• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian inidiharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan, serta bermanfaat, memberikan masukan dan pengembangan terhadap pembelajaran BahasaIndonesia khususnya pada pembelajaran keterampilan menyimak berita menggunakan media audio visual.

2. Manfaat Praktis

2) Siswa dapat lebih aktif belajar baik secara kelompok maupun secara mandiri. Serta dapat meningkatkan hubungan sosial sesama temannya sehingga timbul suasana kelas yang menyenangkan untuk belajar.

3) Memberikan motivasi bagi siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar.

b. Bagi Guru

Sebagai masukan kepada guru untuk memanfaatka atau menggunakan media yang tepat guna dalam peningkatan proses pembelajaran didalam kelas dan dapat menciptakan belajar mengajar yang menarik.

c. Bagi Sekolah

Sebagai referensi bagi sekolah tentang pentingnya media pembelajaran. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi sekolah agar menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran yang berperan sangat penting dalam proses kegiatan pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

1) Menambah wawasan bagi peneliti untuk menciptakan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan menyimak yang mudah dipahami serta menarik dan menyenangkan.

2) Menambah wawasan mengenai penggunaan media audio visual sebagai media dalam pembelajaran menyimak berita.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang peningkatan keterampilan menyimak khususnya menyimak berita telah dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Namun, dari penelitian yang sudah ada perlu adanya penelitian lanjutan untuk melengkapi penelitian-penelitian tersebut dengan satu tujuan yang sama yaitu peningkatan keterampilan menyimak pada siswa, khususnya menyimak berita. Penelitian tentang menyimak berita telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu penelitian tentang menyimak berita yang dijadikan kajian pustaka dalam penelitian ini.

Penelitian yang berhubungan dengan menyimak pernah dilakukan oleh Mirzha Ghulam Ahmad (2014) dengan skripsinya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menyimak dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Media Informasi Teknologi (laptop) Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Anggeraja Kabupaten Enrekang”.Penelitian yang dilakukan oleh Mirzha Ghulam Ahmad

menjelaskan bahwa menyimak cuplikan novel dengan menggunakan media I.T (laptop) pada siswa kelasVIII SMP Negeri Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam 10

menyimak novel. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan Mirzha memiliki persamaan dan perbandingan yaitu menggunakan media dalam upaya peningkatan keterampilan menyimak siswa yang menjadi perbedaan pada penelitian ini adalah jenis media yang digunakan dalam penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mirzha berupa laptop dan lebih fokus pada menyimak cuplikan novel sedangkan penelitian ini menggunakan media audio visual berupa video rekaman pembacaan berita dan lebih fokus pada menyimak berita.

Penelitian yang berhubungan dengan peningkatan menyimak juga pernah dilakukan oleh Rahmawati (2014) dengan skripsinya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Berita dengan Menggunakan Metode Diskusi Buzz Group pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pattalassang Kabupaten Gowa”. Penelitian yang

dilakukan oleh Rahmawati terdapat persamaan dengan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tentang peningkatan menyimak berita dalam hal menemukan pokok-pokok berita perbedaannya terdapat pada media dan metode yang digunakan, penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2014) menggunakan metode tanpa menerapkan media sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti menerapkan media tanpa menggunakan metode. Penelitian ini menggunakan media audio visual dalam pembelajaran menyimak berita.

Penelitian yang berhubungan dengan peningkatan menyimak juga pernah dilalukan oleh Marfudin (2016) dengan skripsinya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Berita dengan

Menggunakan Metode Pictorial Ridder Pada Siswa Kelas VIII5 SMPN 1 Palangga Kabupaten Gowa. Penelitian yang dilakukan oleh Marfudin terdapat persamaan dengan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tentang peningkatan menyimak berita dalam hal menemukan pokok – pokok berita perbedaannya terdapat pada penerapan media dan metode yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Marfudin (2016) menggunakan metode pictorial ridder untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa, sedangkan yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan media audio visual upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa.

Berdasakan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Menggunakan Media Audio Visual (Video Rekaman) Siswa Kelas VIII4SMP Negeri 26 Makassar.

2. Keterampilan Menyimak a. Pengertian Menyimak

Defenisi menyimak secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yng mencakup kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang

terkandung di dalamnya.Ada beberapa bahasan tentang pengertian menyimak yang dikemukakan oleh parah ahli, antara lain:

Alwi (2003: 244) mengemukakan bahwa menyimak adalah mendengarkan (memperhatikan) baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan telinga.

Sadar atau tidak, kalau ada bunyi, alat pendengar kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi yang hadir ditelinga itu mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak.

Achin, dkk. (1985: 12) menyimak adalah suatu proses kognitif, mulai dari proses identifikasi tingkat fonologis, morfonologis, sintaksis dan semantis sampai dengan keterlibatan aktif alat panca indra khususnya alat pendengaran. Tarigan menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa menyimak merupakan kegiatan mendengarkan, memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan oleh orang lain atau menangkap dan memahami makna dari apa yang didengar tanpa harus menerjemahkan kata demi

b. Tujuan Menyimak

Hunt (dalam Tarigan 2015: 59) menyatakan bahwa tujuan menyimak, antara lain:

a) Agar memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara dengan kata lain, menyimak untuk belajar.

b) Seseorang menyimak karena penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diajukan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan, singkatnya, orang tersebut menyimak karena keindahan audial.

c) Seseorang menyimak dengan maksud agar dapat menilai sesuatu yang disimaknya, singkatnya menyimak untuk mengevaluasi.

d) Menyimak dengan maksud mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaan-perasaannya dengan orang lain dengan lancar dan tepat.

e) Menyimak dengan tujuan agar dapat memecahkan masalah-masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara mungkin saja seseorang dapat menemukan banyak masukan berharga.

f) Menyimak karena untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan.

c. Ragam Menyimak

Ragam menyimak menurut Tarigan (2015:38-53) adalah sebagai berikut:

a) Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.

Jenis-jenis menyimak ekstensif yaitu: menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, dan menyimak pasif.

1) Menyimak Sosial

menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasion (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang –orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir. Mereka saling mendengarkan satu sama lainnya untuk membuat responsi-reponsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan dan dikatakan oleh seorang rekan, Dowsen, dkk. 1963 (dalam Tarigan, 2015).

2) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder (secoundry listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara esktensif (extensive listening).

3) Menyimak estetik

Menyimak estetik (austhetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir dan kegiatan termasuk kedalam menyimak secara kebetulan dan menyimak secara ekstensif, mencakup: (1) Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman. (2) Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor.

4) Menyimak pasif

Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa.

b) Menyimak Intensif

Didalam menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta perlu dibawah bimbingan langsung para guru, menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembangun penting sebagai berikut:

a) Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan sebagai bagian dari program pengajaran bahasa Indonesia

b) Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian secara umum. Jelas bahwa dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.

Jenis-jenis menyimak intensif yaitu menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratif, menyimak interogatif, dan menyimak selektif.

a) Menyimak kritis

Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa pencarian kesalahan atu kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasanyang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.

b) Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif (concertrative listening) sering juga disebut a study type listening atau menyimak sejenis telaah.

c) Menyimak kreatif

Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya.

d) Menyimak eksploratif

Menyimak eksploratif menyimak yang bersifat menyelidiki atau exploratoty listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.

e) Menyimak interogatif

Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih babnyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujian sang pembicara karena penyimak akan mengajukan pertanyaan.

f) Menyimak selektif bertujuan untuk melengkapi menyimak pasif, dengan alasan sebagai berikut:

1) Kita jarang sekali mendapat kesempatan untuk berpartisipasi secara sempurna dalam suatu kebudayaan asing. Oleh karena itu, hidup kita yang bersegi dan bersisi ganda itu turut mengganggu kapasitas kita untuk menyerap.

2) Kebiasaan-kebiasaan kita kini cenderung membuat kita menginterpretasikan kembali rangsangan-rangsangan akustik yang disampaikan oleh telinga kita ke otak kita dari kita memperoleh suatu impresi yang dinyatakan dengan tidak sebenarnya terhadap bahasa asing.

d. Proses Menyimak

Adapun tahap-tahap menyimak menurut Hunt dalam Tarigan (2015 : 35-36) sebagai berikut:

a) Isolasi, pada bagian ini sang penyimak mencatat aspek-aspek individual kata lisan dan mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta, organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulus-stimulus lainnya.

b) Identifikasi, sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna atau identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu.

c) Integrasi, mengintegrasikan atau menyatupadukan sesuatu yang kita dengan dengan informasi lain yang telah disimpan dan direkam dalam otak kita. Oleh karena itu, pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini. Kalau proses menyimak berlangsung kita harus terlebih dahulu harus mempunyai beberapa latar belakang atau pemahaman mengenai bidang pokok pesan tertentu. Pada tahap ini, informasi baru yang telah kita terima dikontraskan dan dibandingkan dengan segala informasi yang telah kita miliki mengenai hal tersebut.

d) Interpretasi, pada tahap ini secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. Kita pun mulai menolak dan menyetujui serta mengakui dan

mempertimbangkan informasi tersebut dengan sumber-sumbernya.

e. Faktor yang Memengaruhi Kegiatan Menyimak

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang sangat mendukung tingkat kemampuan menyimak seseorang menurut Tarigan (2015 : 105:114)

1. Faktor fisik

Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan kualitas keaktifannya dalam menyimak.

a. Faktor psikologi

Disamping faktor-faktor fisik yang telah dikemukakan sebelumnya, masih terdapat faktor-faktor yang kerap kali lebih sulit diatasi yang melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi, yaitu faktor-faktor psikologi dalam menyimak. Faktor-faktor ini antara lain, meliputi prasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara dengan aneka sebab atau alasan, keegosentrisan dan asyiknya terhadap minat pribadi serta masalah pribadi, kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas. Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan.

b. Faktor pengalaman

Faktor pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan menyimak.

c. Faktor sikap

Pada dasarnya manusia memiliki dua sikap, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan menunjukkan sikap menerima jika yang disimaknya itu menarik, namun sebaliknya, seseorang akan menolak jika yang disimaknya kurang menarikuntuk disimak. Sikap yang ditunjukkan seperti itu merupakan hal yang wajar.

d. Faktor motivasi

Motivasi merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang.

Jikalau seseorang memiliki motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu, orang itu diharapkan akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan menyimak.

e. Faktor lingkungan

Guru seharusnya menyadari bahwa betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap keberhasilan menyimak khususnya terhadap keberhasilan belajar para siswa pada umumnya, baik yang menyangkut lingkungan fisik ruangan kelas, maupun yang berkaitan dengan suasana sosial kelas. Lingkungan fisik menyangkut pengaturan dan penataan ruang kelas serta sarana dalam pembelajaran menyimak.

Lingkungan sosial mencakup suasana yang mendorong anak-anak untuk mengalami, mengekspresikan, serta mengevaluasi ide.

f. Faktor peranan dalam masyarakat

Kemauan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, kita ingin sekali menyimak ceramah, kuliah, atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran baik di tanah air kita maupun luar negeri.

f. Cara Meningkatkan Perilaku Menyimak

Menurut Mc. Cabe dan Bender (dalam Tarigan 2015: 97-101), ada beberapa langkah untuk meningkatkan keterampilan menyimak, yaitu:

1. Menerima Keanehan Sang Pembicara

Penyimak rela atau mau menerima keanehan atau keganjilan yang terdapat pada penampilan pembicara.

2. Memperbaiki Sikap

Penyimak tidak berpura-pura menyimak pikirannya telah melayang kemana-mana. Artinya harus berpusat pada hal yang ingin disimaknya.

3. Memperbaiki Lingkungan

Pilihlah tempat yang memungkinkan untuk menyimak lebih baik, jangan memilih tempat duduk dekat pintu tempat para partisipan keluar masuk.

4. Meningkatkan Pembuatan Catatan

Dalam menyimak sebaiknya apa yang disimak harus dicatat inti-intinya saja. Catatan yang baik dan bermutu tidak tergantung pada

panjangnya catatan, tetapi pada ketepatan memilih butir-butir gagasan yang penting dalam kalimat.

5. Menyaring Tujuan Menyimak yang Spesifik

Menetapkan tujuan khusus dalam menyimak akan membantu kita memuaskan perhatian pada kegiatan menyimak.

6. Memanfaatkan Waktu Secara Bijaksana

Kecepatan dalam menyimak jauh lebih cepat daripada kecepatan berbicara. Oleh karena itu perlu direncanakan penggunaan waktu secara diferensial. Arahkanlah penyimak kepada sang pembicara dan ramalkanlah ide-ide yang baru. Gunakanlah waktu semaksimal mungkin untuk menyimak pembicaraan yang sedang berlangsung.

7. Menyimak Secara Rasional

Dalam menyimak harus didasari kadangkala kita mereaksi emosional, ini dapat memengaruhi kegiatan menyimak. Oleh sebab itu kita harus menahan emosi dengan cara memusatkan perhatian pada pembicaraan yang sedang berlangsung.

8. Berlatih Menyimak Bahan-bahan yang sulit

Dalam menyimak biasakanlah berlatih menyimak bahan atau materi sulit yang diutarakan pembicara. Perluaslah wawasan dengan menerima tantangan karena dengan tantangan maka pengetahuan akan bertambah.

g. Pemilihan Bahan Simakan

Tarigan (2015: 207-209) ada beberapa butir-butir pokok yang ada kaitannya dengan upaya untuk membuat bahan simakan yang akan disajikan oleh seorang pembicara sehingga menarik perhatian para penyimak yaitu sebagai berikut:

1) Tema harus up to date, bahan-bahan mutakhir terbaru, dan muncul dalam kehidupan biasanya menarik perhatian.

2) Tema terarah dan sederhana. Cakupan pembicaraan yang terlalu luas tidak akan terjangkau oleh penyimak. Bahan pembicaraan yang terlalu mengambang serta rumit tidak akan menarik perhatian, akan tetapi membosankan dan membingungkan para penyimak.

3) Tema dapat menambah pengalaman dan pemahaman. Topik atau tema yang disajikan dapat memperkaya pengalaman dan mempertajam pemahaman serta penguasaan para penyimak dengan bahan simakan.

4) Tema bersifat motivatif. Topik atau tema pembicaraan seyogyanya dapat mempertinggi motivasi para penyimak utnuk bekerja lebih tekun untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Adapun aspek yang dinilai dalam menyimak didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta kompetensi dasar yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum khususnya dalam indikator. Bagi siswa, dapat diketahui bahwa aspek yang belum

dikuasai dalam pengalaman belajar yang dikembangkan dari indikator.

Sedangkan bagi guru dapat diketahui aspek apa yang belum diajarkan pada siswa. Secara umum aspek yang dinilai dalam pembelajaran menyimak adalah sebagai berikut:

1. Aspek kebahasaan a. Pemahaman isi b. Kelogisan penafsiran c. Ketepatan penangkapan isi d. Ketahanan konsentrasi

e. Ketelitian menangkap dan kemampuan memahami 2. Aspek nonkebahasaan

a. Pelaksanaan dan sikap b. Menghormati

c. Menghargai

d. Konsentrasi/ kesungguhan mendengarkan e. kritis

Menurut Burhan Nurgiantoro (2001: 239) penilaian keterampilan menyimak dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Tingkat ingatan

Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan untuk mengingat fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat dalam wacana yang diperdengarkan, dapat berupa nama, peristiwa,

angka, dan tahun. Tes bisa berbentuk tes objektif isian singkat atau pilihan ganda.

2. Tingkat pemahaman

Tes pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk memahami wacana yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin terhadap isi wacana, hubungan antar ide, antar faktor, antar kejadian, hubungan sebab akibat. Akan tetapi kemampuan pemahaman dalam tingkat yang sederhana.

3. Tingkat penerapan

Butir-butir tes kemampuan menyimak yang dapat dikategorikan tes tingkat penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan gambar-gambar sebagai alternatif jawaban yang terdapat di dalam lembar tugas.

4. Tingkat analisis

Tes kemampuan menyimak pada tingkat analisis pada hakikatnya juga merupakan tes untuk memahami informasi dalam wacana yang diteskan. Akan tetapi, untuk memahami informasi atau lebih tepatnya memilih alternatif jawaban yang tepat itu, siswa dituntut untuk melakukan kerja analisis. Tanpa melakukan analisis wacana, jawaban yang tepat secara pasti belum ditentukan. Dengan demikian, butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit dari pada butir tes pada tingkat pemahaman. Analisis yang dilakukan berupa analisis detail-detail informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek

kebahasaan tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab akibat, hubungan situasional, dan lain-lain.

3. Berita

a. Pengertian Berita

Menurut Willard c. Blayer (dalam Djuroto 2002: 47) berita adalah sesuatu yang baru yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Oleh karena itu, ia dapat menarik pembaca-pembaca serta mempunyai makna bagi pembaca surat kabar.

Sedangkan menurut Dean M. Lyle Spencer (dalam Djuroto 2002: 47) berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca. Menurut Djuraid (2009 : 9-10) berita adalah sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disimpulkan oleh wartawan media massa.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka peneliti dapatmenyimpulkan bahwa berita adalah laporan yang berisi suatu peristiwa atau kejadian tentang fakta-fakta yang dapat dipublikasikan melalui media cetak maupun media elektronik.

b. Unsur-unsur Berita

Dalam sebuah berita terdapat unsur-unsur yang dapat membangun berita menjadi sebuah informasi yang menarik dan tidak kabur. Unsur-unsur pada berita mencakup enam unsur berita yang

disingkat menjadi 5W+1H (What, Who,Where, When, Why, dan How).

Berikut adalah arti dari masing-masing istilah tersebut:

1. What (apa) : Apa yang tengah terjadi, peristiwa atau kejadian apa yang sedang terjadi dalam berita?

2. Who (siapa) : Siapa pelaku kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam berita?

3. Where (di mana) : Dimana peristiwa atau kejadian berita yang sedang berlangsung. Bisa disebut dengan pagi, siang, sore atau malam. Bisa

disebutkan lebih rinci dengan hitungan jam menit sampai detik.

4. When (kapan) : Kapan peristiwa atau kejadian berita itu terjadi?

5. Why (mengapa) :Mengapa kejadian yang ada dalam berita itu bisa terjadi?

6. How (bagaimana) : Bagaimana kejadian yang ada dalam berita itu bisa berlangsung termasuk akibat yang

ditimbulkan.

c. Ciri-ciri berita a) Faktual

Faktual berarti informasi yang disampaikan dalam berita harus benar-benar nyata dan dapat dibuktikan kebenarannya. Berita yang

disampaikan tidak boleh bersifat membohongi dan memprofokasi masyarakat.

b) Aktual

Informasi yang disampaikan dalam berita harus bersifat aktual, berarti peristiwa yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan dalam masyarakat. Tidak boleh memberikan berita yang telah basi, artinya berita yang disampaikan telah lama sekali beredar di masyarakat.

c) Seimbang

Berita yang disajikan harus seimbang, artinya tidak memihak salah satu pihak. Jika dalam berita tersebut memihak salah satu pihak maka akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat serta berpotensi menimbulkan perpecahan. Hal yang harus dihindari dalam menyajikan adalah keberpihakan. Hal ini menjadi penting karena dapat menimbulkan dampak yang tidak baik.

d) Peristiwa penting

Berita harus berisi berita penting yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berita yang penting memberikan informasi secara jelas dan tegas sehingga mudah di mengerti oleh masyarakat. Berita memberikan informasi yang dapat memberikan edukasi terhadap masyarakat. Redaksi tidak boleh menyampaikan berita yang tidak penting alias berita yang receh.

e) Lengkap

Berita yang baik harus mengandung unsur 5W+1H. Unsur

Berita yang baik harus mengandung unsur 5W+1H. Unsur

Dokumen terkait