• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengayunkan Anak di Rumah Abang Ashar Hasibuan (Kehek)

Kehek merupakan nama panggilan yang biasanya dilakukan masyarakat desa Rumbio. Abang Kehek sudah memiliki enam orang anak yang terdiri empat orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan. Anak abang kehek semuanya sudah bersekolah dan juga sudah ada yang tamat SMA, tetapi Abang kehek masih menginginkan anak dan alhamdulliah Allah mengabulkan permintaannya ia dan istrinya. Mereka dikarunia anak perempuandan ini juga akan menjadi anakterakhir

(ujar mereka berdua). Anak pertama, kedua, kelima dan keenam adalah anak laki-laki sedangkan anak ketiga, keempat dan ketujuh merupakan anak terakhir adalah perempuan. Semua anak abang kehek pada saat lahir semaunya diayunkan, memang pada saat anak mereka diayunkan rezekinya berbeda-beda seperti anak pertama acaranya bisa diakatan besar karana pada saat itu tanggungan keluarga belum banyak dan juga rezeki abang kehek lagi baik. Pada saat anak kedua lahir dan ketiga lahir acara mengayunkan seperti anak pertama sudah tidak sama lagi besarnya karena pada saat itu ekonomi keluarga lagi sulit karena abang kehek mengganti pekerjaan yang baru. Sebelum itu abang kehek bekerja sebegai pedagang sayur-sayuran dipasar, menurut abang kehek hasil yang didapat dari jualan sayur-sayuran tidak mencukupi kebutuhan keluarganya maka dari itu abang kehek mengganti profesi sebagai supir bus mini.

Pada saat lahir anak ke empat ekonomi keluarga abang kehek sudah membaik, abang kehek membuat acara mengayunkan untuk anaknya yang ke empat seperti anak pertama yaitu besar dan meriah. Kemudian lahirnya anak ke lima juga sama seperti anak pertama dan ke empat. Lahirnya anak ke lima dan ke enam sudah mulai sederhana karena banyaknya kebutuhan ekonomi dan juga anak-anak abang kehek sudah mulai bersekolahan.

Tidak ada perbedaan antara anak pertama, terakhir

dan 33

33

Hasil wawancara dengan abang kehek dan istri

anak keberapa lainya semua sama. Semua sama, semua diayaunkan karena rezekinya saja rezekinya yang

berbeda makanya acara mengayunkannya juga berbeda”(abang Kehek dan istri).

Anak-anak abang kehek juga tidak ada merasa bahwasanya perbedaan saat mereka diayunkan atau merasakan tidak adil, karena mereka juga mengerti keaadan ekonomi keluarga.

Meskipun kelahiran anak terakhir abang kehek ingin melakukan acara mengayunkan seperti yang ia lakukan ke anak-anaknya yang lain, meskipun acaranya tidak meriah sebab ekonomi keluaraga bisa dikatakan tidak begitu mencukupi dan mereka hanya mengundang keluarga dekat saja. Seperti orang tua perempuan dari istrinya, kedua orang tua abang Kehek telah meninggal, Kakak abang kehek tinggal bersama dengan abang Kehek, jadi sebelum acara mengayunkan anak, orang tua perempuan dari istrinya abang Kehek sudah mempersiapakan keperluan untuk acara mengayunkan nanttinya. Istri Abang kehek berkata “pinomat” “minimal”ada dibuat acaranya meskipun tidak besar,

tidak ada hepeng (uang)” (sambil tersenyum)34

Keluarga yang diundang hanya beberapa saja, dua keluaraga membawa istri dan anaknya dan ini merupakan keluaraga yang memiliki hubungan dari garis keturunan laki-laki yaitu kakek mereka. Kemudian tiga keluarga lagi yang hadir hanya adik laki-lakinya yang memiliki hubungan dari kedua orangtua mereka yaitu kakak beradik, adiknya abang kehek tidak membawa istrinya. Kemudain adik perempuan dari pihak istrinya juga tidak membawa suaminya hanya membawa satu orang anaknya saja yang berumur empat tahun.

.

34

Satu hari sebelum acara tetangga abang kehek dan kahangginya mulai membuat lepat untuk dibagikan ketetangga, lepat yang akan dibagikan tidak terlalu banyak hanya satu banjar (wialayah) denagan abang Kehek saja, karenalepat yang dibuat tidak banyak dan juga acara yang dibuat juga tidak begitu besar.

Foto 12

Membuat lepat sebelum acara mengayunkan anak

Kesederhanaan terlihat tidak hanya dari keluarga yang di undang saja, tetapi juga pada hewan yang akan dipotong, hewan yang dipotong hanya dua ekor ayam saja ayam saja. Ayam yang satunya untuk hidangan untuk para tamu, sedangkan satunya lagi untuk upah-upah.

Pada waktu acara mengayunkan dilakukan dirumah abang Kehek dan waktu pagi. Awalnya orang tua istri abang kehek mempersiapakan salim batu (Acorus calamus) dan tempurung yang telah diisi abu bekas kayu masak. Kemudain menggulung kain yang mudah terbakar menjadi bentuk seperti sumbuh lampu kemudian membakarnya diatas tempurung yang sudah diisi kayu bakar

tadi. Seletah itu istri abang kehek menggunyahburangirdan menyemburkanya didepan pintusambil memgang gayung dan tempurung.

Foto 13

Sebelum anak dibawa keluar, ibu dari bayi mengunyah Acorus calamus (salim batuk) setelah itu meneyemburkanya dan membawa tempurung yang

berisikan bara api

Setelah itu orangtua perempuan dari istri abang Kehek membawa cucunya keluar ruamah, kemudian membasuh wajah bayi dengan air yang ada didalam gayung tersebut sebanyak tiga kali sambil membaca shalawat nabi, lalu meletakan tempurung yang dipegang anaknya ke halaman rumah abang kehek. Anak abang Kehek tidak dibawa ke tapiankarena pada saat persalinan tidak dibantuk oleh Datu. Menurut mereka bayi yang dibawa ke tapian dan tidak ketapian sama saja, karena yang dilakukan adalah membasuh wajah bayi yang artinya sama-sama mensucikan bayi.

Foto 14

Bayi di bawa keluar (paijur danak) kemudian wajah bayi dibasuh tiga kali Setelah bayi dibawa keluar bayi dibawa masuk kembali kerumah dan mulai

diupah-upah, upah-upah yang dilakukan dalah upah-upah tondi. Bahan-bahan

upah-upah tondiyang digunaka adalah telur, nasi, garam, air putih, semuanya diletakan diatas piring besar. Yang melakukan upah-upah tondi adalah orangtua istri abang kehek sebab orangtua istrinya hatobangon (orang yang dituakan) pada saat acara mengayunkan anak di rumahnya. Setelah diupah-upahistri abang Kehek mencuci tangannya, lalu mencici garam, kemudian memkan putih dan kuning teluar. Setelah itu istri abang Kehek memberikan hidangan upah-upah tersebut diatas bibir anaknya hanya mencolekanya sedikit sesuai urutan yang dilakukan istri abang kehek pada saat ia memakan hidangan upah-upah.

Foto 15

Upah-upah setelah selesai bayi dibawa keluar

Setelah selesai upah-upah tondi dilanjutkan dengan upah-upah

memeberikan nama.Upah-upah pemeberikan nama juga dilakukan oleh orangtua istri abang kehek. bahan-bahan yang digunakan untuk upah-upah tondi dengan upah-upah memebri nama berbeda, letak perbedaanya upah-upahmemebri nama mengunakan ayam. Ayam yang digunakan untuk upah-upah memberi nama tidak dipotong-potong tetapi isi didalam perutnya sudah dikeluarkan. Ayam tesebut dipanggang kemudian digulai.

Foto16

Hidangan Upah-Upahuntuk memberikan nama

Foto 17

Pemberian nama yang dilakukan oleh orangtua dari istri abang Kehek Setelah selesai pemberian nama, bayi tersebut diletakan diatas ayunan yang terdiri dari tiga lapis dan sudah diikatkan lepat disisi kiri dan kanan ayunan kemudian keluarga yang hadir bergantian mengayun bayi sekaligus memarhabankan bayi tersebut. Yang mengayunkan bayi pertama kali dilakukan oleh istri abang kehek, setelah itu abang kehek, dan dilanjutkan oleh orangtua istri

abang Kehek,kemudian kakak abang Kehek, barulah keluarga-keluaraga serta tamu yang diundang. Kemudian bayi yang diayunan tadi diangkat abang Kehek dari ayunan, mulailah perebutan lepat yang ada diayunan bayi. Yang melakukan perebutan lepat adalah perempuan-perempuan, baik yang muda maupun yang muda.

Foto 18

Foto 19

Perebutan lepat yang ada diayunan bayi

Setelah kegiatan acara telah selesai dilakukakan, barulah menyatap hidangan yang telah disiapakan. Acara selesai sebelum waktu zuhur dikarenakan tidak ada kegiatan yang akan dilakukan lagi.