• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN xxx I PENDAHULUAN

Emisi 0 Emisi 1 0 Emisi Karbon

6) Peningkatan permintaan lahan kelapa sawit dan ubi kayu Rural 4.

3.4. Struktur Model

3.4.4. Sistem Persamaan

Sistem persamaan yang digunakan dalam model INDOF mengikuti ORANI-F (Horridge et al, 1993 dan Oktaviani, 2008) meliputi 17, yaitu:

1. Permintaan untuk tenaga kerja. 2. Permintaan untuk input primer. 3. Permintaan untuk input antara.

4. Permintaan gabungan input primer dan input antara. 5. Gabungan komoditi dari output industri.

6. Permintaan untuk barang-barang investasi. 7. Permintaan rumah tangga.

8. Ekspor dan permintaan akhir lainnya. 9. Permintaan margin.

10. Harga di tingkat pembeli. 11. Kondisi keseimbangan pasar. 12. Pajak tidak langsung.

13. Produk Domestik Bruto dari sisi pendapatan dan pengeluaran. 14. Keseimbangan perdagangan dan agregasi lainnya.

15. Tingkat pengembalian, indeksasi. 16. Persamaan investasi-modal akumulasi. 17. Akumulasi hutang.

Penawaran pada model INDOF menggunakan empat faktor produksi primer, yaitu lahan, tenaga kerja, modal dan kelompok biaya lainnya. Tenaga kerja dibagi menjadi empat, yaitu pertanian, operator (produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar), administratif (tatausaha, penjualan, jasa- jasa) dan profesional (kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi). Jenis faktor lainnya tidak didisagregasi. Struktur produksi pada suatu industri disajikan pada Gambar 27.

Pada proses produksi, setiap industri dapat menghasilkan sejumlah komoditi. Industri-industri tersebut menggunakan input primer dan input antara. Setiap input antara dapat diperoleh dari sumber domestik atau impor. Input-input (faktor primer) yang digunakan di setiap industri adalah tenaga kerja, modal dan lahan. Asumsi yang dibuat dalam model produksi ini adalah input output yang ada saling terpisah dan bertingkat, berdasarkan struktur hierarkhi. Fungsi produksi selalu memiliki elastisitas substitusi yang konstan, kecuali untuk kombinasi barang-barang antara dan input primer agregat, dimana pada tahap ini menggunakan Leontief atau teknologi dengan proporsi yang tetap.

Pada tingkat paling atas, asumsi yang digunakan mengikuti model Cobb Douglas yang menggunakan fungsi produksi CET, yaitu substitusi antara faktor produksi primer, input antara dan biaya lainnya untuk menghasilkan BBN dianggap konstan. Permintaan terhadap faktor produksi primer mengikuti fungsi produksi CES tersebut dimungkinkan substitusi antara faktor produksi primer.

Permintaan terhadap input antara mengikuti asumsi yang digunakan pada model Armington, dimana barang impor dan barang domestik diasumsikan tidak bersubstitusi sempurna. Pada tingkat paling bawah, permintaan faktor produksi tenaga kerja berdasarkan pada fungsi produksi CES. Fungsi CES secara umum dirumuskan sebagai berikut:

y = A[bx1-g + (1-b)x2-g]-v/g dimana: ………(5) y = output. x1 x = input 1. 2 A = parameter efisiensi. = input 2 . g = parameter substitusi. v = parameter skala. v + g = parameter distribusi.

σ = parameter elastisitas, dimana [

(

)

g

+

=

1

1

σ

].

Beattie dan Taylor (1985) menjelaskan mengenai sifat fungsi CES dan parameter-parameter yang terdapat pada fungsi CES, yaitu: parameter skala (ν), parameter distribusi (v+g) dan parameter elastisitas [

(

+g)

=

1

1

σ

]. Homogenitas dari fungsi CES ditentukan oleh derajat parameter skala. Keterkaitan antar sektor dipengaruhi oleh parameter sebaran dan terdapat kesamaan dari elastisitas substitusi pada setiap input. Pada model, fungsi CES diasumsikan constant return to scale, sehingga hanya terdapat dua parameter yang ditetapkan pada setiap fungsi. Fungsi CES secara implisit mempunyai kemampuan memisahkan antara input-input (output) yang terdapat di dalam fungsi, sehingga permintaan terhadap input (atau penawaran output) ditentukan hanya oleh harga input (output) utama dan secara agregat atau rata-rata dari semua harga input (output) (Bettie dan Taylor, 1985; Oktaviani, 2008).

Keuntungan menggunakan fungsi CES dapat dilihat ketika membahas biaya. Adanya elastisitas yang konstan pada fungsi CES menunjukkan bahwa elastisitas antara dua input (output) yang diubah, tetapi berlaku sama pada semua pasangan input (output). Sebagai contoh, kemampuan mensubstitusi diukur dengan elastisitas, antara tenaga kerja dan modal adalah sama dengan elastisitas antara lahan dan tenaga kerja; atau elastisitas pada industri tebu (gula) ditransformasi padi ke karet. Pada kenyataannya secara signifikan, jika menggunakan elastisitas yang salah tergantung pada parameter distribusi. Parameter distribusi tersebut di atas ditentukan oleh pangsa (antar komoditi) pendapatan industri (atau biaya atau pengeluaran input). Ketika pangsa tersebut di atas relatif kecil, maka nilai elastisitas hanya akan memberikan efek yang kecil pada keseimbangan ekonomi.

CET CET CET σIOUT Level Aktivitas Leontief CES σ21 CES σ2c CES σ1PRIM CES σ1LABi Pasar Lokal Pasar Lokal Pasar Ekspor Pasar Ekspor Barang 1 X1TOT1 Barang C X1TOT1 Barang 1 X11_s Barang C X1ci_s Faktor Primer Barang lain X1OCTi Impor Barang 1 X1"imp"i Domestik Barang C XC"dom"i Impor Barang C XC"imp"i Lahan X1LNDi Modal X1CAPi Domestik Barang 1 X1"dom"i Tenaga Kerja X1LABi_o TK Jenis 2 X1LABi2 TK Jenis 3 X1LABi3 TK Jenis 4 X1LABi4 TK Jenis 1 X1LABi1

Gambar 27. Struktur Produksi pada Model INDOF Sumber: Horridge, 1998; Oktaviani, 2008

Struktur produksi tersebut bersama-sama dengan asumsi lain tentang perilaku perusahaan dan struktur pasar menentukan permintaan tenaga kerja, input primer lainnya, input antara, dan penawaran komoditi oleh industri. Asumsi- asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Produsen dan konsumen adalah penerima harga untuk pasar input dan pasar output.

2. Produsen akan memaksimumkan keuntungan dengan memilih kombinasi input tertentu dengan kendala tingkat teknologi produksi dan memilih kombinasi input untuk tingkat output tertentu dengan biaya yang terkecil.

Fungsi produksi dapat didefinisikan sebagai:

F(input, output) = 0 ………(6) dan dapat ditulis sebagai:

G(input)=X1TOT=H(outputs) ………(7) dimana X1TOT menjelaskan suatu indeks atau tingkat aktivitas industri.

Asumsi yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara input dan output adalah input-output terpisah dalam fungsi transformasi yang berarti bahwa produksi dari kombinasi produk oleh suatu industri tidak secara langsung berhubungan dengan kombinasi input yang digunakan, tetapi hanya melalui suatu indeks dari aktivitas industri (Oktaviani, 2008). Pada tingkat aktivitas industri tertentu, keputusan untuk menentukan kombinasi produk apa yang dihasilkan adalah tidak tergantung pada keputusan dalam menentukan kombinasi input yang digunakan. Secara khusus, harga input tidak berpengaruh pada kombinasi output, kecuali pada tingkat aktivitas industri. Fungsi permintaan dan penawaran, tergantung pada tingkat aktivitas, terdiri dari hanya harga input atau harga produk. Kondisi ini menunjukkan penyederhanaan secara empiris.

Jika fungsi transformasi H (outputs) diasumsikan hanya satu tahap, sedangkan fungsi G (inputs) berdasarkan hierarkhinya ada tiga tahap. Hal ini berdampak pada pemisahan dan penyederhanaan fungsi permintaan. Secara khusus permintaan input pada setiap level tertentu dapat dinyatakan sebagai fungsi dari harga input dan tidak dinyatakan sebagai fungsi pada level input lebih rendah. Pada Gambar 27, permintaan tenaga kerja untuk memproduksi input primer dapat dinyatakan sebagai fungsi dari harga tenaga kerja, (dan lahan serta modal) tanpa menjelaskan secara eksplisit harga dari setiap jenis tenaga kerja.

Harga yang terakhir, mempengaruhi harga tenaga kerja dan dapat ditulis dalam persamaan yang terpisah. Fungsi dalam fungsi (nested) berarti bahwa keputusan pemilihan kombinasi dari lahan dan tenaga kerja untuk memproduksi input primer tidak akan tergantung secara langsung pada harga dan keputusan dari barang domestik atau impor yang digunakan untuk menghasilkan barang- barang antara, tetapi hanya melalui pengaruh secara tidak langsung pada produksi dan harga barang-barang antara. Hal ini dibuat untuk keperluan penyederhanaan secara empiris.

Pada Gambar 27, pada tingkat yang lebih tinggi dari fungsi input, komoditi komposit, dan input primer komposit dan biaya lainnya dikombinasikan dengan menggunakan Leontief atau fungsi produksi dengan proporsi yang tetap pada penggunaan input (Debertin, 1986). Dengan teknologi ini penggunaan input yang lebih banyak dari yang seharusnya, tidak akan menyebabkan proporsi input tertentu tersebut berubah, sehingga output tidak akan meningkat. Dengan demikian jika industri tersebut ingin memaksimumkan keuntungan, industri tersebut sebaiknya tidak menggunakan input yang berlebihan, tetapi menggunakan jumlah input terkecil untuk memproduksi sejumlah barang yang diinginkan. Harga pada tingkat ini tidak berpengaruh terhadap keputusan industri tersebut memproduksi output lainnya, penyelesaian dilakukan dengan mengubah

tingkat aktivitas output dalam industri. Persamaan INDOF yang digunakan pada penelitian ini disajikan secara lengkap pada Lampiran 12.