• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membaca Tanda Visual

Dalam dokumen PERSEPSI BENTUK Dan Edisi Pertama (Halaman 109-116)

BENTUK DAN WUJUD

D. Relevansi pola dengan desain.

1. Membaca Tanda Visual

Dalam membaca tanda visual, perlu ditekankan tentang keluasan wawasan, kedalaman referensi dan memahami konvensi yang berlaku. Namun begitu tidak semua tanda dapat terbaca dengan baik dan jelas. Hal ini dapat terjadi karena:

- Ada tanda yang sengaja disembunyikan atau tidak sengaja tersembunyi.

- Ada tanda yang sengaja dipalsukan

- Perbedaan referensi, latar belakang budaya dan pengetahuan Tanda yang sengaja disembunyikan “terjadi apabila seseorang dengan sengaja tidak menampilkan tanda yang semestinya melekat pada dirinya,” sebagai contoh “seorang yang sangat kaya namun dalam kesehariannya ia selalu sengaja tampil sederhana. Ia tidak pernah memakai atribut sebagai penanda bahwa ia adalah orang yang sangat kaya. Sedangkan apabila seseorang yang sangat kaya dengan atribut yang sesuai dengan kekayaannya namun orang tetap menilai bahwa ia adalah bukan orang kaya atau setidaknya penampilannya tidak pantas seperti orang kaya maka seperti itulah tanda yang tidak sengaja tersembunyi.”

Untuk penjelasan tentang tanda yang dipalsukan adalah “terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengatur tanda yang melekat pada dirinya dengan tujuan ingin menciptakan image atau impresi tertentu sesuai keinginannya.” Sebagai contoh “seorang pengusaha yang lebih suka membeli sebuah mobil mewah daripada sebuah rumah sebagai suatu urutan kebutuhan. Karena dia mempunyai asumsi bahwa dengan mobil mewah maka akan

memperlancar usahanya karena bonafiditas dirinya terangkat. Sedangkan rumah cukup dia sewa dengan asumsi rekan usahanya tidak akan pernah menanyakan apakah rumahnya hanya menyewa ataukah milik pribadi. Selain itu dia juga menyusun tanda- tanda lain berupa atribut seperti jam tangan bermerk, handphone hi-tech, pakaian, keanggotaan klub eksekutif dan lain sebagainya. Adapun dengan tanda-tanda yang disusun akan menunjang tujuannya.”

Sebagai contoh, berikut disajikan petanda dan identitas gaya hidup yang dipakai oleh pria untuk menciptakan impresi, citra dan identitas, seperti model rambut, pakaian, perlengkapan, sepatu, kacamata dan dasi dengan referensi budaya dan lingkungan Barat.

Tabel 6. Contoh Petanda dan penanda

Obyek Penanda Petanda

Model Rambut Rambut panjang/gondrong Urakan (apalagi kotor) Rambut pendek Pengusaha mapan

Rambut sangat pendek Homoseks atau militer (atau dua- duanya)

Crew cut Tentara

Kulit Kecoklatan/terbakar matahari Senang olah raga, suka jalan-jalan

Pucat Kaum intelek, kurang sehat

Celana Levi’s / jeans belel Casual, kaum pekerja

Jeans rapi Berkelas, kaya

Jas lengkap Eksekutif, pengusaha

Tas Koper Kuno

Attache case Tipe pengusaha biasa

Tas tangan Bergaya a la Eropa, gaya Itali gadungan

Tas ransel Penggemar olah raga luar ruang

Tas belanja Kaum petani

Sepatu bot Kaum pekerja

Sepatu pendaki gunung Pecinta alam, pendaki gunung Kacamata Kacamata pilot Kelas menengah mapan

Bergagang kecil Antik, aneh

Kacamata hitam Tipe preman, paranoid

Dasi Dasi lebar Pintar

Dasi kecil Kuno

Contoh yang digunakan bersifat “relatif”, juga belum tentu akan berlaku sebagai referensi di negara kita. Referensi tidak hanya merujuk pada kultur saja, namun juga akan berbeda menurut usia, strata sosial, kultur geografis, peristiwa aktual atau populer, kelompok sosial, tingkat pendidikan, pengetahuan kognitif dan sebagainya. Dalam perkembangannya saat ini, Tanda visual dapat digunakan pada bidang seperti:

Tabel 7. Penempatan tanda visual

Bidang Penanda Petanda

Kesehatan Gejala Penyakit

Militer Tanda pangkat Tingkatan pangkat

Teater Ekspresi wajah Pernyataan emosi

Desain Bentuk Filosofi/konsep

Penyelidikan kejahatan Petunjuk Aksi kejahatan

Antropologi Artefak Periode budaya

Kisah roman Berlian Cinta abadi

Sosial Rolls Royce Status sosial

Dalam mempelajari suatu tanda, tidak dapat dilepas dari mempelajari makna. Karena makna secara tidak langsung berkaitan dengan suatu tanda. Oleh karena itu selain tanda maka makna pu harus dipelajari dalam kaitannya dengan suatu komunikasi visual.

C. Makna

Mengacu kepada pengertian Bambang Tjiptadi (1984) Makna dijelaskan sebagai “arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu.” Kata-kata yang berasal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu.

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.

1. Makna Denotatif

Sebuah kata mengandung makna denotatif, bila “kata itu mengacu atau menunjukan pengertian atau makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative digunakan dalam bahasa ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan gagasannya. Agar gagasan yang disampaikan tidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang mengandung makna denotatif.” Dapat diartikan secara lain, “makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan.”

2. Makna Konotatif

Sebuah kata mengandung makna konotatif, “bila kata-kata itu mengandung nilai emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran. Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama, akan tetapi karena adanya

kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif disamping makna denotatif.” Makna konotatif merupakan “makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.”

3. Makna Leksikal

Makna Leksikal ialah “makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).”

4. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah ”makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah alat.”

Berkaitan dengan penerapan sebuah makna, maka diperlukan juga adanya semantik. Yang menurut Mansoer Pateda (2010) ”merupakan salah satu cabang linguistik yang berada pada tataran makna.” dapat juga dikatakan bahwa semantik adalah ”teori makna” atau ”teori arti” Kata semantik disepakati ”sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik ynag mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya”

Berkaian dengan tanda Charles Morrist Mengemukakan bahwa ”semantik menelaah hubungan tanda – tanda dengan objek – objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penerapannya tanda, objek, dan makna akan tetap saling berkaitan. Dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena suatu objek maka akan memiliki tanda dan secara langsung juga memiliki makna.

Jika berbicara mengenai makna (semantik), terdapat beberapa kaidah umum yang perlu diperhatikan berkenaan dengan studi semantik yaitu :

- Hubungan antara sebuah kata dengan rujukan atau acuannya bersifat arbitrer.

- Secara sinkronik makna sebuah kata atau leksem tidak berubah, secara diakronik ada kemungkinan berubah.

- Bentuk yang berbeda akan berbeda pula maknanya, meskipun kedua kata atau leksem tersebut bersinonim.

- Setiap bahasa memiliki sistem semantik sendiri yang berbeda dengan sistem semantik bahasa lain, karena sistem semantik berkaitan erat dengan sistem budaya masyarakat pemakainya, dan sistem budaya yang melatar belakangi setiap bahasa itu berbeda.

- Makna setiap kata atau leksem dalam suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup dan sikap anggota masyarakat yang bersangkutan.

- Luasnya makna yang dikandung sebuah bentuk gramatikal berbanding terbalik dengan luasnya bentuk tersebut.

Dari pengertian dan kaidah yang ada dapat disimpulkan bahwa akan terdapat banyak perbedaan dalam suatu semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya. Semantik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu kebahasaan.Studi semantik dapat menjadi suatu acuan dalam memberikan tanda dalam suatu karya seni atau desain. Karena dengan adanya studi semantik berkaitan dengan suatu bahasa yang secara langsung berkaitan dengan suatu budaya dan dapat membantu memberikan suatu imaji atau bentuk baru dalam mengembangkan suatu karya seni atau desain.

Pertemuan 13

Bahasa Rupa

Abstract

Bahasa Rupa merupakan suatu bahasa yang sudah ada sejak manusia mengenal gambar. Bahasa rupa dapat dilihat dalam bentuk lukisan gua. Oleh karena itu bahasa rupa merupakan salah satu bentuk komunikasi yang

digunakan oleh manusia.

A Pendahuluan

Pada perkembangan seni rupa dan desain saat ini, terdapat karya yang ditemukan dalam bentuk bahasa rupa. Apa yang dimaksud dengan Bahasa Rupa? jika mengacu kepada pernyataan Primadi Tabrani (2005) yang secara sederhana menyebut Bahasa Rupa sebagai “gambar yang bercerita”. “gambar” yang dimaksud oleh beliau adalah tidak hanya lukisan tetapi segala karya visual manusia seperti patung, lukisan, atau ornamen dalam benda yang ada di sekitar kehidupan manusia.

Sampai saat ini, belum diketahui kapan manusia mulai mengenal gambar. Namun dalam kehidupannya manusia sudah menggunakan gambar sebagai salah satu alat komunikasi untuk dapat berhubungan dengan lingkungannya. Oleh karena itu, manusia sudah mengenal visual atau gambar sejak manusia berada di dunia. Salah satu karya yang ditemukan dalam karya atau artifak masa lalu adalah ungkapan bahasa rupa yang dibuat oleh manusia purba.

Bahasa rupa yang dibuat oleh manusia purba dapat dilihat dari adanya ungkapan oleh manusia itu sendiri yang menggambarkan aktivitas, dan kondisi lingkungannya. Tidak sedikit bukti yang telah ditemukan, hal ini dapat dilihat dari adanya gambar, guratan batu yang ada di dinding gua. Selain itu seiring berkembangnya kehidupan manusia dan alat bahasa rupa juga dapat dilihat dari gambar pada dinding piramid. Atau dinding candi Borobudur dalam reliefnya.

Dengan demikian, manusia pada zaman dahulu sebenarnya telah mampu mengkomunikasikan tanda rupa yang dapat membantu manusia zaman sekarang dalam mempelajari kehidupan mereka. Selain itu dapat juga disimpulkan bahwa zaman dahulu “terdapat manusia yang telah memiliki ketrampilan dalam menggambar”. Entah sekelompok manusia atau secara individu. Dan selain itu dapat juga disimpulkan, manusia zaman dahulu sudah mampu mengekspresikan apa yang dilihat, dirasakan atau dibayangkan.

Dari data yang didapat, pada dasarnya bahasa rupa sama dengan bahasa kata. Dalam ‘bahasa kata’ terdapat kata dan tata bahasa, sedangkan pada ‘bahasa rupa’ terdapat” imaji” dan tata ungkapan. Istilah imaji memiliki makna yang luas, mencakup imaji kasat mata dan imaji khayalan. Namun tidakberbeda dari pengertian yang ada, Agus Sachari (2005).menulis bahwa bahasa rupa adalah suatu sistem tanda yang berupa visual, baik berupa kumpulan tanda atau tanda tunggal yang merupakan tanda komunikasi simbolik atau komunikasi rupa”(Jacobson).

Dengan adanya pengertian tersbut, dapat disimpulkan bahwa bahasa rupa merupakan bahasa yang sudah ada sejak dahulu namun baru dapat dikembangkan saat ini. Disaat manusia sudah mulai mengalami perkembangan cara berpikir.

Dalam dokumen PERSEPSI BENTUK Dan Edisi Pertama (Halaman 109-116)

Dokumen terkait