• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III : Etika Keluarga Katolik Menurut Familiaris Consortio

3.1.2 Menyiapkan Individu Hidup dalam Masyarakat

3.1.2.1 Mengambil Bagian dalam Hidup Bermasyarakat

Hakekat dan panggilan dasar hidup berkeluarga adalah persekutuan pribadi-pribadi dalam cinta kasih. Keluarga diharapkan terbuka dengan keluarga lain dan dengan masyarakat dalam menjalankan peran sosialnya. Tidak pernah ada keluarga yang dapat hidup bagi dirinya sendiri. Keluarga merupakan kumpulan beberapa individu yang selalu terarah pada sesama yang lain dan dari kodratnya individu adalah makhluk sosial. Keterbukaan keluarga untuk berrelasi dan berbagi cinta kasih dengan sesama dalam masyarakat merupakan perwujudan fungsi keluarga dalam konteks sosial. Untuk mewujudkan fungsi itu, keluarga harus menjadi gelanggang latihan bagi tiap individu di dalamnya untuk menghayati keutamaan-keutamaan sosial sebagai prinsip kehidupan dan perkembangan masyarakat.93 Familaris Consortio menyebut dua sumbangan mendasar dari keluarga kepada masyarakat yakni pengalaman persekutuan dalam keluarga yang berakar pada cinta kasih dan semangat saling berbagi yang dijiwai dan dibimbing oleh hukum ketulusan. Pengalaman persekutuan dalam keluarga yang berakar pada cinta kasih menelurkan sikap hormat terhadap martabat pribadi lainnya, tidak meremehkan orang lain, menjunjung tinggi kesetaraan harkat dan martabat

92 lih. Familiaris Consortio, art. 44; bdk. Dekrit Apostolicam Actuositatem tentang kerasulan awam art. 11

93 lih. Familiaris Consortio, art. 43

49

manusia. Sumbangan dari semangat saling berbagi yang dijiwai dan dibimbing oleh hukum ketulusan menghadirkan semangat toleransi, dialog yang mendalam, sikap tersedia tanpa pamrih, pengabdian dengan kemurahan hati dan sikap setia kawan.94 Dua kontribusi dari keluarga ini sangat besar pengaruhnya dalam masyarakat. Melalui dua kontribusi ini keluarga ambil bagian dalam menciptakan sikap hormat, keadilan, semangat berdialog dan berbagi cinta kasih.

Dalam kerangka menyiapkan individu (keluarga) ambil bagian dalam masyarakat Familiaris Consortio menyatakan bahwa, “Keluarga merupakan tempat asal dan upaya paling efektif untuk memanusiakan dan mempribadikan masyarakat. Keluarga memberikan sumbangan asli yang mendalam untuk membangun dunia, dengan memungkinkan perihidup yang manusiawi dalam arti sesungguhnya, khususnya dalam menjaga serta menyalurkan keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai.”95 Keluarga merupakan sel pertama dan vital dalam masyarakat karena wajah masyarakat turut ditenun dalam keluarga. Peran sosial keluarga nampak dalam menyiapkan individu handal dan cakap dalam membangun perihidup manusiawi dalam masyarakat. Secara lebih khusus, peran sosial keluarga Katolik adalah menyiapkan individu yang matang, berkualitas, dan dewasa dalam iman. Keluarga Katolik merupakan bagian dari masyarakat sekaligus bagian dari Gereja sebagai paguyuban umat Allah. Keluarga Katolik turut ambil bagian dalam membentuk citra Gereja dalam menghadirkan keselamatan.

94 idem.

95idem. ; bdk. Katekismus Gereja Katolik, no. 1666, “Keluarga Kristiani adalah tempat anak-anak menerima pewartaan pertama mengenai iman. Karena itu tepat sekali ia dinamakan “Gereja-rumah tangga” – satu persekutuan rahmat dan doa, satu sekolah untuk membina kebajikan-kebajikan manusia dan cinta kasih Kristen.”

50

Masyarakat kini berada dalam risiko kehilangan jatidirinya. Yang mulai pudar adalah rasa perikemanusiaan. Gereja dengan penuh harapan mengajak keluarga-keluarga untuk turut mengembalikan jatidiri masyarakat. Pelbagai hal yang menyimpang dari harkat dan martabat manusiawi seperti kecanduan pada NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya), free sex, terorisme, KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), kriminalitas, dan aneka ragam penyimpangan lainnya, merupakan duri dalam masyarakat. Dalam rangka mencabut duri dalam masyarakat itu, Familiaris Consortio berpendapat bahwa,

“keluarga masih menjadi sumber daya dan kekuatan besar yang mampu mengangkat manusia dari anonimitasnya (keadaannya tak bernama), mengembangkan kesadaran manusia akan martabat pribadinya, memperkaya individu dengan kemanusiaan yang mendalam, dan menempatkan individu itu secara aktif dalam sifat unik dan tak tergantikan dalam tata-susunan masyarakat.”96

Hal yang dapat mengubah masyarakat adalah pendidikan. Pendidikan dalam keluarga merupakan modal dasar bagi individu untuk hidup dalam masyarakat.

Nilai-nilai yang ditanamkan dalam keluarga dibatinkan dan terintegrasi dalam diri sehingga menentukan pola perilaku individu.

Pembelajaran nilai dan keutamaan dalam keluarga merupakan wujud peran serta keluarga untuk ambil bagian dalam kehidupan sosial. Pembelajaran ini merupakan modal dasar bagi individu untuk terlibat dan berlaku secara tepat dalam masyarakat. Keluarga perlu menumbuhkan kesadaran sebagai pemeran utama yang bertanggungjawab untuk membangun masyarakat. Apabila peran itu tidak disadari maka keluarga akan menjadi korban pertama dari pelbagai pengaruh buruk masyarakat dan kebijaksanaan publik yang menyangkut orang banyak.97 Hubungan erat antara masyarakat dan keluarga menuntut sikap saling terbuka dan

96 lih. Familiaris Consortio, art. 43

97 lih. Familiaris Consortio, art. 44; bdk. Gaudium et Spes, art. 30

51

hormat dari kedua belah pihak. Keluarga membantu menyiapkan individu untuk terlibat dalam masyarakat dengan segala sumbangannya yang khas. Masyarakat harus mendukung dan menghormati keluarga dengan prinsip subsidiaritas.

Pelaksanaan prinsip ini membuka keterlibatan bagi lapisan bawah untuk menentukan kebijakannya sendiri dalam hidup bersama. Lapisan yang secara langsung terkena akibat dari suatu kebijakan atau keputusan seharusnya memiliki peran kunci dalam proses pengambilan keputusan. Keluarga sebagai elemen dasar masyarakat mempunyai hak untuk mengatur kebijakan rumah tangganya dalam menyiapkan individu terjun ke dalam masyarakat. Persiapan itu dilakukan dengan mendidik individu dengan pola hidup berdasarkan nilai kebenaran, kebebasan, keadilan, kebajikan dan cinta kasih.

Cita-cita keluarga dan masyarakat untuk saling mendukung dan mengembangkan kerap bernada sumbang. Keluarga kerap menjadi korban ketidakadilan masyarakat dan negara. Menurut Familiaris Consortio kerap masyarakat tidak mendukung keluarga dengan mengintervensi nilai-nilai serta tuntutan mendasar dalam keluarga. Para bapa sinode yang dikutip dalam Familiaris Consortio menyebutkan beberapa hak keluarga menanggapi keprihatian yang dihadapi keluarga98:

a. Hak untuk hidup dan berkembang sebagai keluarga, artinya hak setiap orang untuk membentuk keluarga serta memiliki upaya-upaya yang memadai untuk menanggungnya

b. Hak untuk melaksanakan tanggung jawabnya berkenaan dengan penyaluran kehidupan dan pendidikan anak

98 lih. Familiaris Consortio, art. 46

52

c. Hak atas sifat intim hidup pernikahan dan keluarga

d. Hak atas sifat tetap (stabil) ikatan serta lembaga pernikahan

e. Hak untuk menganut serta mengikrarkan imannya sendiri dan untuk menyiarkannya

f. Hak untuk mendidik anak sesuai dengan tradisi dalam keluarga, juga dengan nilai religius dan budayanya dengan segala atribut, upaya serta lembaga yang dibutuhkan

g. Hak secara khusus bagi kaum miskin dan penderita untuk mendapat jaminan fisik, sosial, politik dan ekonomi

h. Hak atas perumahan yang memadai untuk menjalani hidup berkeluarga sebagaimana mestinya

i. Hak untuk menyatakan pendapat dan atas perwakilan entah secara langsung atau melalui berbagai perserikatan di hadapan para penguasa pemerinatah di bidang ekonomi, sosial, dan budayadan para pejabat tingkat lebih rendah j. Hak untuk membentuk perserikatan-perserikatan bersama keluarga maupun

lembaga lain untuk secara layak dan lancar menjalankan peranan selaku keluarga

k. Hak untuk melalui lembaga-lembaga serta perundang-undangan yang memadai melindungi mereka yang belum dewasa terhadap narkotika yang merusak, pornografi, minuman keras dan sebagainya

l. Hak atas rekreasi sehat yang sekaligus memupuk nilai-nilai keluarga m. Hak kaum lanjut usia atas kehidupan yang layak dan kematian yang pantas n. Hak untuk beremigrasi bagi keluarga sebagai usaha menemukan perihidup

yang lebih baik.

53

Keempat belas hak keluarga yang disampaikan oleh para bapa sinode menunjukkan usaha gigih Gereja untuk membela keluarga berhadapan dengan krisis yang melandanya. Secara khusus Gereja memberi perhatian kepada mereka yang lapar, miskin, lanjut usia, sakit, mereka yang menjadi korban narkotika dan mereka yang sebatang kara. Gereja menaruh harap besar kepada keluarga-keluarga untuk dapat berdedikasi sepenuh hati dan tanpa pamrih terhadap perkara-perkara sosial melalui sikap mengutamakan cinta kasih terutama kepada mereka yang miskin dan serba kekurangan.99 Secara khusus Gereja mengajak keluarga Katolik yang berakar dalam iman serta harapan bersama dan dijiwai oleh cinta kasih, untuk menumbuhkan, menyebarkan, dan mengembangkan keadilan, rekonsiliasi, persaudaraan serta perdamaian antar manusia. Keluarga sebagai Gereja “mini” diharapkan menjadi pancaran Gereja semesta yang menjadi lambang kesatuan bagi dunia dan memberi kesaksian tentang kerajaan Allah serta damai Kristus kepada banyak orang.100