• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membaca Hikayat

Dalam dokumen sma11bhsindbhs KompetensiBerbahasa Syamsuddin (Halaman 136-139)

Kasih Sayang

C. Membaca Hikayat

Sastra lama perlu menjadi bahan perhatian sebab keberadaan sastra lama sangat penting dalam ilmu sastra. Sastra yang tumbuh dan berkembang saat ini adalah kelanjutan sastra masa lalu. Sastra lama dapat dikaji melalui ilmu folklor dan ilmu filologi.

Ilmu folklor adalah ilmu yang menggali dan mempelajari tradisi lisan, seperti mitos, legenda, dan dongeng, misalnya mitologi Dewi Sri atau asal usul padi. Mitos erat hubungannya dengan kepercayaan pada dewa, sedangkan legenda erat hubungannya dengan cerita asal usul suatu daerah atau suatu tempat, misalnya legenda Tangkuban Perahu. Dongeng adalah salah satu bentuk sastra lisan yang isinya bercerita tentang makhluk khayali dan memiliki makna simbolik bagi manusia, misalnya dongeng Sang Kancil, dongeng Timun Mas, dan dongeng Bawang Putih Bawang Merah.

Berbeda dengan folklor yang mengkaji sastra lisan atau tradisi lisan, tradisi sastra lama yang sudah mengenal bahasa tulis dikaji oleh filologi. Filologi adalah ilmu yang menekankan pengkajian pada naskah-naskah kuno. Naskah-naskah kuno tersebut ditulis dengan bahasa dan aksara kuno, seperti bahasa Sansekerta, Jawa Kuno, bahasa Sunda lama, dengan huruf Palawa, Arab Pegon, atau Arab Melayu. Isi naskah kuno itu, antara lain hikayat. Hikayat merupakan bentuk prosa sastra lama. Dari panjangnya, hikayat ini bisa di- bandingkan dengan roman atau novel pada sastra modern. Kini banyak hasil kajian filologi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan dipublikasikan. Di antaranya Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Sri Rama, dan Hikayat Hang Tuah.

Biasanya penelitian naskah-naskah lama terfokus pada bentuk huruf, isi cerita, nilai budaya, transformasi naskah, dan ajaran-ajaran yang termuat dalam naskah tersebut.

Buka Wawasan

Legenda biasanya bersifat migratoris, yakni dapat berpindah-pindah sehingga legenda dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda.

Berikut kutipan sastra lama berjudul ”Hikayat Ibnu Hasan”. Coba kalian baca dengan teliti!

Hikayat Ibnu Hasan

Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan banyak harta banyak uang, terkenal ke setiap negeri, merupakan orang terkaya, bertempat tinggal di negeri Bagdad, yang terkenal ke mana-mana, sebagai kota yang paling ramai saat itu.

Syekh Hasan sangat bijaksana, mengasihi fakir miskin, me- nyayangi yang kekurangan, menasihati yang berpikiran sempit, mengingatkan orang yang bodoh, diajari ilmu yang baik, walaupun harus mengeluarkan biaya, berupa pakaian atau uang, karena itu banyak pengikutnya.

Syekh Hasan saudagar yang kaya raya, memiliki seorang anak, laki-laki yang sangat tampan, pendiam, dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya.

Ibnu Hasan sedang lucu-lucunya, semua orang senang me- lihatnya, apalagi orang tuanya, namun demikian anak itu, tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan sandang, namun Ibnu Hasan sama sekali tak suka bersolek, karena itulah kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ayahnya berpikir, ”Alangkah salahnya aku, menyayangi di luar batas, tanpa pertimbangan, bagaimana kalau akhirnya, dimurkai Allah Yang Agung, aku pasti durhaka, tak dapat mendidik anak, mengkaji ilmu yang bermanfaat.”

... Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatangi, diusap- usapnya putranya sambil dinasihati, bahwa ia harus mengaji, katanya, ”Sekaranglah saatnya anakku, sebenarnya aku kuatir, tapi, pergilah ke Mesir, carilah jalan menuju keutamaan.”

Gambar 7.4Seorang ibu melepas kepergian anaknya

Ibnu Hasan menjawab, ”Ayah jangan ragu-ragu, jangankan jalan menuju kemuliaan, jalan kematian pun hamba jalani, semua kehendak orang tua, akan hamba turuti, tidak akan kutolak, siang malam hanya perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan.”

Singkat cerita, Ibnu Hasan yang akan berangkat ke pesantren, berpisah dengan kedua orang tuanya, hatinya sangat sedih, ibunya tidak tahan, menangis terisak-isak, harus berpisah dengan putranya, yang masih sangat kecil, belum cukup usia.

”Kelak, apabila Ananda sudah sampai, ke tempat merantau, pandai- pandailah menjaga diri, karena jauh dari orang tua, harus tahu ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh dan menyombongkan diri, merasa lebih dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau begitu perbuatanmu, hidupmu tidak akan senang karena dimusuhi semua orang, tidak akan ada yang mau menolong, kalau celaka tidak akan diperhatikan, berada di rantau orang, kalau judes pasti mendapat kesusahan, hati-hatilah menjaga diri jangan menganggap enteng segala hal.”

Ibnu Hasan menjawab dengan takzim, ”Apa yang Ibu katakan, akan selalu kuingat dan kucatat dalam hati, doakanlah agar aku selamat, semoga jangan sampai menempuh jalan yang salah, pesan

Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun, mereka berangkat berjalan kaki, Mairun memikul semua perbekalan dan pakaian, sementara Mairin mengikuti dari belakang, sesekali menggantikan tugas Mairun.

Perasaan sedih prihatin, kehujanan, kepanasan, selama perjalanan yang makan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga di pusat kota Negara Mesir, dengan selamat berkat do’a dari ayah dan bunda, selanjutnya, segera ia menemui seorang alim ulama, terus berguru padanya.

Pada suatu hari, saat ba’da dzuhur, Ibnu Hasan sedang di jalan, bertemu seseorang bernama Saleh, yang baru pulang dari sekolah, Ibnu Hasan menyapa, ”Anda pulang dari mana?”

Saleh menjawab dengan sopan, ”Saya pulang sekolah.” Ibnu Hasan bertanya lagi, ”Sekolah itu apa? Coba jelaskan padaku!” Yang ditanya menjawab, ”Apakah Anda belum tahu?”

”Sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar, berhitung, menulis, mengeja, belajar tata krama, sopan santun terhadap yang lebih tua dan yang lebih muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan aturan.”

Begitu Ibnu Hasan mendengar penjelasan tersebut, betapa girang hatinya, dia segera pulang, menghadap kyai dan meminta izinnya, untuk belajar di sekolah, guna mencari ilmu yang berguna dalam mencari nafkah.

Kyai guru tertawa, ”Baru sekali ini aku menemui santri seperti- mu, sangat suka mencari ilmu. Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya kamu harapkan.”

Kyai berkata demikian, tujuan untuk menguji muridnya, apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau hanya alasan supaya mendapat pujian.

Ibnu Hasan menunduk, menjawab agak malu, ”Hamba ingin menjelaskan mengapa hamba bersusah payah tanpa mengenal lelah, mencari ilmu.

Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya, tidak kekurangan uang, ternaknya pun banyak, hamba tidak usah bekerja, karena tidak akan kekurangan.

Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat me- malukan seandainya ayah sudah tiada, sudah meninggal dunia, semua hartanya jatuh ketangan hamba.

Tapi, ternyata tidak terurus karena saya tidak teliti akhirnya harta itu habis, bukan bertambah. Di situlah terlihat nyata kalau hamba ini bodoh.

Bukan bertambah mashur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh, begitulah pendapat saya karena modal sudah ada saya hanya tinggal melanjutkan.

Pangkat anak pun begitu pula, walaupun tidak melebihi orang tua paling tidak harus sama dengan orang tua, dan tidak akan me- malukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak seorang patih.”

Maka, yakinlah kyai itu akan niat baik muridnya.

Sumber: Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, 1993, Liaw Yoek Fang tanpa pengubahan

Setelah membaca hikayat di atas, kalian dapat mengidentifikasi ciri-ciri hikayat. Perhatikan hasil identifikasi hikayat tersebut! • Pokok cerita adalah tokoh memiliki sesuatu luar biasa. Dalam

hikayat di atas, tokoh yang mempunyai harta yang melimpah serta semangat untuk menuntut ilmu.

• Bahasa yang digunakan menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional.

a. Hikayat banyak menggunakan kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, seperti syahdan, hatta, dan

arkian.

b. Terdapat penumpukan hal, misalnya

Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan bernama Syekh Hasan, banyak harta, banyak uang, terkenal ke setiap negeri, merupakan orang terkaya, bertempat tinggal di negeri Bagdad, yang terkenal ke mana-mana, sebagai kota yang paling ramai saat ini. c. Pola kalimat yang digunakan sama, bahkan banyak

kalimat dan ungkapan yang sama betul.

Jawablah pertanyaan berikut!

1. Jelaskan alur, tema, dan penokohan dalam Hikayat Ibnu Hasan! 2. Ceritakan kembali isi hikayat tersebut dengan bahasa kalian

sendiri!

3. Temukan dan deskripsikan relevansi hikayat tersebut dengan kehidupan sekarang!

Bacalah sebuah hikayat yang ada di perpustakaan sekolah kalian, kemudian ceritakan kembali di depan kelas dengan bahasa kalian sendiri!

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pelatihan 4

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Tugas 2

Dalam dokumen sma11bhsindbhs KompetensiBerbahasa Syamsuddin (Halaman 136-139)