• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

C. Evaluasi Input HSE Passport Training

4. Media HSE Passport Training

Media pelatihan membantu kelancaran proses pelatihan dengan metode yang digunkan (Aprinto dan Jacob, 2013). Media pelatihan memiliki enam fungsi, yaitu menyederhanakan bahan pelatihan, memfokuskan peserta terhadap inti pembahasan, memudahkan poin yang dibahas agar mudah diingat, mengantar ke tempat yang seharusnya dikunjungi (penggunaan film atau video), membuat keragaman penyajian dan lebih efisien (Maarif dan Kartika, 2014).

Media pelatihan yang digunakan berdasarkan penelitian pada pelaksanaan HSE Passport Training adalah power point. Materi pelatihan disajikan dalam bentuk pokok bahasan pada power point. Namun, tampilan beberapa power point yang disajikan terlalu padat dan kurang menarik bagi peserta HSE Passport Training.

Power point menyajikan pokok-pokok materi yang disederhanakan dari materi yang kompleks dalam bentuk slide pada power point dan

mempresentasikan bahan secara sistematis dan mengembangan bahan sajian (Maarif dan Kartika, 2014). Keuntungan power point adalah mudah dan murah untuk merevisi namun, apabila tidak digunakan dengan baik, alat ini dapat membosankan secara visual (ICA SEA, 2008). Materi pelatihan yang disampaikan pada saat persentasi jangan terlalu banyak informasi dalam satu slide, menggunakan huruf besar (idealnya minimal 20pt) dan hurufnya harus dapat dibaca. dapat menggunakan gambar, ilustrasi, foto atau diagram untuk menghilangkan kebosanan pembaca dan pendengar (ICA SEA, 2008). Berdasarkan Kepmenkes no. 725 tahun 2003, media yang digunakan disesuaikan dengan metode penyampaian pelatihan. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional (2010) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat membuat presentasi dengan menggunakan power point, yaitu

a. Pilih jenis huruf (font) yang tingkat keterbacaannya tinggi, misalnya Arial, Verdana, atau Tahoma.

b. Gunakan ukuran huruf (font size) 17- 20 untuk isi teks, sedangkan untuk sub judul 24 dan untuk judul 26.

c. Memperjelas dan memperindah tampilan, gunakan variasi warna, gambar, foto, animasi atau video.

d. Area tampilan frame yang ditulis jangan melebihi ukuran 16x20 cm. e. Usahakan dalam satu slide/frame tidak memuat lebih dari 18 baris teks. f. Dalam satu frame usahakan hanya berisi satu topik atau sub topik

pembahasan.

h. Perhatikan komposisi warna, keseimbangan (tata letak), keharmonisan, dan kekontrasan pada setiap tampilan sangat penting untuk media presentasi.

i. Variasi warna memang diperlukan, tetapi harus juga diperhatikan prinsip kesederhanaan. Artimya dalam membuat media presentasi jangan membuat tampilan yang terlalu rumit, rame dan penuh warna- warni, karena hal itu justru akan mengganggu pesan utama yang akan disajikan.

Tampilan power point yang membosankan dan diatasi dengan aturan pembuatan power point yang menarik dengan memperhatikan ukuran huruf, menerapkan komposisi warna, memasukan gambar dan dibuat secara sederhana. Hal tersebut dapat membuat tampilan power point lebih menarik bagi peserta HSE Passport Training.

Menurut Hariyadi (2012), media pelatihan yang dapat lebih menarik perhatian dan mampu meningkatkan motivasi pembelajaran adalah media pembelajaran berupa video atau film. Kelebihan dari media tersebut adalah dapat menampilkan suatu objek atau kejadian seperti keadaan sebenarnya, dapat menampilkan kejadian dalam waktu singkat, dapat menembus keterbatasan ruang dan waktu. Kelebihan yang dimiliki media tersebut membuat media video atau film sering digunakan untuk pembelajaran karena sifatnya yang menghibur dan baik dalam penyampaian pesan. Menurut Susilana dan Riyana (2009), Kelebihan media video adalah memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa, sangat bagus untuk menerangkan seuatu proses, mengatasi keterbatasan

ruang dan waktu, lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan, dan memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi sikap. Media pelatihan berupa penampilan video dapat dijadikan alternatif bagi trainer, dalam menyampaikan materi HSE Passport Training yang dapat mengusir kebosanan peserta pada saat mengikuti pelatihan.

Berdasarkan pembahasan media pelatihan dapat disimpulkan sebaiknya dalam menyajikan materi HSE Passport Training pada slide power point harus menggunakan tulisan yang dapat dibaca, tidak terlalu banyak informasi dalam atu slide yang dapat menimbulkan kebosanan, memberikan waktu yang cukup pada setiap slide power point, karena peserta perlu waktu untuk memahami materi yang disampaikan. Variasi dengan menggunakan media pelatihan seperti video juga dapat diberikan karena media tersebut memiliki kelebihan dalam menyampaikan pesan secara menarik dan dapat membuat peserta menjadi fokus dan menerima materi secara baik. Fasilitas HSE Passport Training

Fasilitas HSE Passport Training berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan telah lengkap karena fasilitas ruang kelas, meja dan kursi, layar proyektor dan Air Conditioner (AC) telah tersedia dan siap digunakan pada saat pelaksanaa HSE Passport Training berlangsung. Fasilitas lainnya seperti laptop, lembar jawaban post test, notebook dan air mineral telah disediakan oleh penyelenggara HSE Passport Training sebelum pelatihan dimulai. Fasilitas tersebut dapat mendukung berjalannya pelaksanaan HSE Passport Training.

Berdasarkan Pustekom Kepmendiknas (2010) fasilitas pelatihan terdiri dari LCD projector, laptop/PC, buku mata pelajaran atau buku pegangan guru, alat tulis dan lembar kerja. Fasilitas pelatihan yang umum digunakan yaitu laptop, layar, proyektor, microphone, konsumsi dan akomodasi (Aprinto dan Jacob, 2013). Fasilitas pelatihan dapat berupa ruang kelas, pengaturan suhu di dalam ruangan, serta bahan dan alat yang digunakan (Santoso, 2010). Fasilitas yang secara umum tersedia untuk pelatihan dapat mendukung berjalannya suatu pelatihab, ketersediaan fasilitas HSE Passport Training telah lengkap dapat membuat pelaksanaan HSE Passport Training berjalan dengan lancar.

Berdasarkan hasil penelitian layout meja dan kursi pada ruang kelas menggunakan Layout u shape dan mampu menampung 25 orang sekaligus. Sirkulasi udara pada ruang kelas menggunakan AC central dengan pengaturan suhu 25oC.

Meja dan tempat duduk peserta membentuk huruf U setengah mengelilingi pengajar, fungsinya adalah memudahkan interaksi pengajar dengan peserta, dan peserta dengan peserta. Jumlah peserta biasanya berjumlah kurang dari 20 orang (Aprinto dan Jacob, 2013). Layout U Shape yang disusun di ruangan pelatihan disediakan maksimal untuk 25 peserta hal tersebut tidak sesuai karena layout U Shape dianjurkan untuk peserta yang < 20 orang. Namun, dalam pelaksanaan HSE Passport Training Batch62 dengan jumlah peserta 10 orang berasarkan pernyataan perserta dan trainer layout U Shape sudah tepat dan lebih nyaman untuk melakukan interaksi dua arah.

Menurut ICA SEA (2008) temperatur di dalam ruangan dapat mempengaruhi kenyamanan para peserta pelatihan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 menjelaskan bahwa suhu normal ruangan kantor yaitu berkisar anatar 180C-260C, jika dibandingkan dengan suhu ruangan pelatihan, maka sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. AC central yang di atur untuk ruangan pelatihan adalah 25oC, pengaturan temperatur di ruang kelas HSE Passport Training telah sesuai, sehingga peserta dan trainer masih merasa nyaman berada di ruang pelatihan.

Berdasarkan hasil penelitian penyelenggara HSE Passport Training tidak menyediakan microphone sebagai fasilitas pelatihan karena suara trainer dapat terdengar di dalam ruangan. Penyelenggara juga tidak menyediakan snack bagi peserta HSE Passport Training karena dana untuk konsumsi ditiadakan. Peserta HSE Passport Training menyarankan agar penyelenggara menyediakan minuman lain selain air mineral contohnya seperti kopi.

Konsumsi bukan merupakan bagian dari pelatihan namun mempengaruhi kesan peserta terhadap pelatihan (Aprinto dan Jacob, 2013). Pengaturan waktu istirahat dan penyediaan konsumsi serta fasilitas-fasilitas lainnya penting untuk keberhasilan pelatihan. Meskipun dimungkinkan untuk menyediakan makan siang dalam ruang pelatihan, tetapi sebaiknya makan siang dilakukan di ruang yang berbeda (ICA SEA, 2008). Menurut Nuraeni (2008), pelatihan yang biasanya dirancang seharian, perlu diberikan beberapa konsumsi. Biasanya, penyajian konsumsi dilakukan dibagi

menjadi dua bagian, yaitu makan siang (lunch) dan pemberian dua kali coffee break. Menurut Aprinto dan Jacob (2013), coffee break merupakan waktu istirahat sejenak bagi peserta umumnya selama 15 menit untuk menikmati kopi, teh dan snack. Coffee break diberikan sekitar jam 10 pagi dan jam tiga sore. Tidak tersedianya snack tidak menjadi masalah bagi peserta HSE Passport Training, tetapi peserta membutuhkan minuman lain selain air mineral. pelaksanaan HSE Passport Training berlangsung setelah istirahat makan siang, sehingga waktu istirahat HSE Passport Training adalah jam 15.00 WIB. Pada saat istirahat tersebut akan lebih baik waktu istirahat peserta dapat digunakan sebagai coffee break dengan disediakan minuman seperti kopi ataupun teh oleh penyelenggara pelatihan.

Berdasarkan pembahasan fasilitas HSE Passport Training dapat disimpulkan bahwa peserta membutuhkan minuman lain selain air mineral, yakni berupa kopi atau teh. Waktu istirahat dapat dimanfaatkan untuk mengadakan coffe break dengan menyediakan kopi dan teh bagi peserta pelatihan.