• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengayunkan Anak di Rumah Bapak Dirman Nasution

Bapak Dirman merupakan seorang warga desa rumbio yang sudah hampir belasan tahun tidak memiliki anak.Setelah istrinya meninggal bapak Dirman menikah lagi dan bapak Dirman dikaruniai seorang anak perempuan. Kebahagian yang dirasakan bapak Dirman dan keluarga serta bentuk rasa syukur yang mereka rasakan diwujudkan dengan membuat acara mengayunkan anak. Acara yang dibuat bapak Dirman bisa dibilang acara yang besar sebab dari segi pemotongan hewan, bapak Dirman memotong seekor kambing. Sedangkan dari keluarga yang diundang, bapak Dirman mengundang keluraga yang tinggal jauh dari desa Rumbio seperti uwak Irsan yang tinggal di Medan. Uwak Irsan merupakan abang Kandung bapak Dirman. Bapak Dirman juga mengudang anak-anak uwak Irsan yaitu kakak Taing dan abang Gundur yang tinggal di Jakarta masing-masing dari mereka sudah berkeluarga. Kemudian bapak Dirman mengundang ibunya, dan juga abang kandung dan adik kandungnya yang tinggal sama satu desa dengannya. Ayah bapak Dirman sudah lama meninggal, sebelum bapak Dirman memiliki anak dengan istrinya yang pertama.

Setelah keluarga kandung lengkap, bapak Diraman mengundang kahanggi

dan moranya. Keluarga kahanggi yang terdiri dari nenek Muchtar, Abang Solih,

kakak Fatma, uwak Tawon, uwak Tira, bou Hasim, kakak Nuri, abang Godang. Kahanggi ini merupakan keluarga dari pihak ayahnya bapak Dirman. Ompung laki-laki bapak Dirman atau ayah dari ayahnya bapak Dirman memiliki hubungan abang adik dengan ompung laki-laki dari keluarga kahanggi yang diundang.

Kemudain kahanggi dari pihak ibunya bapak Dirman yang berada tidak jauh dari

desa Rumbio yaitu desa Mompang Julu. Keluarga yang diundang adalah keluarga dari adik kandungnya ibu bapak Dirman, yaitu bujing Bapak Dirman.

Dari pihak mora, bapak Dirman hanya mengundang kedua orang tua dari istrinya dan adik laki-lakinya. Sebab orangtua istrinya hanya memiliki dua anak yaitu istinya dan adik istrinya yang masih sekolah SMA. Setelah itu bapak Dirman mengundang tetangga dekatnya seperti bou Hasanah, Nenek Safwan, bou Bahrul. Tetangga yang diundang juga masih memilik hubungan saudara dengan bapak Dirman dan juga mengundang tetangg-tetangga yang lainya.

Tiga hari sebelum acara mengayunkan anak, orangtua bapak Dirman, abang, adiknya serta istri-istri dari abang dan adiknya mulai membicarakan bagaimana acara yang akan dibuat , hewan apa yang akan dikurbankan, bahan-bahan yang diperlukan, serta pembagian tugas untuk hal apa-apa saja yang akan dikerjakan. Seperti siapa yang akan pergi berbelanja, memasak dan sebagainya. Pembicaraan tersebeut dilakukan setelah selesai isa, karena jika dilakukan pada siang hari keluarga bapak Dirman pergi bekerja. Hari kedua sebelum acara mengayunkan mulailah mempersiapakan bahan-bahan yang diperlukan serta

mulai menyanpaikan undangan atau kabarpataonkon. Penyampaian undangan tersebut dilakukan oleh pihak suhut ataupun kahanggi yang sebelumnya keluarga maupun saudara yang akan diundang sudah dimusyawarahkan sebelumnya. Jika keluarga yang diundang rumahnya diluar Kecamatan Panyabungan dan Siabu ataupun keluarga yang berada di Medan, Jakarta akan diundang lewat telephone

Satu hari sebelum acara mengayunkan, pihak kanggi dan tetangga dekat mulai membuat lepat, lepat yang dibuat bisa dibilang banayak sebab pisang yang digunakan untuk membuat lepat ada enam tandan pisang kepok. Lepat yang yang akan dibuat terbagi menjadi dua jenis, pertama, lepat yang untuk dibagikan ketetetangga, dan yang kedua, untuk digantungkan diayunan si anak. Bahan-bahan untuk membuat lepat ini adalah kelapa, pisang, tepung beras, gula merah dan gula putih. Lepat yang akan dibagikan ke tetangga dan untuk diikat hanya berbeda dari bahanya saja yaitu pisang. Lepat yang akan diiikat diayuan nantinya tidak menggunakan pisang.

Foto 9

Tetangga dan keluarga yang membantu mempersipan acara mengayunkan anak

Lepat yang dibagikan ketetangga menandakan bahwa seoarang anak telah lahir dari keluarga suhut, dan juga lepat yang dibagikan seperti bentuk undangan

untuk menghadiri acara ditempat si suhut. Jika acaranya besar maka lepat yang akan dibagikan tidak hanya sebanjarnya (wilayah) saja, tetapi seluruh desa. Lepat

yang akan digantungkan diayunan menandakan lomo-lomi ni roa(kebikan hati).

Lepat memiliki rasa yang manis, dari luar saja sudah terlihat manis akibat wana dari gula merah tadi, apalagi belum dimakan. Maka dari itu lepat yang digantungkan menunjukan bahwa agar anak itu nantinya seperti lepat, melihat dari

luarnya saja kita sudah tau bahwa anak itu baik.32

Bapak Dirman dan keluarga mengayunkan anaknya pada saat berumur dua bulan. keluarga bapak Dirman tidak melakukan paijur danaksebab sebelumnya sudah dilakukan pada saat istri bapak Dirman di rumah sakit karena pada saat itu istri bapak Dirman melahirkan di Rumah Sakit. Bapak Dirman dan keluarganya Lepat yang akan dibagikan oleh bapak Dirman satu wilayah denaganya serta tetangga-tetangga yang dikenal serta dekat denganya.

Setelah lepat selesai dimasak dan telah dibagikan, malam harinya pihak anak boru mepersiapakan bahan-bahan yang akan dimasak, serta keperluan-keperluan lainya. Seperti hiasan-hiasan dinding, hiasan untuk ayunan dan lain sebagainya. Ayunan yang digunakan adalah ayunan yang tebuat dari rotan, meskipun begitu ayunan selendang tetap digunakan. Anak boruyang bertugas memesak tidak akan pulang kerumahnya mereka akan tidur dirumah suhutsebab pada saat memasak dilakukan pada jam 4 pagi agar masakan yang akan dihidangkan masih segar.

32

hanya melakukan kegiatan upah-upah saja sekaligus menambalkan nama anaknya. Bahan upah-upah yang digunakan adalah ayam, telur, garam, nasi, dan air putih. Yang melakukan upah-upah adalah orangtua laki-laki dari istrinya bapak Dirman, sebab pada orangtua laki-laki sudah meninggal. Setelah selesai

acara upah-upah barulah pemeberian nama, nama yang akan diberikan kepada

anak tersebeut, sebelumnya sudah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak keluarga, baik keluarga laki-laki maupun keluarga perempuan.

Foto 10 upah-upahpembarian nama

Setelah itu anak bapak Dirman diletakan diatas ayunan yang sudah dihiasi dengan bunga-bunga, gabah-gabah dan lepat yang diikat disisi kanan dan kiri ayunan. Kemudian anak bapak Dirman diayun-ayun secara bergantian sambil membacakan shlawat dan memarhabankanya. Pertama kali yang mengayunkan anaknya adalah ibunya, setelah itu bapak Dirman, kemudian orang tua bapak Dirman, orang tua istrinya, abang, adik, istri-istri dari abang dan adik bapak

Dirman. Setalah itu kahanggi-kahangi yang lainya, tamu-tamu yang diundang lainya. Kemudian barulah memperebutkan lepat yang diikat diayunan anaknya. Yang memperebutkan lepat tersebut adalah keluarga maupun tamu-tamu perempuan yang ada tempat acara.

Selanjutnya tamu-tamu maupun keluarga yang berada didalam rumah disuruh berdiri membentuk lingkaran untuk memberikankepada anaknya doa anaknya. Setealah itu bapak Dirman mengendong anaknya sedangkan istrinya memegang bedak bayi dan parfum kemudain bapak Dirman mengelilingi tamu dan mempersilahkan tamu mencium bayinya dan yang mencium bayinya sambil membacakan doa dan harapan kemudian membedaki bayi dengan bedak yang dipegang oleh ibunya kewajah anaknya, kemudian ibunya mengoleskan parfum kebaju tamu yang telah mendoakan anaknya.

Setelah kegiatan selesai dilakukan barulah menyantap hidangan yang telah dipersiapak oleh pihak yang melakukan acara. Yang menyantap hidangan yang petama adalah laki-laki sebab laki-laki dan perempuan tidak dibolehkan bergabung, tidak ada perebaan jenis makanan yang dihidangkan untuk laki-laki dan perempuan semuanya sama malah tamu perumpuan yang hadir selesai makan diberi nasi bungkus. Dalam ajaran agama masyarakat Rumbio laki-laki dan perempuan tidak boleh sama dan juga mengajarkan dalam islam nilai anak laki-laki lebih tinggi dari pada anak perempuan. Maka dari itu masyarakat Rumbio menerapkan pengetahuan yang telah diajarkan oleh agama mereka.

Tempat hidangan makanan dibagi menjadi dua tempat, pertama dirumah bapak Dirman, kemudian dirumah Uwak Irsan. Sebab rauangan di rumah bapak Dirman tidak cukup menampung tamu-tamu yang hadir.

Foto11

Pihak Lelaki dan tamu yang diundang mulai menikmati hidangan setelah acara mengayunkan anak telah selesai

Setelah laki-laki selesai makan kemudian bergantian dengan tamu-tamu perempuan karena itu juga merupakan aturan yang sudah ditetapkan oleh masyarakat desa Rumbio. Acara mengayunkan anak bapak Dirman selesai pada jam dua siang.