• Tidak ada hasil yang ditemukan

Message from the Board of Director

Dalam dokumen Laporan Tahunan 2009 (Halaman 38-45)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, perkenankan kami menyampaikan pokok-pokok pencapaian dan hasil usaha PT Bank DKI selama setahun yang berakhir 31 Desember 2009.

Bank DKI mencatatkan laba bersih sebesar Rp140,7 miliar dengan pendapatan bunga bersih sebesar Rp802,3 miliar pada tahun 2009, masing-masing meningkat sebesar 21,55% dan 19,35%, dari Rp116,4 miliar di tahun 2009 dan Rp672,4 miliar pada tahun 2008.

Gejolak pasar modal dan sektor keuangan dunia di akhir tahun 2008 memberi dampak yang tidak kecil terhadap kondisi perbankan nasional pada awal tahun 2009, antara lain ditandai oleh pengetatan likuiditas, penurunan nilai tukar Rupiah secara tajam, peningkatan suku bunga bank, selain juga risiko kredit perbankan yang meningkat.

Menghadapi kondisi ini, Bank DKI mengambil langkah-langkah antisipatif terhadap kemungkinan Perseroan terkena dampak krisis. Dua langkah yang menurut hemat kami paling kunci adalah (i) membatasi pemberian kredit baru guna menurunkan paparan risiko kredit sekecil mungkin, dan (ii) meningkatkan kegiatan pendanaan untuk mengamankan posisi likuiditas Bank. Berkat strategi itu, Bank DKI mengayunkan langkahnya dengan pasti sepanjang tahun 2009, meredam potensi dampak krisis terhadap kelancaran usaha Bank, mengamankan aktiva produktif dari risiko kredit yang meningkat, mengupayakan pertumbuhan yang berkelanjutan, serta mengembangkan sumber daya yang memadai dalam rangka memastikan masa depan Perseroan.

Bank DKI berhasil mencapai sebagian besar sasaran usaha yang telah ditetapkan di tahun 2009, termasuk pertumbuhan kredit, simpanan dana pihak ketiga dan laba bersih Perseroan. Berbagai pencapaian tersebut memberi keyakinan kepada segenap jajaran Bank DKI bahwa transformasi usaha yang telah bergulir sejak tiga tahun yang lalu mulai membuahkan hasil. Pendapatan bunga, termasuk provisi dan komisi, meningkat sebesar 16,57% dari Rp1.425,0 miliar di tahun 2008 menjadi Rp1.661,2 miliar pada tahun 2009, mencerminkan fondasi Bank DKI yang semakin kokoh dalam kondisi yang sulit sekalipun. Jumlah kredit yang diberikan meningkat sebesar 8,36% menjadi Rp6.769,8 miliar di akhir tahun 2009, dari Rp6.247,5 miliar di tahun 2008. Namun demikian, jumlah simpanan dana pihak

With praises to God Almighty, we are pleased to present the highlights of the results of operations of PT Bank DKI for the year ending 31 December 2009.

Bank DKI posted a net proit of Rp140.7 billion with a net interest income of Rp802.3 billion in 2009, an increase of 21.55% and 19.35% from Rp116.4 billion and Rp672.4 billion, respectively, in 2008.

the volatile global inancial sector and capital markets at the end of 2008 had a considerable impact on the condition of the national banking sector in early 2009, which was marked among other things by the liquidity crunch, a sharp decline of the Rupiah exchange rate, and increasing bank interest rate in addition to the growing bank credit risk.

In the face of these conditions, Bank DKI took anticipatory measures against the possibility that the Bank might be affected by the crisis. Two critical measures in our opinion were (i) limiting the disbursement of new credit in order to reduce credit risk exposure to the minimum, and (ii) increasing funding activities in order to safeguard the Bank’s liquidity position.

Supported by this strategy, Bank DKI strode conidently throughout 2009, mitigating any potential impact of the crisis on the viability of the Bank’s businesses, protecting earning assets from the growing credit risk, striving for sustainable growth, and developing adequate resources in order to ensure the future of the Bank.

Bank DKI achieved most of its business targets for 2009, including the growth of credit, third party funds, and net proit of the Bank. these achievements brought conidence to the rank-and-ile of Bank DKI that the transformation efforts that have been in progress over the past three years are starting to bear fruits.

Interest income, including provision and commission, increased by 16.57% from Rp1,425.0 billion in 2008 to Rp1,661.2 billion in 2009, relecting the foundations of Bank DKI that are more sturdy even during the most challenging times.

The total outstanding credit increased by 8.36% to Rp6,769.8 billion as at year-end 2009, from Rp6,247.5 billion in 2008. However, the total amount of third party deposits rose higher

ketiga meningkat lebih tinggi lagi yaitu sebesar 26,40% menjadi Rp12.234 miliar di akhir tahun 2009. Perkembangan ini membawa Rasio Pinjaman terhadap Simpanan (LDR) ke tingkat 57,25% di akhir tahun 2009, menurun dari 66,98% di akhir tahun 2008. Jumlah aktiva hingga akhir tahun 2009 mencapai Rp15.431,1 miliar, meningkat sebesar 13,24% dari Rp13.547,2 miliar pada tahun 2008. Sedangkan ekuitas meningkat 11,70% menjadi Rp906.8 miliar di akhir tahun laporan.

Tetap Fokus pada Empat Segmen Utama

Sepanjang tahun 2009, Bank DKI kian memfokuskan kegiatan usahanya pada empat segmen utama yang memberi peluang pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan, yaitu: (i) segmen perbankan konsumer; (ii) segmen perbankan komersial (iii) segmen perbankan Mortgage & Housing dan UKM serta (iv) segmen perbankan syariah.

Segmen perbankan konsumer memberikan Bank DKI niche market berupa guru yang berjumlah lebih dari 200.000 nasabah, pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berjumlah lebih dari 100.000 orang selain pengembangan produk JakCard yang berkesinambungan, antara lain sebagai alat bayar Busway, kartu bayar pada jaringan Indomaret, dan nantinya dapat dipergunakan untuk pembayaran tiket transportasi di Kereta Api Listrik yang menghubungkan Jakarta dengan beberapa kota satelitnya. Ke depan, JakCard akan dapat digunakan sebagai alat pembayaran semua moda transportasi se-DKI-Jaya. Dari segi pemberian kredit, segmen konsumer mempunyai portofolio tertinggi dibanding segmen lainnya atau sebesar 60,87% dari total portofolio kredit.

Segmen perbankan komersial menitikberatkan pada pembiayaan sektor pekerjaan umum dan pengembangan infrastruktur, khususnya di wilayah DKI Jaya, merupakan bisnis inti Bank DKI sebagai Bank Pembangunan Daerah. Hingga akhir tahun 2009, segmen perbankan ini memberi kontribusi pendapatan yang cukup besar. Portofolio segmen komersial mencapai 19,16% dari total portofolio kredit selama tahun 2009. Memasuki tahun 2010, Bank DKI menyambut baik peluang pembangunan infrastruktur yang tengah digalakkan Pemerintah, antara lain melalui pola pengembangan Public Private Partnership.

Segmen Mortgage & Housing memfokuskan pada pembiayaan Kredit Perumahan Rakyat baik primary house maupun secondary mortage serta kredit program kerjasama dengan berbagai lembaga. Selain itu, juga melayani sektor Usaha Mikro,

by 26.40% to Rp12,234 billion as at year-end 2009. This brought the Loan to Deposit Ratio (LDR) to 57.25% at year-end 2009, declining slightly from 66.98% at year-end 2008.

Total assets as at year-end 2009 reached Rp15,431.1 billion, an increase of 13.24% from Rp13,547.2 billion at year-end 2008. Whereas total stockholders’ equity increased by 11.70% to Rp906.8 billion as at the end of the year in review.

Remaining Focused on Four Key Segments Throughout 2009, Bank DKI focused its business activities on the four key segments that provide the Bank with long- term growth opportunities that are sustainable, namely: (i) the consumer banking segment; (ii) the commercial banking segment; (iii) Mortgage & Housing and SME banking segment; and (iv) sharia banking segment.

The consumer banking segment provides Bank DKI with a niche market in the form of teachers numbering more than 200,000 customers, employees of the Provincial Government of DKI Jakarta numbering more than 100,000 customers, in addition to the continuing development of the JakCard product as payment tool for the Busway transportation system, debit card in the Indomaret retail chain, and eventually as a ticketing payment system for the Commuter Train connecting Jakarta and its satellite towns. Going forward, JakCard will be used as the payment card for all modes of transportation in the capital city of Jakarta. In terms of credit, the consumer segment holds the largest portfolios compared to other segments, accounting for 60.87% of the Bank’s total loans portfolio.

The commercial banking segment emphasizes on lending to the public works sector and infrastructure development, especially in the Greater Jakarta Metropolitan Area, representing the core business of Bank DKI as a Regional Development Bank. As of year-end 2009, this banking segment generated a signiicant contribution to earnings. The commercial banking portfolio accounted for 19.16% of the Bank’s total loans portfolio in 2009. Entering the year 2010, Bank DKI welcomes the efforts by the Government to boost infrastructure development, among other things through the Public Private Partnership development scheme.

The Mortgage & Housing segment focused on providing Public Housing Credit, whether primary or secondary mortgages as well as program credits with the cooperation of several institutions. In addition to mortgages, this segment also serves the Micro, Small

Kecil dan Menengah (UMKM) dan merupakan wujud komitmen Bank DKI dalam mendukung program pembangunan DKI Jaya yang juga mencakup upaya pemberdayaan perekonomian masyarakat melalui pengembangan sektor UMKM. Total portofolio mortgage termasuk UKM menyumbangkan 10,60% dari total portofolio kredit Bank DKI. Dan sebagai wujud nyata pelayanan kepada sektor UMKM, di awal tahun 2010 Bank DKI membentuk Grup UMKM yang nantinya juga menangani Kredit Usaha Rakyat yang pendanaannya berasal dari Pemerintah RI.

Segmen perbankan syariah melayani kebutuhan masyarakat akan manfaat pelayanan perbankan yang berbasiskan syariah Islam, sekaligus juga mengisi salah satu segmen perbankan yang tumbuh secara pesat dalam beberapa tahun ini dan menyumbangkan 9,37% dari total portofolio kredit Bank DKI.

Hadir di Tengah Masyarakat

Pada tahun 2009, Bank DKI berhasil menuntaskan program rebranding berikut renovasi seluruh kantor cabang dan kantor cabang pembantu maupun kantor kas dan payment point, termasuk kantor syariah yang berjumlah 160 kantor layanan di hampir seluruh penjuru DKI Jaya. Tampilan kantor dan gerai yang modern serta dinamis, pelayanan yang lebih bersahabat sekaligus profesional, kehadiran Bank DKI di mal-mal utama di akhir minggu, semua ini adalah untuk melayani warga Jakarta lebih dekat selain lebih mendekatkan Bank DKI ke warga Jakarta. Sejak 2009, Bank DKI berinisiatif membuka layanan kantor kas di beberapa Mal Jakarta, guna melayani masyarakat yang ingin membayar pajak, membayar perpanjangan STNK dan lain sebagainya, diantaranya di Senayan City dan Pondok Indah Mall. Memahami kesibukan warga kota Jakarta metropolitan yang hanya memiliki waktu untuk bekerja sepanjang minggu, maka Bank DKI menyediakan diri untuk hadir di tengah warga Jakarta yang membanjiri Mal di setiap akhir minggu. Maka, sambil berekreasi di Mal bersama keluarga, warga kini dapat membayar PBB, membayar STNK dan berbagai pembayaran lainnya, dalam kenyamanan sebuah Mal. Selain itu, Bank DKI menyediakan layanan perbankan untuk mendukung Samsat Drive Thru di Polda Metro Jakarta Selatan dan di Jakarta Barat.

Kehadiran Bank DKI di tengah warga kota Jakarta – dengan layanan senyumnya yang khas – juga tidak lepas dari partisipasi serta dukungan Bank DKI kepada program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menjadikan Jakarta sebagai Kota Pelayanan (Service City).

and Medium Size Enterprise (MSME) market and constitutes the commitment of Bank DKI to support the development programs of DKI Jaya that also encompasses the efforts to empower local economies through the development of the MSME sector. The total mortgage portfolio, including SME credit, accounted for 10.60% of the Bank’s total loans portfolio. As a concrete manifestation of the Bank’s services to the MSME sector, in early 2010 Bank DKI has formed the MSME Group that will undertake the Kredit Usaha Rakyat (People’s Business Credit) funded by the Government.

the sharia banking segment serves the public on the beneits of banking services that are based on the Islamic sharia principles, as well as meeting the needs of one of the fastest growing banking segments over the past several years, accounting for 9.37% of the Bank’s total loans portfolio. Reaching out to the Public

In 2009, Bank DKI completed its rebranding program including the renovation of all branch ofices and sub-branch ofices, as well as cash ofice and payment points, including sharia branches, all of which totaled 160 service outlets throughout DKI Jakarta. the new look of ofices and outlets that are both modern and dynamic, services that are friendly and professional, the presence of Bank DKI outlets in major malls on weekends, all this represents Bank DKI’s effort to reach out more to the citizens of DKI Jakarta.

Since 2009, Bank DKI has taken the initiative to open a cash service outlet in several malls of Jakarta, to serve the needs of those who have to pay their taxes, extend their vehicle registration and other banking payments, among other locations at the Senayan City and Pondok Indal malls. Understanding the busy nature of the citizens of the Metropolitan Jakarta who usually only have time for work during weekdays, Bank DKI offers its services to the good people of Jakarta who normally throng the malls on weekends. Thus, while enjoying family time at the mall, customers can now pay their PBB (Property Tax), STNK (Vehicle registration) and other banking transactions in the comfort of the Mall. In addition, bank DKI also provides its banking services to support the Samsat Drive Thru of Polda Metro (trafic Police Stations) in South and West Jakarta. The presence of Bank DKI among the citizens of Jakarta – with its characteristic service with a smile – is also an integral part of and support to the program of Provincial Government of DKI Jakarta to transform Jakarta into a Service City.

Meningkatkan Mutu serta Cakupan Pelayanan

Seiring dengan penampilan citra perusahaan yang baru, Bank DKI melakukan serangkaian peningkatan pelayanan baik dari segi infrastruktur maupun sumber daya manusia. Pada tahun 2009, Bank DKI menambah jumlah ATM sehingga jaringan ATM Bank DKI per akhir tahun 2009 menjadi 131 mesin ATM. Jumlah kantor cabang dan kantor cabang pembantu pun ditambah sesuai rencana pengembangan Bank.

Platform teknologi informasi yang terus dikembangkan Bank DKI selama tahun 2009 semakin meningkatkan kemampuan Bank DKI dalam melayani nasabah, khususnya di segmen perbankan konsumer, ritel komersial dan syariah yang membutuhkan penanganan transaksi maupun rekening bank perorangan dalam volume yang terus bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun.

Sementara dari segi sumber daya manusia, pada tahun 2008 Bank DKI mulai meletakkan dasar-dasar pendidikan sumber daya manusia dalam jangka panjang. Bank DKI telah memiliki jenjang pendidikan karyawan secara berkesinambungan mulai dari Staff Development Program, dan pada tahap berikutnya yang berlanjut pada Manager Development Program yang telah diimplementasikan di awal 2010 dan Executive Development Program pada tahapan berikutnya.

Tidak berhenti pada aspek pengetahuan serta ketrampilan individu semata, Bank DKI juga melatih dan menanamkan budaya ‘melayani’ pada setiap karyawan, antara lain melalui program SENYUM yang diartikan sebagai “service excellence yang utama”. Program ini dinamakan Senyum 227 yang diterjemahkan sebagai “senyum bibir selebar dua sentimeter ke kiri dan kanan, selama tujuh detik”.

Program peningkatan layanan ini merupakan salah satu dari Widely Important Goals (WIG’s) ditahun 2009 yaitu tiga fokus yang utama yang menjadi prioritas manajemen dalam pencapaian kinerja di tahun 2009, yaitu peningkatan Service Excellence, penurunan nPl dan eisiensi operasional.

Dan yang membanggakan, Bank DKI mampu mempertahankan sebagai “BPD Terbaik Pertama” dalam Service Excellence yang dinilai oleh Marketing Riset Indonesia dan Majalah InfoBank, sebagaimana edisi April 2010 No. 373 Volume

XXXII. Sedangkan yang terkait dengan eisiensi, Bank DKI memperoleh penghargaan sebagai BPD tereisien dari Harian

Bisnis Indonesia pada April 2009.

Increasing the Quality and Scope of Service In line with the new image of the Bank, Bank DKI undertook a series of improvements to increase the level of service in terms of infrastructure and human resources. In 2009, Bank DKI added the number of its ATM, bringing the total number of ATM in Bank DKI ATM Network as at year-end 2009 to 131 ATM units. the number of branch ofices and sub-branch ofices was also increased in accordance with the development plan of the Bank. The information technology platform that was continuously upgraded throughout 2009, has enhanced the capabilities of Bank DKI to serve its customers, especially those in the consumer, retail commercial and sharia banking segments, the individual banking accounts and transactions of which continue to increase in both numbers and volume from year to year.

Meanwhile, from the human resources perspective, in 2008 Bank DKI began to lay down the basic foundations for the long-term training of human resources. Now, Bank DKI has equipped itself with employee training programs that are continuous starting from Staff Development Program to Manager Development Program, and beginning from early 2010, the Executive Development Program.

Not restricting itself merely to the development of knowledge and skills for the individuals, Bank DKI also trains and cultivates the ‘service’ culture on each and every employee, among other things through the SMILE program that is associated with the “primary service excellence”. This program is called the Smile 227, which is taken to mean “A smile of the lip by two centimeters on either side, for seven seconds”.

This service enhancement program is part of the Widely Important Goals (WIGs) that Bank DKI had set for in 2009, encompassing three main focuses that represent the priorities of management in performance achievement of 2009, namely Service Excellence, Reduction of nPl and Operating Eficiency. It is with some pride that we report of the success of Bank DKI in retaining its position as “The First Best Regional Development Bank” in terms of Service Excellence according to Marketing Riset Indonesia and InfoBank Magazine, in its April 2010 edition No. 373 Volume XXXII. While in terms of eficiency, Bank DKI garnered the award as the Most Eficient Regional Development Bank from the Harian Bisnis Indonesia daily in April 2009.

Menggalang Persatuan Bank-Bank Pembangunan Daerah

Bank DKI terus berupaya meningkatkan peranan Bank Pembangunan Daerah sebagai suatu kekuatan perbankan nasional yang terhimpun dalam persatuan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA). Setelah berhasil melakukan pembiayaan sindikasi untuk beberapa proyek, diantaranya pembangunan pembangkit listrik yang mana Bank DKI sebagai lead arranger untuk sindikasi kredit senilai Rp4,7 triliun yang dinamakan ASBANDA-PLN Merah Putih.

ASBANDA memperkuat kebersamaannya dengan

meluncurkan BPDNet Online yang menghubungkan jaringan BPD seluruh Indonesia secara on-line. Selama tahun 2009, ASBANDA mencoba merajut kebersamaan BPD untuk akselerasi peningkatan bisnis antar BPD, diantaranya melalui penyelenggaraan lokakarya yang mengupas peran BPD untuk pencepatan pembangunan daerah. Selain itu adalah kerjasama BPD dengan BKN (Badan Kepegawaian Negara) untuk implementasi Kartu Pegawai Elektronik (KPE) yang berbasis JakCard. Sektor Mortgage pun menjadi perhatian BPD dengan dilakukannya kerjasama BPD dengan Kementerian Perumahan Rakyat RI untuk ekspansi KPR BPD. Sementara untuk menjalin silahturahmi antar karyawan BPD, di tahun 2009 juga dilaksanakan Pekan Olah Raga & Seni (PORSENI) ke VIII yang diselenggarakan di Balikpapan Kalimantan Timur.

Tata Kelola Perusahaan

Dalam rangka memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, serta mencapai visi Bank DKI untuk menjadi bank terbaik dalam kelasnya yang dapat dibanggakan oleh seluruh pemangku kepentingan, Bank DKI terus memperkuat tata kelola perusahaan, termasuk struktur pengendalian internal dan manajemen risiko, serta penerapan standar baku operasi yang lebih seragam dan transparan.

Di tahun 2009, Bank DKI telah membuat Piagam GCG yang berisi pelaksanaan prinsip-prinsip GCG bagi karyawan, Direksi maupun Komisaris termasuk mengatur yang terkait dengan keterbukaan informasi, benturan kepentingan, pemberian hadiah, sumbangan, komisi, entertaintment maupun pengadaan barang dan jasa. Selain itu Bank DKI juga telah mengimplementasikan Enterprise Risk Management (ERM) yang merupakan pengendalian risiko perusahaan secara menyeluruh dan terintegrasi, serta menyelaraskan visi dan misi Perseroan dengan strategi pemilihan risk appetite dan risk tolerance serta tindakan mitigasi yang akan dilakukan.

Harnessing Unity among Regional Development Banks

Bank DKI continues to enhance the roles of the Regional Development Bank (BPD) as a national banking force under the Association of Regional Development Banks (ASBANDA). Following the success of arranging loans syndications for a number of projects, including the construction of a power plant in which Bank DKI acted as the lead arranger for the credit syndication amounting to Rp4.7 trillion under the name of ASBANDA-PLN Merah Putih.

ASBANDA also strengthened its unity by launching the BPDNet Online that linked the network of BPD across Indonesia on-line.

Dalam dokumen Laporan Tahunan 2009 (Halaman 38-45)