan sebagai berikut :

a. Perkembangan Fisik

Ketika memasuki masa remaja awal, seseorang mengalami masa pubertas, yaitu suatu masa ketika kematangan fisik dan seksual seseorang meningkat dengan pesat (Berk, 2007, Passer & Smith, 2007). Peningkatan kematangan fisik dan seksual tersebut menyebabkan remaja mengalami perubahan-perubahan dalam tubuhnya. Perubahan pada gadis remaja ditandai oleh kehadiran menstruasi pertama yang kemudian diikuti dengan berkembangnya buah dada, pinggul yang membesar, dan mulai munculnya rambut-rambut halus di ketiak. Perubahan pada remaja putra tampak dari mulai dialaminya mimpi basah, tumbuhnya kumis, munculnya jakun dan suara yang memberat (Baron, 1998; Davis & Palladino, 1997).

b. Perkembangan Sosial

Selain perkembangan fisik, remaja juga mengalami perubahan sosial. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas (Erikson, 1963). Oleh karena itu, remaja mencari identitasnya dengan cara mulai bergaul dengan teman sebaya, baik dengan sesama maupun dengan lawan jenis. Grevig & Zimbardo (2002) mengatakan bahwa teman sebaya memiliki

pengaruh besar terhadap nilai, sikap, dan perilaku remaja. Coleman (dalam Davis & Palladino, 1997) mengemukakan tiga fungsi penting teman sebaya bagi remaja, yaitu :

a. Teman sebaya menyediakan feedback yang dibutuhkan remaja berkaitan dengan perilaku-perilaku mana yang diterima kelompok dan mana yang tidak

b. Teman sebaya mampu berperan sebagai support group ketika remaja menghadapi masalah berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri mereka. Hal ini karena peer groups mengalami pula berbagai perubahan yang dialami remaja dan merasa senasib sepenanggungan.

c. Teman sebaya juga mampu menyediakan solusi bagi remaja dalam menghadapi masalah yang timbul akibat benturan dengan nilai-nilai dan perilaku yang ditanamkan orang dewasa.

c. Perkembangan Emosi

Sejalan dengan perkembangan sosial pada remaja yang menitikberatkan pada adanya perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain, seorang remaja juga mengalami perubahan secara emosi. Interaksi pribadi dengan orang lain pada masa remaja menjadi lebih dekat, lebih pribadi dan lebih emosional (Steinberg, 2002). Dengan kata lain, interaksi dengan orang lain pada masa remaja ini menjadi lebih intim. Remaja terutama menjadi lebih intim dalam menjalin interaksi dengan lawan jenis.

Hal ini ditandai dengan munculnya dorongan untuk mendekati lawan jenis, terutama pada masa pertengahan remaja awal (Grevig & Zimbardo, 2002). Oleh karena itu, pacaran menjadi aktivitas sosial yang penting dan wajar terjadi pada remaja. Gague & Lavaire (dalam Geary, et all, 2006) berpendapat bahwa pada masa pacaran ini, pasangan romantis merupakan figur lekat bagi remaja yang menggantikan figur orang tua.

d. Perkembangan Kognitif

Dalam pandangan Jean Piaget, seseorang yang menginjak masa remaja mulai memasuki tahap operasional formal (Morris & Maisto, 2002). Tahap operasional formal ini merupakan periode terakhir dan tingkat tertinggi dalam perkembangan kognitif yang dimulai sekitar umur 11 atau 12 tahun (Santrock, 2003; Ward & Overton dalam Passer & Smith, 2007). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir yang lebih abstrak, logis, dan idealis dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks (Setiono, 2002). Pemikiran remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret, sehingga mereka mampu membuat hipotesis (Passer & Smith, 2007; Hockenbury & Hockenbury, 2003). Secara lebih terperinci, pemikiran remaja ditandai dengan kemampuan-kemampuan sebagai berikut :

a. Kemampuan berpikir tentang kemungkinan

Remaja memiliki pemikiran yang tidak lagi terbatas pada hal-hal yang riil, namun mulai berkembang ke pemikiran abstrak.

Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. (Santrock, 2003; Steinberg, 2002; Setiono, 2002)

b. Kemampuan berpikir ke depan

Remaja juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dengan pengalaman masa sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. (Setiono, 2002) c. Kemampuan berpikir dalam hipotesis

Remaja mampu berpikir secara logis. Remaja dapat membuat hipotesis untuk memecahkan suatu masalah serta mampu menguji keefektifan pemecahan masalah tersebut. Remaja juga mulai dapat menarik kesimpulan secara sistematik, baik bersifat deduktif maupun induktif (Santrock, 2003; Steinberg, 2002).

d. Kemampuan Metakognisi

Metakognisi merupakan pengetahuan, kesadaran, dan control terhadap proses kognitif yang ada dalam diri individu (Matlin, 2009). Dengan kemampuan metakognisi ini, remaja menjadi lebih introspektif serta lebih menyadari tentang dirinya dan pikiran-pikirannya (Steinberg, 2002).

e. Kemampuan Berpikir Multidimensi

Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak pada remaja terus berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi, yaitu

kemampuan berpikir tidak hanya terbatas pada satu hal saja, tapi menjadi lebih kompleks. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.(Steinberg, 2002; Setiono, 2002)

f. Kemampuan Berpikir Relatif

Remaja cenderung mulai dapat melihat segala sesuatu secara lebih relatif, tidak kaku serta fleksibel, tidak hanya terbatas sebagai hitam atau putih saja. (Steinberg, 2002; Setiono, 2002)

Selain berbagai kemampuan seperti di atas, di sisi lain remaja juga dituntut memenuhi tugas perkembangannya untuk memperoleh informasi, pengetahuan, dan ketrampilan-ketrampilan dari lingkungan sekitarnya (Passer & Smith, 2007). Berkembangnya berbagai kemampuan kognitif remaja serta tugas perkembangan yang melekat padanya membuat remaja mulai tertarik pada hal-hal yang sifatnya non-riil, seperti misalnya mengenai topik-topik seputar hubungan interpersonal, moral, religiusitas, politik maupun filosofi. (Steinberg, 2002). Topik-topik tersebut mengandung hal-hal yang abstrak seperti persahabatan, kejujuran, harapan, keadilan, dan demokrasi maupun isu-isu sosial yang lain.

Dokumen terkait