• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menelaah Karya Sastra Drama

Dalam dokumen sma11bhsindbhs KompetensiBerbahasa Syamsuddin (Halaman 120-131)

Kasih Sayang

E. Menelaah Karya Sastra Drama

Kalian telah menelaah dan menikmati drama, prosa (cerpen, novel dan hikayat), serta puisi sebagai karya sastra. Kalian tentu merasakan persamaan dan perbedaan ketiga jenis karya sastra tersebut. Khusus tentang drama, karya sastra ini bisa dilihat dari segi anatomi dan segi tujuannya. Dari segi tujuan, drama ditulis untuk pementasan, bukan sekadar untuk dibaca saja. Akibatnya, karakteristik audiensi atau penontonnya harus diperhitungkan. Pemilihan tema pun disesuaikan dengan tingkat intelegensi dan latar belakang sosial budaya penonton. Oleh karena itulah, banyak drama yang mengangkat permasalahan sehari-hari. Hal itu disebabkan pertimbangan aspek komunikatif dengan para penontonnya.

Jika dikaitkan dengan penonton maka tidak bisa dihindari adanya segmentasi pada komunitas penonton yang berdampak pada segmen- tasi pada jenis drama. Bagi penonton yang romantis, disajikanlah drama romantis. Bagi penonton yang senang horor, dibuatlah drama horor. Demikian pula, dengan drama komedi, drama ini muncul karena ada penonton yang sangat senang dengan humor dan kelucuan. Dilihat dari anatominya, drama bisa dilihat dari dua lapis, yaitu lapis inti drama dan lapis luar drama. Lapis inti drama adalah tema, alur cerita, dialog, penokohan, karakter, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Lapis luarnya adalah unsur moral, sosial, budaya, filsafat, psikologi, dan pedagogi. Lapis inti itu dalam wujudnya dikemas dalam bentuk dialog, adegan, dan babak.

Untuk bisa menyimpulkan apakah sebuah teks atau naskah drama berkualitas atau tidak, kalian harus melihatnya dari gabungan dua komponen, yaitu kualitas naskah dilihat dari anatominya dan tujuannya. Bisa saja sebuah naskah drama dilihat dari kualitas komponen dinilai baik, tetapi ternyata kurang bahkan tidak diminati masyarakat. Ketika dipentaskan atau dipasarkan hanya mendapat respons dari kalangan tertentu saja. Ada lagi, naskah drama yang jika dilihat dari kualitas isinya rendah, ternyata sangat disukai masyarakat.

Penilaian terhadap kualitas naskah drama memang bisa sangat subjektif. Bagaimanapun naskah drama merupakan karya sastra. Pendekatan rasa dan nilai seni lebih memengaruhi penilaian di banding pendekatan teori dan nilai keilmuan. Meskipun demikan, kalian tetap harus mencoba menggabungkan keduanya sehingga lebih objektif. Cara yang bisa kalian lakukan adalah dengan membuat tabel persiapan penilaian yang menggabungkan aspek kualitas komponen naskah dengan respons masyarakatnya.

Tabel Persiapan Penilaian Kualitas Naskah Drama

No. Komponen Naskah Tingkat Kualitas Nilai Baik Sedang Kurang

1. Lapis Dalam 1.1 Tema 1.2 Alur 1.3 Penokohan 1.4 Sudut Pandang 1.5 Gaya bahasa 1.6 Amanat 2. Lapis Luar 2.1 Nilai moral 2.2 Nilai sosial 2.3 Nilai budaya 2.4 Nilai pendidikan Jumlah Rata-rata Catatan:

1. Penilaian kualitas lapis dalam dilakukan dengan melihat naskah. 2. Penilaian kualitas lapis luar dilakukan dengan melihat isi naskah yang dikaitkan dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku secara umum di masyarakat.

3. Pada kolom tingkat kualitas, isilah dengan tanda ceklis (3). Tuliskan pada kolom nilai skor/angka 3 jika baik, 2 jika sedang, dan 1 jika kurang.

4. Jumlahkan nilai secara keseluruhan dan hitunglah rata-ratanya. 5. Naskah dinilai baik jika rata-rata penilaian terdapat pada rentang nilai 2,4–3; nilai sedang jika rata-ratanya 1,7–2,3; dan dinilai kurang jika rata-ratanya 1–1,6.

Bacalah penggalan drama berikut, kemudian buatlah analisis berdasarkan komponen kesastraannya!

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Orang Baru Babak II

Adegan I

Ketika layar dibuka atau lampu dinyalakan, tampak lurah, juru tulis, seorang hansip, dan Sugih, seorang wiraswastawan kaya.

Sugih : Sejak semula saya sudah berfirasat orang baru itu, siapa namanya?

Lurah : Den Suhari.

Sugih : Ya, Suhari itu akan bikin gara-gara di desa kita.

J. Tulis: Den Suhari bukan orang baru di sini, Pak. Lahir di sini, dan sekolah dasar di sini. Baru setelah SMP dia pindah ke kota.

Lurah : Ia putra juragan Sule almarhum.

Sugih : Bagi saya dia orang baru di sini. Dia tidak mengenal daerah kita ini.

Lurah : Tapi, tidak ada alasan bagi kita, bagi saya, untuk melarangnya mengatur tanahnya sendiri, Pak.

Sugih : Ia bukan mengatur tanah melulu, tetapi mengacak-acak, memorak-porandakan kehidupan petani.

J. Tulis: Mengacak-acak bagaimana, Pak?

Sugih : Seharusnya kamu lebih tahu daripada saya.

J. Tulis: Tapi tidak ada keluhan dari pihak petani itu sendiri, Pak.

Sugih : Tidak benar. Kamu tanya saja ke si Ode dan beberapa orang lagi, mungkin banyak lagi. Kalau mereka tidak mengadu, itu karena mereka dihasut. Kamu tahu, petani-petani buta huruf itu mudah saja dihasut. Mungkin mereka ditakut-takuti.

J. Tulis: Apa benar, Pak?

Sugih : Mereka tidak akan begitu saja menolak menjual hasil panen mereka kepada saya. Kamu juga tahu, saya sudah berusaha di sini puluhan tahun. Saya kenal dan kerja sama dengan mereka bukan kemarin sore.

Buka Wawasan

Berdasarkan penyajian lakon, sedikitnya drama dapat dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu tragedi, komedi, tragedi komedi, opera, melodrama, farce, dan tablo. a. Tragedi adalah drama yang penuh kesedihan, misalnya drama Romeo dan Juliet. b. Komedi adalah drama penggeli hati, misalnya drama Opera Kecoa.

c. Tragedi komedi adalah peduan antara drama tragedi dan komedi, misalnya drama Malam Jahanam.

d. Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan.

e. Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan musik. f. Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan,

misalnya drama Partai Cantik.

Rangkuman

1. Kegiatan menonton dan menganalisis pementasan drama bisa digolongkan kegiatan apresiasi juga mengevaluasi. Kegiatan apresiasi ditekankan pada penikmatan dan pemahaman, sedangkan kegiatan evaluasi menekankan pada penilaian pementasan drama dengan mengacu pada kriteria tertentu. Kegiatan mengevaluasi baru layak dilakukan setelah penilai telah mampu mengapresiasi dengan baik.

2. Mendeklamasikan puisi berarti membaca puisi dengan ekspresi yang memaksimalkan mimik dan gesture disamping isyarat nonverbal lain. Caranya, baca dan pahami puisi secara utuh, barikan tanda-tanda cara membaca (seperti jeda, intonasi dan penekanan), kemudian ekspresikan dengan suara, mimik, gerak, dan gestur yang tepat.

3. Membaca novel berbeda dengan membaca novel, sulit langsung selesai. Oleh karena itu bacalah dengan santai agar bisa menikmatinya. Aspek pelaku (dengan karakternya), rangkaian peristiwa, dan latar merupakan tiga unsur yang digunakan penulis untuk membentuk cerita. Oleh karena itu untuk memahami kemenarikan sebuah novel, bisa dilakukan dengan menganalisis ketiga hal tersebut.

4. Menulis cerpen diawali dengan menentukan tema kemudian dikembangkan dalam bentuk cerita. Untuk mengembangkan cerita dibutuhkan imajinasi. Pemilihan karakter tokoh-tokoh dibantu dengan pemilihan latar yang tepat akan menghasilkan penggambaran cerita, konflik, dan klimaks yang masuk akal dan menarik. Unsur kejutan di bagian akhir cerita merupakan salah satu teknik membuat cerpen menarik untuk dibaca.

5. Naskah drama adalah salah satu bentuk sastra. Drama dalam bentuk naskah dibentuk oleh dua lapisan, yaitu lapisan dalam dan lapisan luar. Lapisan dalam terdiri atas tema, alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Lapisan luar adalah nilai moral, budaya, sosial, dan pendidikan.

Refleksi

Menilai sesuatu seperti halnya karya sastra bisa dilakukan siapa pun. Akan tetapi, penilaian yang berkualitas hanya bisa dilakukan jika didasari pemahaman yang mendalam tentang sesuatu itu. Oleh karena, proses apresiasi (pemahaman dan penikmatan karya sastra) harus dilakukan lebih dulu sebelum melakukan penilaian. Pemahaman akan karya sastra (unsur pembentuk dan proses kreatifnya) akan sangat membantu ekspresi sastra, baik dalam membacakan (mendeklamasikan) puisi, maupun menulis cerita pendek. Apresiasi dan ekspresi merupakan dua hal yang saling menunjang.

1. Buatlah laporan tentang hasil menyimak pementasan drama atau menonton sinetron di televisi yang pernah kalian lakukan! 2. Deklamasikan penggalan puisi dari angkatan 45 berikut dengan

volume suara dan irama yang sesuai!

Senja di Pelabuhan Kecil Chairil Anwar Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut, menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut. ...

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

3. Bacalah penggalan novel berikut, kemudian tuliskan pelaku, peristiwa, dan latar yang ada di dalamnya!

Lorong Sepi di Isola Usman

Seputar Isola terasa sepi dan dingin. Cahaya senja jatuh di kolam depan gedung Isola. Rama duduk di sebuah bangku taman, di bawah rindangnya pohon beringin. Matanya menatap gedung tua yang megah, gedung buah tangan sinyo Belanda. Gedung itu menjulang angkuh. Menghadap timur, terlihat anggun dengan gaya artdeco. Kini gedung itu dinamai Bumi Siliwangi. Gedung yang sangat klasik. Gaya hasil polesan sinyo Belanda. Sebenarnya bentuk bangunannya seperti tumpukan kue, lonjong, tersusun artistik. Tetapi si perancangnya, Prof. Wolf P. Schoemaker mengupamakan vila itu menyerupai sebuah kapal. Prof. Wolf menggarap proyek itu sekitar tahun 1920-an untuk peristirahatan. Sebuah vila untuk melepas lelah, untuk menikmati panorama Kota Bandung di bawah sana. D.W. Barrety pemilik vila itu, meminta Prof. Wolf membuatkan sebuah vila yang unik, karena untuk hadiah ulang tahun istrinya tercinta. Memang unik vila Isola itu. Lantai dasar gedung itu menjuntai ke arah landainya perbukitan kampus. Teras bawah gedung berupa tanjakan-tanjakan tangga yang menyatukan taman dengan gedung itu. Sedangkan lantai lima, paling atas, bangunannya menciut, bundarannya sepertiga dari lantai empat. Cat putih

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kata Berhikmah

Orang haus diberi air, orang lapar diberi nasi.

Memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan.(Endnotes)

melapisi seluruh tembok bangunan. Begitu langit semburat emas, warna pucat gedung itu memantulkan kilau lembayung. Menyembul di antara pohon beringin dan pohon lainnya yang tumbuh di halaman depan dan belakangnya. Bahkan pohon beringin yang tumbuh di depan gedung itu, berdiri angkuh, bagai jagabaya yang setia melindunginya. Ujung-ujung daun beringin itu yang menjuntai jatuh, menyentuh permukaan kolam. Melindungi sebagian permukaan kolam, meneduhi teratai yang tumbuh di wajah air.

Rama menghela napas setelah sekian jam duduk-duduk di bawah beringin, mengamati ikan mas merah bercumbu dengan ikan mas berekor panjang. Berkejaran di bawah daun teratai. Rama menggeliat, lantas menghampiri motor tigernya. Mematut sebentar di depan spion motor. Menyambar jaket yang digantung di atas setang motor. Jaket kulit itu dipakainya, karena udara Ledeng, udara yang mengalir dari pegunungan Lembang mulai merayap. Hawa dingin menyebar, melumat kulit.

Isola, begitu anak-anak Bumi Siliwangi menyebutnya mulai ditinggalkan mahasiswanya, karena hari hampir maghrib. Ya, kampus Bumi Siliwangi memang identik dengan gedung kuno itu, Isola dahulu namanya. Padahal itu adalah nama vila untuk gedung parterre yang dibangun Belanda, kini gedung itu menjadi rektorat, berganti nama jadi Bumi Siliwangi. Gedung parterre itu berada di perbukitan menuju ke Lembang, menuju arah ke pegunungan Tangkuban Parahu. Bila musim hujan Isola terkadang dilingkupi kabut, udara seputar kampus perlahan beku, menebarkan hawa dingin. Sepanjang kampus itu, pepohonan berjejer meneduhi setiap tepian jalan. Pepohonan itu mungkin ada yang berusia puluhan tahun. Terlihat menjulang tinggi, batang pohonnya besar-besar, dahannya menjalar ke mana-mana, dan daunnya rimbun meneduhi jalan yang mempertemukan antara gedung yang satu dengan yang lainnya.

....

4. Tuliskan sebuah paragraf untuk sebuah cerpen dengan sudut pandang orang ketiga!

5. Mengapa penilaian terhadap kualitas drama sangat subjektif? Berikan pendapatmu!

Pergaulan

Sumber: Dokumen Penerbit Sumber: Dokumen Penerbit Sumber: Dokumen Penerbit Kalian telah mekukan kegiatan apresiasi dan evaluasi terhadap pementasan drama. Dalam pembelajaran ini kalian dituntut kembali menonton dan menganalisis drama dengan lebih mendalam. Analisis dilakukan terhadap semua unsur, tetapi dengan penekanan pada tokoh dan penokohannya, dialog, dan pemilihan latar dalam pementasan drama. Pembelajarannya selanjutnya berkaitan dengan pemahaman akan tokoh dan karakternya melalui dialog. Karakter tokoh, antara lain bisa dilakukan dengan mengamati dialog-dialognya. Salah satu kekuatan naskah drama adalah dalam dialog-dialognya. Pada bagian lain dalam bab ini, kalian akan belajar mengubahnya menjadi sebuah cerpen.

Hikayat adalah salah satu karya sastra masa lalu yang berbentuk prosa. Karya sastra ini menggambarkan bagaimana budaya masa lalu dalam bentuk cerita. Anda akan mempelajari karakteristiknya dan mengaitkannya dengan kehidupan sekarang.

Bagian terakhir pembelajaran membahas komponen kesastraan teks puisi. Bentuk, isi, dan gabungan keduanya merupakan aspek yang membuat puisi bernilai sastra.

Membaca hikayat Ekspresi hikayat

Peta Konsep

• Komponen puisi • Komponen bentuk:

bait, lirik, rima, irama • Komponen isi:

pengindraan, pikiran, perasaan, imajinasi • Tokoh dan perannya

dialog latar • Unsur-unsur drama

pentas

• Ekspresi karakter tokoh (kata, kalimat, gaya bahasa, dialek, dll)

Menulis drama dari cerpen

Menelaah komponen kesastraan teks puisi

• Analisis cerita cerpen • Teknik pengubahan menjadi drama Apresiasi drama: Menonton dan menanggapi • Komponen puisi • Komponen bentuk:

bait, lirik, rima, irama • Komponen isi:

pengindraan, pikiran, perasaan, imajinasi • Sastra lama • Ciri sastra lama • Ciri hikayat

Pada Bab VI, kalian telah menganalisis pementasan drama dari segi penokohan, dialog, dan latar. Pada pembelajaran ini, kalian akan memperdalam kemampuan menganalisis pementasan drama dengan tema yang lain.

Berdasarkan peranannya dalam cerita, tokoh dalam drama dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung cerita. Karakternya baik, mewakili nilai-nilai yang dianggap benar oleh masyarakat, sedangkan tokoh antagonis adalah ”lawan” tokoh protagonis. Tokoh antagonis diposisikan dalam cerita bertentangan kepentingan dengan tokoh protagonis. Dari perbedaan inilah konflik cerita dimulai. Baik tokoh antagonis, maupun protagonis didukung oleh para tokoh pembantu yang disebut tokoh tritagonis.

A. Menonton dan Menganalisis Pementasan Drama

Dalam cerita pewayangan, karakter tokoh protagonis dengan antagonis dibuat sedemikian berbeda, kontras, dan bertolak belakang. Lihat saja tokoh-tokoh pandawa seperti Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Setiap tokoh protagonis tersebut mewakili karakter yang dipuja masyarakat: Yudistira sopan dan jujur, Bima perkasa dan lugas, Arjuna ganteng dan pintar, dan Nakula-Sadewa menggambarkan eratnya persaudaraan. Karakter tersebut kontras sekali dengan tokoh kurawa seperti Duryudana yang ambisius akan kekuasaan atau tokoh Dursasana yang rakus dan tamak.

Tokoh dalam drama seringkali dipilih oleh pengarang/penulis skenario untuk menggambarkan karakter manusia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan jika drama tersebut memang ditulis untuk mengkritik atau menggambarkan ironisnya kehidupan.

Bacalah penggalan drama berikut!

Orang Baru Babak II

Adegan I

Ketika layar dibuka atau lampu dinyalakan, tampak lurah, jurutulis, seorang hansip, dan Sugih, seorang wiraswastawan kaya.

Sugih : Sejak semula saya sudah berfirasat orang baru itu, siapa namanya?

Lurah : Den Suhari.

Sugih : Ya, Suhari itu akan bikin gara-gara di desa kita.

J. Tulis: Den Suhari bukan orang baru di sini, Pak. Lahir di sini, dan sekolah dasar di sini. Baru setelah SMP dia pindah ke kota.

Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 7.1Pementasan drama

Lurah : Ia putra juragan Sule almarhum.

Sugih : Bagi saya, dia orang baru di sini. Dia tidak mengenal daerah kita ini.

Lurah : Tapi tidak ada alasan bagi kita, bagi saya, untuk melarang- nya mengatur tanahnya sendiri, Pak.

Sugih : Ia bukan mengatur tanah melulu, tetapi mengacak-acak, memorak-porandakan kehidupan petani.

J. Tulis: Mengacak-acak bagaimana, Pak?

Sugih : Seharusnya kamu lebih tahu daripada saya.

J. Tulis: Tapi tidak ada keluhan dari pihak petani itu sendiri, Pak.

Sugih : Tidak benar. Kamu tanya saja ke si Ode dan beberapa orang lagi, mungkin banyak lagi. Kalau mereka tidak mengadu, itu karena mereka dihasut. Kamu tahu, petani- petani buta huruf itu mudah saja dihasut. Mungkin mereka ditakut-takuti.

J. Tulis: Apa benar, Pak?

Sugih : Mereka tidak akan begitu saja menolak menjual hasil panen mereka kepada saya. Kamu juga tahu, saya sudah berusaha di sini puluhan tahun. Saya kenal dan kerja sama dengan mereka bukan kemarin sore. Kalau tiba-tiba mereka menolak kerja sama dengan saya, pasti ada orang yang menghasut dan bahkan mengancam, bukan?

Lurah : Saya kenal baik dengan ayah Den Suhari. Waktu kecil saya pun kenal Den Suhari. Rasanya tak mungkin dia sampai hati menakut-nakuti apalagi mengancam para petani. Di samping itu, para petani penggarap itu bukan orang asing bagi Den Suhari. Den Suhari lahir dan hidup di masa kanak-kanak di tengah-tengah mereka. Bermain- main dengan anak mereka. (Diam) Walaupun begitu, saya berjanji pada Pak Sugih, saya akan memeriksanya secara pribadi. Saya akan melihat sendiri dan bicara dengan Den Suhari.

Sugih : Kalau tidak percaya tanyalah si Ode.

J. Tulis: Kemarin subuh Mang Ode pergi ke kota.

Lurah : Ada apa dia pergi?

Sugih : Bayangkan, si Ode sudah belasan tahun mengerjakan sawah-sawah Suhari itu seluas dua hektare. Eh, tiba-tiba, dia hanya dibolehkan menggarap satu hektare saja. Ia pun melarang membeli pupuk dan obat-obatan dari toko saya.

J. Tulis: Dilarang? Gambar 7.2Adegan drama di kantor kelurahan

Sugih : Ya. Kata mereka pupuk kimia merusak tanah. Obat-obatan berbahaya.

J. Tulis: Yang benar saja, Pak?

Sugih : Saya bilang sama si Ode. Padahal, saya jual pupuk dan obat-obatan di sini tidak semata-mata cari keuntungan. Saya juga membantu program pemerintah.

Lurah : Waktu terakhir saya berkunjung ke Margasari saya tidak melihat atau mendengar apa-apa.

Sugih : Saya sudah bilang, mungkin mereka diancam. Mereka bukan saja tidak membeli, mungkin tidak berani membeli kepada saya. Bayangkan, setelah puluhan tahun, tiba-tiba mereka berhenti kerja sama dengan saya. Bahkan menolak uang panjar!

J.Tulis : Kalau begitu mereka jual ke mana?

Sugih : Saya tidak tahu. Itulah sebabnya penggarap seperti si Ode mengeluh. Memangnya buat apa menghasilkan padi dan buah-buahan kalau bukan untuk dijual?

Lurah : Sekali lagi, saya akan pergi ke Margasari secepatnya.

Sugih : Saya minta Pak Lurah pergi secepatnya. Kalau usaha saya macet di sini, pasti saya tidak dapat lagi membantu pem- bangunan di desa ini. Margasari paling banyak penduduk- nya. Kebanyakan langganan saya di desa orang Margasari.

Lurah : Saya berjanji, Pak Sugih.

Dikutip dari Lima Orang Saksi,Saini K.M. 2000. STSI Press

Penggalan drama di atas menceritakan sebuah ”misteri” yang terjadi di Desa Margasari. Misteri itu diawali dengan keheranan tokoh Sugih karena para petani di Desa Margasari tidak bersedia menjual lagi hasil panen kepadanya. Ia mencurigai tokoh Suhari yang menghasut warga untuk tidak menjual hasil panen kepada Sugih. Karena itu, Sugih menemui Pak Lurah agar menegur Suhari. Tentu saja, Pak Lurah tidak segera memercayai pernyataan Sugih.

Tidak hanya Pak Lurah saja yang heran, tetapi juga Juru tulis Lurah. Selama ini, ia sangat mengenal Suhari. Dalam pikirannya, tidak mungkin Suhari melakukan hal yang dituduhkan Sugih.

Berdasarkan penggalan drama di atas, diskusikan pertanyaan berikut!

1. Kelompokkanlah tokoh-tokoh dalam drama di atas berdasarkan karakter dan kedudukannya dalam cerita!

2. Apakah karakter tokoh pada drama tersebut menggambarkan sifat manusia dalam kehidupan sehari-hari? Sifat apakah itu? 3. Adakah kaitan karakter tokoh dengan konflik yang muncul

dalam drama tersebut? Tunjukkan buktinya! 4. Di manakah setting dalam drama tersebut?

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

5. Sesuaikah pemilihan setting dengan konflik yang berusaha dimunculkan pengarang?

6. Apa amanat atau pelajaran yang bisa disimpulkan dari kutipan drama di atas?

7. Setelah mengkaji cerita drama di atas, simpulkan apa temanya!

Dalam dokumen sma11bhsindbhs KompetensiBerbahasa Syamsuddin (Halaman 120-131)