• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN xxx I PENDAHULUAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

2.4. Mekanisme Transmis

Untuk memudahkan dalam melakukan analisis pada model keseimbangan umum, maka dibangun mekanisme transmisi. Mekanisme transmisi pada ekonomi mikro dibangun mengikuti ilmu ekonomi mikro Pindyck dan Rubinfleld (2005) dan Varian (1992) maupun ilmu ekonomi makro Mankiw (2003).

Mekanisme transmisi dampak peningkatan jumlah permintaan BBN dari industri minyak dan lemak disajikan pada Gambar 7. Titik keseimbangan awal berada di e0, yaitu pada perpotongan kurva permintaan DBBN dengan kurva

penawaran SBBN. Harga keseimbangan awal berada di p0 dan jumlah

keseimbangan awal di q0. Peningkatan jumlah permintaan BBN membuat kurva

permintaan BBN bergeser ke kanan. Pergeseran kurva permintaan BBN ke kanan menimbulkan peningkatan jumlah BBN dari q0 ke q1 dan peningkatan

harga BBN dari p0 ke p1 DBBN D’BBN SBBN Harga BBN Jumlah BBN 0 q0 q1 p1 p0 e0 e1 .

Gambar 7. Mekanisme Transmisi Dampak Permintaan BBN dari Industri Minyak dan Lemak terhadap Harga BBN dan Jumlah BBN

Peningkatan jumlah BBN pada kurva produksi ditunjukkan oleh peningkatan output BBN (Gambar 8). Output yang meningkat antara lain disebabkan oleh peningkatan jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja pada awalnya berada pada titik L0. Pada posisi jumlah tenaga kerja di L0, maka jumlah

produksi BBN berada pada Y0. Pertemuan antara jumlah tenaga kerja L0 dan

output Y0 berada di titik PT0. Dengan adanya peningkatan jumlah tenaga kerja,

maka jumlah tenaga kerja yang semula di L0 bergerak menjadi L1. Akibat Jumlah

Jumlah Produk BBN Output BBN 0 Jumlah Tenaga Kerja BBN Y0 Y1 L0 L1 PT0 PT1

Gambar 8. Dampak Peningkatan Jumlah Tenaga Kerja BBN terhadap Output BBN pada Kurva Produksi

Jumlah tenaga kerja BBN semula berada di L0, produk rata-rata BBN di

AP0, dan produktivitas tenaga kerja di Y/L0 (Gambar 9). Peningkatan jumlah

tenaga kerja dari L0 ke L1 menimbulkan peningkatan produk rata-rata dari AP0 ke

AP1. Output tenaga kerja dari Y/L0 bergerak ke atas menjadi Y/L1. Peningkatan

produk rata-rata dari AP0 ke AP1 diikuti oleh penurunan produk marjinal dari PM0

ke PM1 Produk Rata-Rata BBN Produk Marjinal BBN Jumlah Tenaga Kerja BBN Output per Tenaga Kerja BBN L0 L1 0 Y/L1 Y/L0 AP0 AP1 PM0 PM1

sebagai akibat dari peningkatan output per tenaga kerja.

Gambar 9. Dampak Peningkatan Tenaga Kerja BBN terhadap Produk Rata- Rata BBN

Keseimbangan awal berada di titik A, dimana modal BBN berada di titik K0

dan jumlah tenaga kerja berada di titik L0 (Gambar 10). Titik A merupakan

persinggungan antara kurva biaya BBN0 dengan kurva ouput BBN1. Karena

terjadi perubahan rasio harga relatif modal terhadap tenaga kerja, yang dapat menimbulkan perubahan kemiringan kurva biaya. Semula kurva biaya di biaya BBN0 bergeser ke kurva biaya BBN1, dimana harga tenaga kerja lebih murah

dibandingkan sewa modal. Akibatnya, penggunaan jumlah tenaga kerja meningkat dari L0 ke L1 dan penggunaan modal menurun dari K0 ke K1

L0 L1 Biaya BBN 0 Biaya BBN 1 Output BBN 1 K0 K1 0 Modal BBN Tenaga Kerja BBN A B .

Gambar 10. Dampak Perubahan Harga Relatif Faktor Produksi terhadap Jumlah Tenaga Kerja dan Modal BBN

Peningkatan output pada kurva biaya total dan kurva biaya variabel pada kurva biaya total dan kurva biaya variabel menunjukkan bahwa biaya total dan biaya variabel mengalami peningkatan (Gambar 11). Output BBN semula berada di Y0 dengan biaya total di TC0 dan biaya variabel di VC0. Ouput BBN

total meningkat dari TC0 ke TC1 dan biaya variabel juga meningkat dari VC0 ke VC1 Biaya Total BBN Biaya Variabel BBN Biaya BBN Output BBN TC1 TC0 0 Y 0 Y1 VC1 VC0 T0 T1 V0 V1 .

Gambar 11. Dampak Peningkatan Output BBN terhadap Biaya Total dan Biaya Variabel pada Struktur Biaya Produksi BBN

Peningkatan output diikuti oleh penurunan biaya total rata-rata dan penurunan biaya variabel rata-rata (Gambar 12). Output BBN semula di Y0,

dimana biaya variabel rata-rata di AVC0 pada titik V0 dan biaya total rata-rata di

ATC0 pada titik T0. Peningkatan output membuat biaya variabel rata-rata

menurun dari V0 ke V1 dan biaya total rata-rata menurun dari T0 ke T1, sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan dari AVC0 ke AVC1 dan penurunan

ATC0 ke ATC1

Output BBN Biaya BBN

0

Biaya Marjinal BBN

Biaya Total Rata- Rata BBN Biaya Variabel Rata-Rata BBN Y0 Y1 ATC0 ATC1 AVC0 AVC1 T0 T1 V0 V1 .

Gambar 12. Dampak Peningkatan Output BBN terhadap Biaya Total Rata-Rata BBN dan Biaya Variabel Rata-Rata BBN pada Struktur Biaya Produksi Rata-Rata BBN

Keseimbangan pada pasar tenaga kerja pada titik awal berada di e0, yang

merupakan perpotongan antara kurva penawaran tenaga kerja SL dengan kurva

permintaan tenaga kerja DL. Pada keseimbangan awal pasar tenaga kerja,

jumlah tenaga kerja BBN di L0 dan upah riil tenaga kerja di W0. Jumlah tenaga

kerja meningkat dari L0 ke L1, sebagai akibat dari pergeseran kurva permintaan

tenaga kerja ke kanan di pasar tenaga kerja dari DL ke D’L (Gambar 13).

Disamping itu, pergeseran kurva permintaan tenaga kerja ke kanan menimbulkan peningkatan upah riil dari W0 ke W1

SL DL D’L Upah Tenaga Kerja BBN 0 Jumlah Tenaga Kerja BBN L0 L1 W1 W0 e0 e1 .

Gambar 13. Dampak Pergeseran Kurva Permintaan Tenaga Kerja BBN terhadap Jumlah Tenaga Kerja BBN dan Upah Riil Tenaga Kerja BBN

Pada kurva kemungkinan produksi, perubahan harga relatif dari sebelum perdagangan menjadi adanya perdagangan telah membuat jumlah impor pakan dan pangan sebesar BD dan ekspor BBN sebesar BD (Gambar 14). Pada

keseimbangan awal terjadi di titik A, dimana kurva kemungkinan produksi bersinggungan dengan kurva indiferen U0

B 0 A Sebelum Perdagangan Harga Dunia D Perdagangan bebas U0 U 1 Ekspor BBN

Impor Pangan & Pakan Output Pangan & Pakan Output BBN BBNB BBND IPPB IPPD

dan harga relatif sebelum perdagangan. Dengan adanya perdagangan internasional, dimana harga pangan dan pakan di pasar lebih murah dibandingkan harga BBN, maka kemiringan kurva rasio harga bergeser dari sebelum perdagangan menjadi kurva perdagangan bebas, dimana titik keseimbangan terbaru berada di titik B. Karena perubahan rasio harga relatif tadi, maka terjadi perubahan perlaku dimana produksi di titik B, namun konsumsi pangan dan pakan di titik D, sehingga terjadi impor pangan dan pakan sebesar BD. Pada produksi pangan dan pakan di titik B, maka konsumsi di titik D, sehingga terjadi ekspor BBN sebesar BD.

Gambar 14. Dampak Perubahan Harga Relatif BBN terhadap Ekspor BBN dan Impor Pangan dan Pakan pada Kurva Kemungkinan Produksi dan Kurva Indiferen

Pada pasar ekspor dan impor, kurva ekspor BBN bergeser ke kanan, sehingga terjadi peningkatan ekspor BBN dan diikuti oleh depresiasi nilai tukar rupiah riil terhadap dollar Amerika Serikat (Gambar 15). Titik awal keseimbangan

ekspor dan impor BBN berada di A, dimana ekspor BBN di X0 dan nilai tukar

rupiah riil di e0. Dengan adanya pergeseran kurva ekspor XBBN0 ke kanan

menjadi XBBN1, maka ekspor BBN bergeser dari X0 ke X1 dan nilai tukar rupiah riil

mengalami depresiasi dari e0 ke e1

Pada pasar barang dan jasa, kurva penawaran agregat bergeser ke kanan sebagai akibat dari peningkatan produksi BBN (Gambar 16). Disamping itu kurva permintaan juga bergeser ke kanan sebagai akibat dari peningkatan ekspor BBN. Perubahan keseimbangan dari perpotongan kurva penawaran agregat dan permintaan agregat dari keseimbangan awal ke keseimbangan akhir berdampak menimbulkan peningkatan tingkat harga dan peningkatan pendapatan.

.

Nilai tukar riil

XBBN 0 XBBN 1 MBBN e0 e1 X0 X1

Ekspor dan Impor BBN

0

A

B

Gambar 15. Dampak Peningkatan Ekspor BBN terhadap Jumlah Ekspor BBN dan Nilai Tukar Rupiah Riil

Titik awal keseimbangan di A, dimana kurva permintaan agregat AD0

berpotongan dengan kurva penawaran agregat AS0, dimana pendapatan

nasional (Produk Domestik Bruto) berada di Y0 dan tingkat harga di P0.

kurva permintaan ke kanan dari AD0 ke AD1, yang berdampak titik

keseimbangan berubah dari A ke B, dimana pendapatan meningkat dari Y0 ke Y1

dan tingkat harga meningkat dari P0 ke P1. Penawaran agregat juga bergeser ke

kanan dari AS0 ke AS1 karena peningkatan output per komoditi, sehingga titik

keseimbangan di B bergerak ke C, dimana pendapatan meningkat dari Y1 ke Y2

dan tingkat harga meningkat dari P2 ke P3.

AD0 AD1 AS0 Tingkat Harga Pendapatan AS1 Y0 0 P0 Y1 Y2 P1 P2 A B C

Gambar 16. Dampak Pergeseran Kurva Permintaan Agregat dan Pergeseran Kurva Penawaran Agregat terhadap Tingkat Harga dan Pendapatan Pada pasar yang menghubungkan antara investasi asing neto, ekspor neto, dan nilai tukar riil, maka peningkatan produksi BBN diikuti oleh peningkatan investasi asing neto (Gambar 17). Kurva investasi asing neto bergeser ke kanan. Peningkatan ekspor BBN membuat kurva ekspor neto bergeser ke kanan. Perubahan dari keseimbangan awal menjadi titik keseimbangan yang baru, membuat investasi asing neto meningkat diikuti oleh depresiasi nilai tukar rupiah riil terhadap dollar Amerika Serikat.

e0

e1 e2

NX0 NX1

Nilai Tukar Riil

NFI0 NFI1

Ekspor Netto, Investasi Asing Netto NFI0 NFI1 0 A B C

Gambar 17. Dampak Pergeseran Ekspor Neto dan Pergeseran PMA terhadap PMA dan Nilai Tukar Rupiah Riil

Titik awal keseimbangan berada di A, dimana investasi asing di NFI0 dan

nilai tukar rupiah riil di eo. Pergeseran kurva investasi asing ke kanan

menimbulkan titik keseimbangan awal di A bergerak ke titik B, dimana investasi asing di NFI1 dan nilai tukar rupiah terdepresiasi ke e2. Pergeseran kurva ekspor

neto ke kanan sebagai akibat dari adanya ekspor BBN, membuat titik keseimbangan di B bergeser ke C, dimana investasi asing tetap di NFI1 dan nilai

tukar riil terdepresiasi kembali dari e2 ke e3

NFI(r)

Investasi Asing Netto NFI0 NFI1

r0 r1

0 Suku bunga riil

A

B .

Gambar 18. Dampak Peningkatan PMA terhadap Suku Bunga Riil

Peningkatan pendapatan asing neto berdampak terhadap penurunan tingkat suku bunga riil (Gambar 18). Titik awal keseimbangan berada di A, dimana investasi asing di NFI0 dan suku bunga riil di r0. Peningkatan investasi

asing membuat investasi asing bergerak dari NFI0 ke NFI1 dan suku bunga riil

menurun dari r0 ke r1

Peningkatan pendapatan membuat kurva tabungan bergeser ke kanan dan bersamaan dengan itu pada kondisi kurva investasi dan investasi asing neto yang tetap, maka tingkat suku bunga riil menjadi lebih rendah (Gambar 19). Kurva tabungan semula di S(Y

.

0) dengan keseimbangan awal di A, dimana

tabungan di S0 dan suku bunga riil di r0. Peningkatan pendapatan membuat

kurva S(Y0) bergeser ke kanan menjadi S(Y1) dan titik keseimbangan awal di A

bergerak ke titik B, dengan tabungan meningkat dari S0 ke S1 dan suku bunga riil

menurun dari r0 ke r1

I + NFI

Tabungan, Investasi, Investasi Asing Netto r0

r1

0 Suku bunga riil

S(Y0) S(Y1)

S0 S1

A

B .

Gambar 19. Dampak Peningkatan Pendapatan terhadap Tabungan dan Suku Bunga Riil

Tingkat suku bunga riil yang lebih rendah juga terjadi sebagai akibat dari kurva LM bergeser ke kanan dan kurva IS juga bergeser ke kanan (Gambar 20). Titik awal keseimbangan pada perpotongan kurva IS dan kurva LM berada di titik A, dimana pendapatan di Y0 dan suku bunga riil di r0. Peningkatan investasi

membuat kurva IS bergeser ke kanan dari IS0 ke IS1, sehingga pendapatan Y0

bergerak ke Y1, suku bunga riil turun dari r0 ke r1, dan titik keseimbangan

bergerak dari A ke B. Peningkatan tabungan membuat kurva LM bergeser ke kanan dari LM0 ke LM1, sehingga titik keseimbangan bergeser dari B ke C,

dimana pendapatan meningkat dari Y2 ke Y3 dan suku bunga riil meningkat dari

r2 ke r3, namun secara keseluruhan suku bunga riil turun dari r1 ke r3

IS0 Pendapatan r0 r2 r1 0 Suku bunga riil

Y0 Y1 Y2 LM0 LM1 IS1 A B C .

Gambar 20. Dampak Pergeseran Kurva IS dan Pergeseran Kurva LM terhadap Suku Bunga Riil dan Pendapatan

Penurunan tingkat suku bunga juga terjadi sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran uang ke kanan dan pergeseran kurva permintaan uang ke kanan (Gambar 21). Titik awal keseimbangan di A, yang merupakan perpotongan kurva permintaan uang L(r, Y0) dan kurva penawaran uang (M0/P), dimana suku

bunga riil di r0 dan penawaran uang di M0/P. Peningkatan pendapatan membuat

kurva permintaan uang bergeser ke kanan dari L(r, Y0) ke L(r, Y1), sehingga titik

keseimbangan bergerak dari A ke B, dimana kecepatan perputaran uang meningkat dari M0/P ke M1/P dan suku bunga riil menurun dari r0 ke r1.

Pergeseran kurva LM ke kanan diikuti oleh pergeseran kurva penawaran uang ke kanan dari M0/P ke M1/P, sehingga titik keseimbangan bergeser dari B ke C,

dimana kecepatan perputaran uang bergeser ke kanan dari M1/P ke M2/P dan

suku bunga riil meningkat dari r2 ke r3, namun secara keseluruhan suku bunga

riil turun dari r0 ke r3

L(r,Y0) M/P r0 r2 r1 0 Suku bunga riil

M0/P M1/P M2/P M0/P M2/P L(r,Y1) A B C .

Gambar 21. Dampak Pergeseran Kurva Permintaan Uang dan Kurva Penawaran Uang terhadap Kecepatan Perputaran Uang

Peningkatan pendapatan pada kurva keseimbangan antara pengeluaran agregat dan perencanaan agregat ditunjukkan oleh pergeseran kurva pengeluaran konsumsi rumah tangga ke atas (Gambar 22). Pergeseran kurva pengeluaran konsumsi rumah tangga ke atas sebagai akibat dari peningkatan pendapatan tersebut, telah berdampak kepada peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Titik awal keseimbangan berada di e0, dimana

pendapatan di Y0 dan pengeluaran konsumsi rumah tangga di C0. Peningkatan

atas dari C(Y0) ke C(Y1), dimana pendapatan meningkat dari Y0 ke Y1 dan

pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat dari C0 ke C1

Y0 Y1 0 C(Y0) C(Y1) AE=AP Pengeluaran Agregat Pendapatan C1 C0 e0 e1 .

Gambar 22. Dampak Pergeseran Kurva Konsumsi terhadap Pendapatan

Pada kurva penghubung antara output dan emisi karbon menunjukkan bahwa peningkatan output BBN diikuti oleh peningkatan emisi karbon (Gambar 23). Titik awal keseimbanagn berada di A, dimana output per komoditi di Y0 dan

emisi karbon di Emisi0. Peningkatan output per komoditi membuat output

meningkat dari Y0 ke Y1, emisi karbon meningkat dari Emisi0 ke Emisi1

Emisi 0 Emisi 1