• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEBT RATIO

3.4.5. Perhitungan Tambahan di Luar Model

Persamaan emisi (Rodriguez, 2009) dihitung di luar model INDOF dengan menggunakan piranti lunak Excel. Penambahan persamaan tersebut untuk menjawab isu emisi karbon berkaitan dengan pengembangan BBN. Perhitungan dilakukan di luar model INDOF, karena data emisi karbon tersebut tidak tersedia dalam Tabel IO dan/atau Tabel SNSE. Emisi karbon pada penelitian ini dihitung menggunakan pendekatan berdasarkan konversi besar output per sektor. Rodriguez (2009) menghitung emisi karbon menggunakan elastisitas Armington dan elastisitas transformasi sebesar 1.25-6.34 sebagaimana penelitian Cororaton dan Corong (2006).

Penelitian tentang pencemaran emisi k dari industri i (EMITki) adalah produk dari intensitas pencemaran (лki) dan output industri (Qi). Jumlah emisi

dari pencemaran k (EMITk

Q

EMIT

ki

=

π

ik

.

i

) dihitung dari jumlah emisi dari industri berbeda.

K k I i∈ ; ∈ ………(57) dimana: EMITki

лki = emisi pencemaran k berasal dari industri i.

Q = intensitas pencemaran. i ki N i k EMIT

EMIT

= = 1 = output industri. iI;kK………(58) dimana: EMITk EMIT

= jumlah emisi pencemaran k.

ki

Setiap industri berpotensi mampu menghasilkan emisi menurut jenis pencemarannya. Jenis-jenis tersebut adalah biochemical oxygen demand (BOD5), carbon monoxide (CO), nitrogen (N), nitrogen oxide (NOX), oil, phosphorus (P), particular matter (PM), sulfur oxide (SOX), suspended solids

(SS), total suspended solids (TDS), dan volatile organic compounds (VOC). Pendekatan dalam menghitung dampak lingkungan lainnya, antara lain dengan menggunakan pendekatan model tenaga kerja Aldaba dan Cororaton (2002), Inocencio et al (2001), dan Rodriguez (2009). Pada penelitian ini, dampak emisi karbon yang ditimbulkan oleh pengembangan produksi BBN dibandingkan dengan besar emisi karbon yang dihasilkan oleh BBM.

3.5. Closure

Closure merupakan “penutup” model yang terdiri dari peubah eksogen dan endogen (Tabel 19). Pengolahan data BBN Indonesia menggunakan model keseimbangan umum jangka panjang recursive dynamic, yang dibangun dari model INDOF. Perbedaan closure jangka pendek dan jangka panjang disajikan pada Lampiran 31. Untuk mengaktifkan model recursive dynamic adalah dengan cara menjadikan peubah eksogen peubah dummi(delUnity) dan simulasi dinamis (delFudge) masing-masing ditetapkan sebesar 1.

Tabel 19. Peubah Eksogen yang Digunakan dalam Closure Penelitian

Peubah Dimensi Keterangan

Peubah eksogen PDB riil dari sisi penawaran

x1cap_vah HH Peubah modal per rumah tangga pertanian x1cap_vnh HH Peubah modal per rumah tangga non pertanian x1cap_f_hh N_AGIND*HH Modal tetap per rumah tangga non pertanian x1lab_i_h OCC*HH Penawaran tenaga kerja rumah tangga x1lndi_hh AGIND*HH Penawaran lahan rumah tangga pertanian a1fac AGRIFAC*AGIND Perubahan teknologi faktor primer pertanian a1prim IND Perubahan teknik tambahan semua faktor primer a1tot IND Perubahan teknik tambahan semua input a2tot IND Perubahan teknik investasi netral a1faco N_AGRIFAC*N_AGIND Perubahan teknik faktor primer lainnya f1oct IND Pergeseran harga biaya lainnya

f1lab_i_x OCC Pergeseran ketrampilan khusus tenaga kerja

emptrend 1 Trend tenaga kerja

p0gdpexp 1 Indeks harga PDB sisi pengeluaran Peubah eksogen PDB riil dari sisi permintaan

x5tot 1 Permintaan pemerintah riil agregat

fx6 COM*SRC Pergeseran stok

fgov_f TYPE Pergeseran transfer pemerintah ke negara lain fgov_h HH*TYPE Pergeseran transfer pemerintah ke rumah tangga f3tot_h HH Rasio konsumsi terhadap pendapatan per rumah

tangga Kurva permintaan ekspor untuk jumlah dan harga

f4p COM Pergeseran harga ekspor ke atas dari permintaan ekspor

f4q COM Pergeseran jumlah permintaan ekspor ke kanan Harga impor dari negara lain sebagai eksogen

Tabel 19. Lanjutan

Peubah Dimensi Keterangan

Semua pajak penjualan eksogen kecuali ekspor

f0tax_s COM Pergeseran pajak penjualan f1inc_tax 1 Pergeseran pajak pendapatan

f1tax_csi 1 Persentase perubahan pajak atas penggunaan barang intermediate

f2tax_csi 1 Persentase perubahan pajak investasi

t0imp COM Tarif

f3tax_cs 1 Persentase perubahan pajak rumah tangga f4tax_trad 1 Persentase perubahan pajak ekspor tradisional

f5tax_cs 1 Persentase perubahan pajak yang digunakan pemerintah

delfudge 1 Pengaturan untuk simulasi dinamis Distribusi permintaan pemerintah

f5 COM*SRC Pergeseran permintaan pemerintah Nilai tukar nominal (numeraire)

p0realdev 1 Devaluasi riil

Eksogen jumlah rumah tangga dan selera konsumsi

q HH Jumlah rumah tangga

a3_s COM*HH Perubahan selera, rasio impor terhadap domestik komposit rumah tangga

Penentu sektor investasi

finv1 IND Pergeseran investasi

f2tot 1 Rasio investasi terhadap konsumsi

delUnity 1 Peubah dummy

Pada penelitian ini nilai peubah eksogen devaluasi riil (p0realdev) sebesar 8.33, yang diperoleh dari data Bank Indonesia tahun 2008-2010. Peubah eksogen permintaan pemerintah riil agregat (x5tot) sebesar 25.33. Angka 25.33 merupakan laju pertumbuhan permintaan riil agregat pemerintah tahun 2008-2010. Rasio investasi terhadap konsumsi (f2tot) sebesar 4.4, diperoleh dari laju pertumbuhan investasi dan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun 2008-2010. Indeks harga PDB dari sisi pengeluaran (p0gdpexp) sebesar 19.8, diperoleh dari indeks harga PDB deflator tahun 2008-2010.

Data pertumbuhan permintaan tenaga kerja di Indonesia disajikan pada Lampiran 28. Pertumbuhan permintaan tenaga kerja (emptrend) dan jumlah rumah tangga (q) merupakan peubah eksogen, namun angka pertumbuhan peubah trend tenaga kerja (emptrend) dan jumlah rumah tangga (q) tidak diisi oleh angka tertentu, agar estimasi baseline mendekati hasil PDB publikasi pemerintah. Hal itu merupakan keterbatasan penelitian ini.

Pada penelitian ini dilakukan swap terhadap peubah endogen perubahan teknologi input (a1tot) menggunakan peubah eksogen penggunaan barang antara rasio impor terhadap domestik (x1_s) ketika dilakukan simulasi peningkatan permintaan BBN. Demikian pula dilakukan swap terhadap peubah endogen penawaran lahan pertanian rumah tangga (x1lndi_hh) menggunakan peubah eksogen permintaan faktor primer pertanian (x1fac) ketika dilakukan simulasi peningkatan permintaan lahan kelapa sawit dan ubi kayu.

3.6. Baseline

Baseline pada penelitian ini merupakan estimasi kondisi ekonomi dalam keadaan normal tahun 2010 dan digunakan proyeksi lag 2 tahun ke depan atas akumulasi tahun 2008 ke tahun 2010. Baseline menggunakan data produktivitas per sektor, closure pada Tabel 19, dan penggunaan laju peubah eksogen tersebut di atas.

Produktivitas per sektor dihitung menggunakan data Total Faktor Produksi dari Jungsoo Park Tahun 2000-2007 (Park, 2010), data pertumbuhan PDB sektoral tahun 2000-2007 (www.bi.go.id), dan dikalikan faktor konversi sebesar 11.2.Park (2010) menghitung total faktor produktivitas Indonesia tahun 2000-2007 sebesar 2.61. Pertumbuhan PDB sektoral dan Total Faktor Produktivitas disajikan pada Lampiran 29. Total faktor produktivitas per sektor disajikan pada Lampiran 30. Produktivitas BBN dihitung menggunakan metode Compete (2008) (Tabel 20). Compete (2008) menghitung produktivitas etanol dalam satuan liter per hektar.

Baseline pada Tabel 21 dipilih menggunakan metoda perbedaan kuadrat terkecil dari hasil estimasi dengan data aktual. Estimasi pertumbuhan kumulatif impor barang dan jasa lebih rendah dibandingkan data actual. Hal itu karena rasio ekspor terhadap impor pada Tabel IO tahun 2008 sebesar 110.36 persen.

Akan tetapi, berdasarkan data PDB menurut penggunaan sebesar 123.87 persen, dan berdasarkan data PDB menurut jenis pengeluaran Q4 sebesar 129.47 persen.

Pangsa PDB permintaan agregat harga berlaku dan PDB database IO tahun 2008 disajikan pada Lampiran 37, yang memperlihatkan adanya perbedaan antara pangsa PDB permintaan agregat harga berlaku dan PDB database IO tahun 2008. Indikator ekonomi makro harga berlaku tahun 2008 dan 2010 disajikan pada Lampiran 38, yang memperlihatkan persentase besar perubahan kumulatif tahun 2008 hingga tahun 2010. Karena hasil estimasi Tabel 21 di atas relatif telah mendekati data aktual, maka model dapat digunakan untuk updating dan dilanjutkan untuk melakukan analisis implementasi kebijakan pengembangan produksi dan mandat konsumsi BBN.

Tabel 21. Perbandingan Data Aktual dan Estimasi pada Indikator Ekonomi Makro di Indonesia Tahun 2008-2010

Indikator Ekonomi Makro

Harga Konstan Tahun 2000 *) (Rp Miliar)

Kumulatif Tahun 2008-2010

Q4 ke Q4 (%)

2008 2009 2010 Aktual**) Estimasi

Produk Domestik Bruto 2 082 456.1 2 177 741.7 2 310 689.8 12.28 12.20

Konsumsi rumah tangga 1 191 190.8 1 249 011.2 1 306 800.9 8.40 5.76

Investasi 493 822.3 510 100.2 553 444.3 12.80 10.16

Pengeluaran pemerintah 169 297.2 195 834.4 196 397.6 25.33 25.33

Ekspor barang dan jasa 1 032 277.8 932 248.6 1 071 385.3 19.84 17.75

Impor barang dan jasa 833 342.2 708 528.8 830 981.8 18.51 6.11

Sumber: *)

3.7. Simulasi

Simulasi dilakukan dengan menambahkan data yang dimutakhirkan dengan skenario simulasi (baseline + guncangan) pada tahun 2015. Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

1. Konsumsi BBN dari industri minyak dan lemak meningkat sebesar 5 persen.

2. Perluasan lahan kelapa sawit meningkat sebesar 15 persen, tebu meningkat sebesar 10 persen, ubikayu meningkat sebesar 10 persen, kayu menurun sebesar 25 persen, dan hasil hutan lain menurun 25 persen dari rata-rata perubahan lahan tersebut di pedesaan selama tahun 2000-2009, serta modal tetap industri minyak dan lemak maupun BBN Urban 3 meningkat masing-masing meningkat sebesar 10 persen. Luas tanaman perkebunan besar di Indonesia disajikan pada Lampiran 32. Luas lahan di Indonesia disajikan pada Lampiran 33. Luas panen tanaman pangan di Indonesia disajikan pada Lampiran 34.

3. Produktivitas tanaman ubikayu menurun sebesar 10 persen, tebu menurun sebesar 10 persen, kelapa sawit tetap, industri minyak dan lemak meningkat sebesar 10 persen, industri gula menurun sebesar 10 persen, dan BBN meningkat sebesar 15 persen. Total faktor produktivitas per sektor disajikan pada Lampiran 30.

4. Harga ekspor CPO rata-rata per tahun meningkat sebesar 16.31 persen, harga ekspor dan impor jagung meningkat sebesar 12.8 persen, harga impor beras meningkat sebesar 8.6 persen, harga impor gula meningkat sebesar 12.8 persen, harga ekspor minyak kelapa meningkat sebesar 19.6 persen, harga impor gandum meningkat sebesar 9.8 persen, harga ekspor kayu bulat meningkat sebesar 4.7 persen, harga ekspor batubara meningkat sebesar 25 persen, harga ekspor dan impor BBM meningkat sebesar 18.1 persen, serta harga ekspor gas meningkat sebesar 9.5 persen selama tahun 2000-2011. CPO, gula (tetes tebu), dan ubi kayu merupakan tanaman bahan baku BBN di Indonesia. Jagung, beras, kelapa, dan gandum berpotensi dapat dikembangkan menjadi tanaman bahan baku BBN. Kayu bulat, batubara, BBM, dan gas merupakan komoditi substitusi BBN. Perkembangan harga komoditi disajikan pada Lampiran 35.

5. Subsidi harga output BBN sebesar 57.68 persen tahun 2011. Daftar harga eceran BBM non subsidi disajikan pada Lampiran 36. Harga eceran BBM bersubsidi sebesar Rp 4500 per liter.

6. Permintaan lahan kelapa sawit meningkat sebesar 15 persen dan permintaan lahan ubikayu meningkat sebesar 10 persen kelompok Rural 4. Perkembangan luas lahan tanaman minyak kelapa sawit disajikan pada Lampiran 32. Luas panen tanaman ubi kayu tahun 1995-2009 disajikan pada Lampiran 34. Perkembangan luas lahan pertanian di Indonesia disajikan pada Lampiran 33.