• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

C. Pengujian Hipotesis

4. Memperkirakan Jawaban dan Proses Solusi

Pada indikator terakhir ini yaitu memperkirakan jawaban dan proses solusi disajikan dalam satu jenis soal yaitu soal pada nomor ke lima. Pada soal ini diberikan masalah yang berhubungan dengan fungsi naik dan fungsi turun yang didalam penyelesaianya menggunakan aturan turunan fungsi. Dalam penjawaban siswa dalam kelas eksperimen rata-rata nilai kemampuan siswa dalam memperkirakan jawaban dan proses solusi sebesar 2,00 dari keseluruhan siswa pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol memperoleh rata-rata nilai sebesar 1,79. Berikut ini akan disampaikan soal dengan indikator ini dan salah satu jawaban siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol:

“Tentukan batas nilai a,

apakah fungsi selalu turun atau selalu naik?”

Hasil Jawaban Indikator Keempat Pada Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 4. 22

Hasil Jawaban Indikator Keempat pada Siswa Kelas Kontrol Gambar 4. 21

Jawaban yang diberikan oleh siswa pada kelas eksperiman dalam menjawab soal dengan indikator ini, siswa dapat memperkirakan terlebih dahulu saat dimana sebuah fungsi turun. Selain itu jawaban pada siswa kelas eksperimen memberikan penjelasan cara menggunakan metode yang tepat dalam menentukan batas selang dari nilai a. Sedangkan pada kelas kontrol siswa juga telah dapat memperkirakan terlebih dahulu saat dimana fungsi turun. Namun pada pemberian jawaban pada kelas kontrol siswa kurang tepat dalam penggunaan metode dalam menyelesaikan masalah ini sehingga batas dari interval nilai ini tidak terlihat dengan jelas letaknya. E. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian penulis yakin pasti terdapat beberapa hal yang belum sempurna dalam pelaksanaan penelitian ini. Berbagai upaya telah dilakukan agar mendapat hasil yang maksimal dalam penelitian ini. Namun terdapat beberapa faktor yang sulit dikendalikan dalam pelaksanaan penelitian ini, sehingga faktor tersebut menjadikan salah satu faktor keterbatasan dari penelitian diantaranya:

1. Pada tahap ketiga saat menginvestigasi masalah yang disajikan siswa merasa agak canggung dalam penginvestigasian. Hal itu dikarenakan dalam pembelajarannya dibiasakan dengan pemberian materi yang langsung disampaikan oleh gurunya jarang menggunakan pembelajaran secara mandiri oleh siswa.

2. Pada penelitian ini kemampuan penalaran Matematika,khususnya melakukan manipulasi Matematika pada bahasan turunan suatu fungsi kurang berkembang secara signifikan.

3. Pada saat mempresentasikan hasil investigasi didepan kelas kebanyakan siswa masih sulit mengungkapkan pendapatnya secara jelas. Siswa banyak yang terlihat gugup dengan presentasi yang mereka lakukan didepan kelas. Hal itu dikarenakansiswa jarang memberikan apresiasinya dalam pembelajaran secara konvensional.

83

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok terhadap kemampuan penalaran Matematika siswa di SMA Negeri 1 Bae Kudus, maka dapat disimpulkan:

1. Kemampuan penalaran Matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok pada kelas eksperimen memiliki rata-rata 77,53. Pada kelas eksperimen kemampuan penalaran matematika yang paling menonjol terdapat pada kemampuan indikator

“Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika”, pada

indikator ini kemampuan penalaran memperoleh skor 93,33 dari skor maksimal 100. Kemampuan penalaran pada kelas eksperimen yang terendah pada indikator yang diteliti terdapat pada kemampuan memanipulasi matematika.

2. Kemampuan penalaran Matematika siswa pada kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran secara konvensional memiliki rata-rata nilai 67,26. Pada kelas kontrol kemampuan penalaran yang paling menonjol terdapat pada

kemampuan indikator “Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika”, pada indikator ini kemampuan penalaran memperoleh skor 86,33. Kemampuan penalaran pada kelas kontrol yang terendah pada indikator memperkirakan jawaban dan proses solusi.

3. Terdapat perbedaan kemampuan penalaran Matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dan kemampuan penalaranMatematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Kemampuan penalaran Matematika siswa pada kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok lebih tinggi daripada kemampuan penalaran Matematika siswa pada kelompok kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional (thitung=3,22> ttabel = 1,67).

B. Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran terkait pada skripsi ini, diantaranya:

1. Pada Penelitian ini kemampuan investigasi siswa masih dinilai kurang oleh karena itu dalam pembelajaran selanjutnya diharapkan guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengeksplorasi materi yang dipelajari secara mandiri. Agar siswa terbiasa dengan mengeksploraasi materi secara mandiri.

2. Pada penelitian ini kemampuan penalaran Matematika khususnya melakukan manipulasi Matematika pada bahasan turunan suatu fungsi kurang berkembang secara signifikan oleh karena itu sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan terhadap kemampuan penalaran Matematika siswa dalam melakukan manipulasi matamatika pada pembahasan Matematika lainnya.

3. Pada penelitian ini, kemampuan mempresentasikan siswa masih kurang. Agar penelitian ini lebih sempurna, sebaiknya aspek komunikasiyang dapat mempengaruhi siswa dalam berkomunikasi dalam presentasi juga diteliti dengan baik.

85

Azhar, Ervin. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Penalaran, dan Komunikasi Matematis Siswa Madrasah Aliyah dengan Pendekatan RME. Prosiding KNM XVI Unpad. Jatinagor, 2012.

Dwirahayu, Gelar. Pengaruh Pendekatan Analogi Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP, Algoritma. 1, 2006.

Kadir. Statistik untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010.

Muin, Abdul, “Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan

Matematika Siswa SMA”, Tesis pada Pascasarjana UPI Bandung: 2005.

Tidak dipublikasikan.

Permana Yanto dan Sumarmo Utari. Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Educationis. 1, 2007

Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo. 2010

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

Shadiq, Fadjar. Kemahiran Matematika, Diklat Instruktur Pengembangan Matematika SMA Jenjang Lanjut. Yogyakarta: Depdiknas, 2009.

Sharan, Shlomo. The Handbook of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarta: Familia, 2012.

Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media, 2005.

Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA, 2001

Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), Cet.X. Bandung: Alfabeta, 2010.

Triyanto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif Konsep Landasan, dan Implimentasinya pada Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana, 2010.

---. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher, 2007.

Wardani, Sri. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTS untuk optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas, 2008.

Wirodikromo, Sartono. Matematika Untuk SMA Kelas XI Semester 2, Jakarta: Erlangga, 2010

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN