• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap dengan adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi sekolah, guru, siswa dan peneliti. Manfaat tersebut sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian ini dapat menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan tentang model pembelajaran dan sebagai alternatif mengajar di sekolah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi siswa terhadap pelajaran sejarah.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman serta pembendaharaan tentang model pembelajaran bagi guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi untuk menyampaikan materi pelajaran sejarah kepada siswa.

3. Bagi siswa

Hasil penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan motivasi dan kesadaran pentingnya belajar sejarah. Diharapkan dapat membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran sejarah sehingga berpengaruh terhadap peningkatan motivasi dan prestasi siswa.

4. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan berlatih menulis karya ilmiah.

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Slameto motivasi yaitu faktor yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku.4 Motivasi merupakan daya penggerak menjadi aktif pada saat-saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/dihayati.5 Pada dasarnya setiap siswa bermacam-macam karakternya, perbedaan tersebut berpengaruh pada kegiatan belajarnya. Kegiatan pembelajaran harus melibatkan siswa dalam belajar, artinya siswa harus aktif mengalami kegiatan belajar dan guru hanya sebatas membimbing serta mengarahkan kegiatan belajarnya. Sehinggga motivasi bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat di perlukan sebagai upaya mengarahkan tingkah laku siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan membangkitkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa-siswanya.

Salah satunya guru dapat menciptakan dan membangkitkan motivasi belajar.

Menurut De Cecco dan Grawford (1974) terdapat 4 fungsidalam pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa antara lain sebagai berikut:6

4Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta; Bina Aksara, 2013, hlm.

171.

5W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan evaluasi Belajar, Jakarta: PT. Gramedia, 1983, hlm. 27.

6 Slameto, op.cit., hlm. 175.

1) Menggairahkan siswa

Pendidik harus pandai memelihara minat siswa dalam belajar, seperti memberi kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek kelain aspek pelajaran dalam situasi belajar. Belajar yang menggairahkan sangat di butuhkan inovasi yang mampu menciptakan motivasi dalam belajar.

2) Memberikan harapan realisis

Pendidik perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan akademis siswa pada masalalu, dengan demikian pendidik dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimis. Meskipun tugas pendidik mengarahkan siswa dalam belajar tetapi pendidik juga perlu memahami masing-masing siswanya sehingga dapat memberikan harapan terhadap siswanya.

3) Memberikan insentif

Bila siswa mengalami keberhasilan, pendidik diharapkan memberikan hadiah pada siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan lain sebagainya) atas keberhasilanya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pemberian insentif ini, penting dalam memahami keadaan, artinya insentif ini diharapkan dapat memotivasi baik siswa yang berhasil maupun siswa yang belum berhasil. Dengan demikian pemberian insentif ini tidak menimbulkan kecemburuan terhadap siswa, tetapi dapat menjadi motivasi.

4) Mengarahkan

Pendidik harus mengarahkan tingkah laku siswa, dengan cara menunjukkan pada siswa hal-hal yang dilakukan secara tidak benar dan meminta kepada siswa untuk melakukan sebaik-baiknya. Dalam hal ini penting dilakukan pendampingan kepada siswa, meskipun pada dasarnya siswa dituntut agar dapat aktif memecahkan suatu permasalahan tetapi jangan dilupakan peran guru sebagai pendamping.

Tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan atau dorongan yang berfungsi sebagai penguatan segala informasi dalam memori peserta didik.7 Motivasi belajar yang mencangkup keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa dapat menumbuhkan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.8 Dengan membangkitkan motivasi pembelajaran akan lebih mudah dalam menuangkan informasi yang berkesan dalam kegiatan belajar siswa. Tujuannya segala informasi dalam kegiatan belajar dapat dipahami oleh siswa dan diharapkan siswa dapat memperoleh pembelajaran yang bermakna.

b. MotivasiIntrinsik dan Ekstrinsik

Motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan

7 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008, hlm. 113.

8 W.S.Winkel, op.cit.,hlm. 28.

yang berkaitan dengan aktivitas belajar.9 Sedangkan menurut Syaiful Bahri yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.10 Pada dasarnya motivasi intrinsik mempunyai dorongan yang bersumber dari dalam diri sebagai kebutuhan utama dan kebutuhan tersebut merupakan suatu keharusan bagi setiap peserta didik.

Kebutuhan yang dimiliki peserta didik disadari dan membangkitkan motivasinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Motivasi ini biasanya disadari langsung oleh peserta didik.

Motivasi intrinsik tidak perlu dirangsang dari luar sebab dalam diri individu telah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dorongan tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya aktivitas belajar dari siswa, misalnya siswa senang membaca buku, menulis dan menonton film-film sejarah, tanpa ada yang menyuruh dan mendorongnya, siswa rajin melakukan belajar. Sedangkan belajar yang dilakukan siswa benar-benar untuk memperoleh pengetahuan, prestasi dan keterampilan tanpa ada motif untuk tujuan yang lain. Sehingga motivasi muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial dan bukan secara simbol.11

Motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.12 Motivasi Ekstrinsik merupakan

9Ibid., hlm. 28.

10 Syaiful Bahri J, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011, hlm, 149.

11 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: rajawali, 2007, hlm. 90.

12 W.S. Winkel, op.cit., hlm. 28.

kebalikan dari motivasi intrinsik, hal ini dikarenakan motif-motif yang aktif berfungsi karena adanya perangsa dari luar.13 Pada dasarnya baik motivasi intrinsik ataupun motivasi ekstrinsik sama-sama mempunyai daya dorongan belajar yang inputnya berbeda antara dari dalam dan dari luar. Oleh karenanya baik motivasi ekstrinsik ataupun intrinsik keduanya harus ada dalam diri peserta didik, sebab kedua motivasi tersebut sangat mempengaruhi kinerja siswa dalam kegiatan belajar.

Motivasi ekstrinsik dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan memang tidak secara esensi apa yang dilakukan. Dapat pula dikatakan bentuk motivasi yang berdasarkan dorongan dari luar tetapi tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Dorongan yang terjadi dapat dilihat dari seseorang itu belajar, misalnya siswa belajar karena tahu besok ujian dan belajar karena tujuan mendapatkan penghargaan berupa pujian. Belajar yang dilakukan bukan karena ingin memperoleh pengetahuan tetapi karena untuk tujuan yang lain yaitu untuk memperoleh nilai yang baik atau belajar karena untuk mendapatkan hadiah.

c. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Bagi guru motivasi belajar adalah sebuah upaya dalam membangkitkan dorongan belajar, memberikan kebiasaan belajar yang baik serta memberikan pengaruh besar terhadap prestasi belajar untuk kemudian hari.14 Pada dasarnya setiap peserta didik mempunyai karakter berbeda satu sama lain khususnya

13 Syaiful Bahri j, op.cit., hlm. 151.

14 Slameto.op.cit., hlm. 99.

dalam belajar, dengan adanya motivasi tentu memicu semua peserta didik untuk melaksanakan kegiatan belajar yang baik.

Sedangkan motivasi belajar bagi siswa adalah suatu penyadaran terhadap rangkaian belajar yang dialami siswa, menguatkan siswa dalam usaha belajar serta meningkat semangat belajar yang tinggi.15 Pada intinya motivasi yang dilakukan guru merupakan rangsangan terhadap siswa agar siswa lebih bersungguh-sungguh dan memiliki semangat dalam belajar.

2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dan lingkungannya.16 Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.17 Hasil belajar juga tidak dapat langsung terlihat, tanpa melakukan sesuatu yang menunjukkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Berdasarkan prilaku yang disaksikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar.

Dalam arti lain belajar dapat diartikan sebagai perubahan dari “belum mampu/tahu” ke “sudah mampu/tahu”.18 Belajar dalam hal ini sepaham dengan

15Dimyati, Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 84.

16 Slameto.op.cit., hlm. 2.

17 Dimyati, Mudjionno, op.cit., hlm. 18.

18 W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan evaluasi Belajar, Jakarta: PT. Gramedia, 1983, hlm, 27.

pengertian belajar yang dikemukakan Mulyati bahwa usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan, pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi karena kebetulan.19 Belajar akan berhasil apabila terjanya perubahan pada diri siswa. Sebaiknya, belajar akan dikatakan tidak berhasil apabila tidak ada perubahan baik dari dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada diri siswa. Dalam hal ini berhasil atau tidaknya perubahan terdapat pada siswa itu sendiri dan tergantung pula oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Terdapat beberapa pendapat para ahli definisi belajar seperti, 1) Skinner, belajar adalah proses penyesuaian tingkah laku, 2) Chaplin, belajar perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman, 3) Reber, belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan.20 Secara umum bahwa belajar merupakan serangkaian proses memperoleh pengetahuan dari latihan atau sebuah pengalaman. Belajar akan berpengaruh terhadap tingkah laku secara terus menerus dan harus ada aktivitas didalamnya.

Menurut Sardiman belajar memiliki rangkaian yang meliputi kegiatan jiwa raga, psikis fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cinta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada aspek kognitif terdiri dari lima komponen yaitu:21 1) pengetahuan, yaitu menekan pada aspek ingatan dapat pula diartikan mengingaat terhadap materi yang pernah diajari. 2) kemapuan menangkap pengertian

19 Mulyati.Psikologi belajar, Yogyakarta: Andi, 2005, hlm, 5.

20Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 68.

21 Ali Imron, Belajar dan pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1996, hlm. 22.

mengenai sesuatu, dapat dimaksudkan memahami inti dari suatu bacaan dan membuat prakiraan. 3) pengaplikasian, yaitu seorang yang sedang belajar mampu menerapkan konsep-konsep dan teori-teori dalam situasi yang senyatanya. 4) menganalisis, pada komponen ini menekankan pada kemampuan untuk menguraikan dan menghubungkan antara bagian. 5) evaluasi, pada komponen ini menekankan seseorang yang sedang belajar pada menentukan baik-buruk dan bernilai-tidak bernilai mengenai seatu hal yang dipelajari.

Dalam aspek afektif terdapat lima komponen sebagai berikut: receiving, responding, valuing, organization, characteristization by a value or value complex.22 1) Receiving atau penerimaan, pada komponen ini menekankan kemampuan seseorang menghadirkan individu melalui kesadaran diri sendiri pada sebuah proses belajar. 2) Responding atau pemberian tanggapan, yaitu siswa menghadirkan dirinya pada proses belajar dengan memberikan tanggapan atau jawaban atas proses belajar yang diterima. 3) Valuing atau pemberian nilai, yaitu membuat siswa menerima nilai tertentu dan menunjukkan komitmenya pada nilailai tertentu. 4) Organization atau pengorganisasian merupakan upaya memadukan berbagi jenis pemikiran yang bermacam-macam, kemudian digabungkan menjadi menjadi satu pemikiran sehingga akan terdapat konfik di antara pemikiran-pemikiran tersebut untuk dipecahkan. 5) organization, characteristization by a value or value complex atau karakterisasi dengan suatu nilai, yaitu menjadikan siswa menyesuaikan diri secara personal, sosial dan emosional.

22Ibid., hlm. 23.

Pada aspek psikomotorik terdapat enam komponen yaitu: perception, set, guided respon, mechanism, adaptation dan origination.23 1) Perceptionatau persepsi, ini dimaksudkan penggunaan indera merangsang organisme tubuh untuk menjadi aktif sebagai persiapan untuk membimbing aktivitas-aktivitas motoriknya. 2) Set atau kesiapan, yaitu meliputi kesiapan mental dan kesiapan emosional siswa dapat mengambil tindakan berdasarkan stimulus dan pengalaman yang berasal dari lingkungannya. 3) Guided responatau respon terpimpin, yaitu siswa berada pada proses belajar keterampilan. 4) Mechanism atau mekanisme, yaitu proses yang telah dipelajari oleh siswa dan telah berubah menjadi kebiasaan-kebiasaan dalam suatu aktivitas gerakan yang ditampilkan.

5) Adaptation atau penyesuaian, artinya sebuah keterampilan dimana siswa dapat mengolah keterampilan hingga sesuai dengan kondisi dan situasi. 6) Origination natau penciptaan, pada komponen ini siswa yang belajar umumnya ditandai dengan hal-hal baru.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdapat banyak jenis yang mempengaru akan tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.24 Dalam arti lain faktor internal merupakan (faktor dari dalam siswa),

23Ibid., hlm. 24

24 Slameto, op.cit., hlm. 54.

yakni keadaaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.25 Faktor internal ini biasanya menyangkut individu akibat kesehatanyang tidak mendukung fisik seseorang yang berpengaruh terhadap kegiatan belajarnya. Dalam kegiatan belajar seseorang menjadi tidak nyaman akibat masalah fisik yang sangat mengganggu.

Contohnya seorang siswa matanya minus sehingga membuatnya harus dekat dengan papan tulis agar siswa itu melihat dengan jelas.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu.26 Serupa dengan pengertian diatas, faktor eksternal muncul akibat kondisi lingkungan di sekitar siswa.27 Sehingga faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap semangat belajar siswa. Dalam hal ini lingkungan sosial sebagai penentu karena yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

3. Pembelajaran Sejarah

Depdiknas memberikan pengertian sejarah sebagai mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga kini. Jenis peranan dan kedudukan sejarah dalam hal ini terbagi atas tiga hal yaitu:28 (1) penjelasan sejarah adalah menafsirkan dan mengerti; (2) penjelasan sejarah adalah

25 Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 144.

26 Slameto, op.cit.,hlm. 54.

27 Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 144.

28Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (historical explantation), Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008, hlm, 4.

penjelasan tentang waktu yang memanjang; (3) penjelasan sejarah adalah penjelasan tentang peristiwa tunggal.

Umumnya orang menggunakan istilah sejarah untuk menunjuk pada cerita sejarah, pengetahuan sejarah, gambaran sejarah yang kesemuanya itu mengartikan sejarah dalam subjektif.29 Penafsiran terhadap sejarah ini kadangkala tidak sesuai dengan prinsip-prinsip belajar sejarah. Meskipun meskipun dapat dibenarkan jika sejarah merujuk pada cerita sejarah, pengetahuan sejarah dan gambaran sejarah, namun belajar sejarah yang dimaksud adalah agar dapat memahami dan memaknai sejarah. Untuk dapat memahami dan memaknai sejarah harus dilaksanakan pembelajaran sejarah yang baik. Pembelajaran mampu menumbuhkan kemampuan siswa dalam melakukan kontruksi kondisi saat ini dengan mengkaitkan dengan masalalu yang menjadi basis topik pembelajaran sejarah.30

Pembelajaran sejarah yang baik tidak hanya memindahkan informasi tanpa ada pemaknaan yang menyebabkan siswa bosan terhadap belajar sejarah. Dalam pembelajaran sejarah pendidik mampu membuat siswa berfikir kritis dan mampu merespon perubahan di lingkungannya, serta memiliki kesadaran terhadap perubahan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah.31 Oleh karena itu pembelajaran sejarah sangat penting serta sebagai objek vital dalam membentuk karakter siswa agar peka terhadap gejala-gejala perubahan yang terjadi di sekitar lingkungannya.

29 Mohammad Ali, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu, Bandung:

Bumi Aksara, 2007, hlm, 287.

30Y.R. Subakti, 2010, Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme, hlm. 4

31Ibid., hlm, 4

4. Prestasi Belajar

Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dengan prestasi belajar, kegiatan merupakan proses belajar sedangkan prestasi adalah hasil belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Zainal Arifin prestasi belajar adalah hasil usaha.32 Berdasarkan pengertian tersebut.

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil usaha yang dicapai dari suatu kegiatan tertentu baik hasilnya memuaskan ataupun tidak memuaskan. Sehingga untuk memperoleh prestasi yang memuaskan dalam belajar, siswa harus berusaha memcapainya dengan usaha belajar, karena suatu prestasi akan tercapai apabila siswa mempunyai usaha belajar yang baik. Untuk menciptakan usaha yang baik maka harus melalui proses pembelajaran yang medorong siswa untuk semangat dalam belajar.

Hasil usaha belajar siswa biasanya dapat dilihat dari nilai yang telah dicapai setelah melakukan tes. Prestasi belajar siswa adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.33 Menurut Winkel prestasi belajar suatu bukti keberhasilan belajar ataupun kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapai.34 Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar sering didefinisikan sebagai nilai yang didapat siswa

32Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional, Bandung: PT. Rosda karya, 2006, hal, 12.

33 Ginting Abdorrakhman, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Humaniora, 2010, hlm. 89.

34 W. S. Wingkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia, 1987, hlm, 35.

baik berupa angka maupun huruf. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar cenderung menunjukkan skor hasil pengukuran melalui test dari pelajaran. Prestasi belajar dapat dicapai melalui kegiatan belajar baik besifat individu maupun secara kelompok.

Terdapat tiga aspek yang dapat dicapai dari prestasi belajar, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.35 Pada aspek kognitif erat kaitannya dengan kecakapan berfikir siswa. Dalam sistem pendidikan sekolah aspek kognitif merupakan faktor utama dalam suatu metode penilaian. Aspek afektif merupakan kecerdasan emosi siswa. Dalam hal ini aspek afektif menekankan pada unsur sikap pada aktivitas belajar siswa. Aspek psikomotorik merupakan kemampuan gerak yang dipengaruhi oleh sikap. Dengan demikian aspek psikomotorik merupakan kemampuan siswa dalam mengolah pengetahuan melalui kemampuan keterampilan.

5. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar.36 Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk berkerjasama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan permasalahan atau inkuiri.37 Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang diakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa.

Tujuan pemebelajaran kooperatif meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil

35 Dimyati M Mahmud, Psikologi pendidikan suatu pendekatan terapan, 1990, hlm 84-85.

36 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta; Pustaka belajar, 2013, hlm, 14.

37 Ngalimun, Strategi dan model pembelajaran, Yogyakarta; Aswaja Perssindo, 2012, hlm 4.

belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran kooperatif merupakan sekelompok strategi pembelajaran yang di rancang untuk mendidik kerjasama kelompok dan interaksi antar siswa.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivis.38 Sedangkan pembelajaran kooperatif menurut Rusman yaitu mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja sama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dari kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok agar bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.39 Maka, pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan diruang kelas. Oleh karenanya pembelajaran kooperatif adalah upaya melaksanakan pembelajaran dengan cara bekerjasama dalam mengolah permasalahan guna mendapatkan hasil dari pemecahan permasalahan yang disepakati bersama oleh masing-masing anggota kelompoknya. Manfaat lain dari pembelajaran kooperatif adalah belajar dapat dikatakan selesai jika semua teman dalam kelompoknya telah menguasai bahan pelajaran. Sebaliknya, belajar belum dapat dikatakan selesai apabila teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Kecenderungan dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilisator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

38 Isjoni, op.cit., hlm. 14.

39 Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta:

Rajawali,hlm. 205.

pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.40 Maka, dengan tanggung jawab individu di sini maksudnya kesuksesan kelompok bergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Sehingga kesempatan sukses yang sama adalah semua siswa member kontribusi kepada kelompoknya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari sebelumnya.

Terdapat beberapa tipe dari pembelajaran kooperatif yang sering dikenal adalah: Student Teams Achievement Divisions (STAD), TGT (Team Game Tournament), Jigsaw, Learning Together, dan Grup Investigation. Metode tersebut dapat dikombinasikan dengan metode lainnya untuk berbagi tujuan pembelajaran.

Dalam pembahasan penulis akan menjelaskan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yakni model Mind Mapping (Pemetaan Pikiran) yang hampir serupa dengan STAD. Dalam pembelajaran ini sangat cocok untuk merivew pengetahuan awal siswa. Melalui sajian informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternative jawaban, hasil presentasi diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.

40Ibid., hlm. 201-202.

a. Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif

Menurur Anita Lie, terdapat lima unsur untuk mencapai hasil maksimal dalam pembelajaran kooperatif.41

1) Saling Ketergantungan Positif

1) Saling Ketergantungan Positif

Dokumen terkait