• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menonton dan Menanggapi Pementasan Drama

Budi Pekert

A. Menonton dan Menanggapi Pementasan Drama

anak-anak. Latar belakang budaya si tokoh pun perlu diperhatikan, misalnya orang Minang, Jawa, Sunda, Madura, Bali, Batak, dan lain- lain yang memiliki kekhasan dialek. Gambaran tokoh yang diperan- kannya disesuaikan dengan usia, dialek bahasa, serta karakter yang di dalaminya. Kecocokan itu harus menjadi bahan apresiasi si penonton drama.

Sebagai contoh, perhatikan cara Doddi A.F. ketika membahas pementasan drama ”Pakaian dan Kepalsuan” yang dipentaskan Teater Populer berikut!

Teater Populer Mencoba Menghibur di Antara Kepalsuan Hidup Judul Teater: Pakaian dan Kepalsuan

Oleh: Doddi A.F.

Adakah seorang penyair identik dengan si pemberontak? Adakah si perajut kata itu - sekalipun ia seorang hipokrit - dapat menjadi personifikasi dari si penguak kemunafikan? Kita bisa saja setuju, tapi boleh juga ragu.Yang jelas, dalam lakon ”Julieus Caesar”-nya Shakespeare, penyair itu diibaratkan duri dalam daging yang harus segera dicabut. Tidak mematikan memang, tetapi menyakitkan jika dibiarkan. Caesar pun bertanya, ”Siapa kamu?’’ ”Saya penyair!’’ ”Negara tidak membutuhkan penyair. Gantung dia!’’ Dan penyair itu pun diseret ke tiang gantungan. Di masa Orde Baru, si Burung Merak menjadi simbol dari perlawanan. Pada pertunjukan Pakaian dan Kepalsuan (PdK) oleh Teater Populer, pembacaan puisi Chairil Anwar bertajuk ”Sia-Sia” pun menjadi pembuka tontonan.

Untuk lebih menegaskan bahwa penyair dalam lakon PdK adalah orang-orang kritis yang dengan berani membongkar hipokrisi, ditampilkan wajah almarhum Munir dengan menggunakan alat proyektor. Wajah Munir tampil di bagian awal dan akhir pertunjukan. Ambiguitas itu terlihat pula pada pertunjukan PdK yang disutradari aktor Slamet Rahardjo Djarot, di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Kamis (2/12) malam kemarin.

Pada babak-babak awal, diperlihatkan, si penyair itu (dimainkan oleh Alex Komang) ternyata ’demen’ juga kepada si penjaja seks

Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 5.1Pementasan Teater Populer

komersial (Ria Probo). Tetapi, di pertengahan pertunjukan hingga akhir, si penyair itu dikisahkan menyerupai seorang santo. Ia tidak betah melihat kemunafikan orang- orang yang mengaku diri sebagai veteran perang kemerdekaan, yang menikmati hari tua sebagai orang sukses.

Ke sebuah rumah makan ”Bakmie Djawa/Stup Alpuket”, berkunjunglah para pembohong itu, yaitu Abu, pejabat tinggi di sebuah kementerian (Slamet Rahardjo

Djarot), Samsu, saudagar kaya (Muhammad Sunjaya), Sumantri, calon duta besar (Eric M.F. Dayoh) dan istrinya (Niniek L. Karim). Di warung itu, telah hadir lebih awal pengunjung setia, Hamid (Alex Komang) dan Rustam (Andi Bersama). Berkisahlah mereka mengenai masa- masa di saat mereka berjuang mengusir penjajah. Kisah mereka begitu heroik dan pantaslah kalau kini bisa menikmati hidup.

Di meja yang lain, penyair dan temannya yang sedang main catur, merasa terganggu oleh bualan-bualan mereka. Akhirnya, penyair mendatangi meja mereka dan mengatakan supaya mereka jangan membual. Sebaiknya segera mengakui diri mereka yang sesungguh- nya.

Orang-orang itu tersinggung dan melecehkan penyair. Di luar dugaan, penyair mengeluarkan pistol kuno yang tidak berpeluru, dan menodongkannya ke mereka. Kini mereka dipaksa mengakui eksistensi yang sesungguhnya.

Lakon PdK sering dimainkan oleh berbagai kelompok teater di seluruh Tanah Air, termasuk kelompok teater mahasiswa. Tiap kelompok tentu memiliki interpretasi dan memperlakukan lakon PdK

dengan beragam. Sebab pertunjukan Teater Populer ini digelar dalam rangka festival Panggung Teater Realis Indonesia yang dise- lenggarakan Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta pada 26 November hingga 2 Desember, tentu Slamet Rahardjo memang- gungkan PdK dalam corak realis.

Pada sepekan festival teater realis itu, pertunjukan Teater Populer adalah yang paling berhasil memberikan pencerahan sekaligus menghibur penonton. Teater Populer berhasil meyakinkan penonton, bahwa ada pesona dalam pertunjukan teater yang bercorak realis. Ada gereget yang menggetarkan, ada hiburan yang menggelitik.

Semua itu, tentu saja, lahir dari suatu keterampilan acting. Para aktor Teater Populer dalam PdK yang bisa dikategorikan telah sampai pada tingkat kewajaran berperan dengan takaran yang pas. Boleh dikatakan bahwa semua aktor bermain dengan sangat wajar. Tidak indikatif, juga tidak artifisial. Walau kita tahu teater adalah sandiwara, tetapi para aktor itu seperti sedang menjalani kehidupan yang sesungguh- nya.

Pada pertunjukan PdK itulah tampak kematangan para aktor. Teater Populer dikenal sebagai grup yang berkiblat pada jenis kome- dian. Tetapi di atas panggung, mereka tidak berkomedi. Mereka benar- benar berteater sehingga respons penonton dalam bentuk aplaus maupun tawa yang membuncah, tidak membuat mereka lantas lupa diri, dan kemudian melakukan improvisasi untuk menonjolkan diri, hal yang sering dilakukan oleh aktor-aktor komedian yang belum matang.

Kalaupun ada yang mengganggu pada pertunjukan PdK itu, adalah acting Alex Komang yang kurang intens di bagian per- tengahan. Pada saat membuka pertunjukan, acting Alex begitu meyakinkan dan realistis, tetapi saat menggenggam pistol dan

menodong para pembohong, acting Alex terlihat mengendur. Bahkan, cara dia menggenggam pistol kurang meyakinkan. Alex memperlaku- kan pistol itu seperti mainan, bukan sebuah benda yang bisa mencabut nyawa sehingga kalau pistol itu digantikan dengan mainan yoyo dan diandaikan sebagai pistol, rasanya tidak terjadi perbedaan.

Setelah hampir 10 tahun tidak tampil di panggung, kemampuan Teater Populer ternyata tidak melorot. Penonton pun penuh, hingga harus ada yang lesehan hingga tiga baris di bagian depan panggung. Seandainya semua pertunjukan teater di TIM memiliki kualitas standar seperti Teater Populer yang dikenal banyak mencetak aktor film handal, tentu dunia teater dan film di Tanah Air akan lain ceritanya. Sayangnya, kita baru bisa berandai-andai.

Sumber: Media Indonesia, 5 Desember 2004

Tontonlah sebuah pementasan drama! Jika kalian sulit menemu- kan pementasan drama di kota kalian, dengan bimbingan guru pilihlah salah satu tontonan di televisi. Buatlah laporannya menggunakan format sebagai berikut di buku tulis kalian!

Laporan Menonton Pertunjukan Drama

Judul Drama :

Sutradara :

Penulis Skenario :

Tempat Pementasan : Hari dan Tanggal Pementasan : 1. Penokohan :

Data : (Catatlah dengan mengikuti format berikut! )

Komentar : (Isilah dengan komentarmu tentang ketepatan

acting sang aktor)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Tugas

Nama Tokoh Kedudukan dalam Cerita Karakter ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 2. Jalan Cerita

Data : (Catatlah secara kronologis rangkaian adegan/jalan ceritanya)

Komentar : (Isilah dengan komentar kalian tentang bagaimana cerita dimulai, apakah pemunculan konflik dan penyelesaiannya masuk akal atau tidak)

3. Latar

Latar Tempat, Kesesuaian dengan

Komentar Waktu, dan Budaya Adegan dalam Cerita

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

5. Tema (Sebutkan dan jelaskan setelah menonton seluruh pementasan)

Diskusikan laporan kalian bersama teman-teman kalian! Lakukan secara berkelompok! Rumuskan hasil diskusi kalian tersebut dalam bentuk resensi apresiasi pementasan drama!

Nama Tokoh Intonasi Lafal Ekspresi ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 4. Dialog yang terjadi antartokoh

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pelatihan 1