• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dan mestinya, saya tak mesti berlama- berlama-lama sampai pukul delapan malam, kalau

saja sosok Antoni, 29 tahun, muncul di

M o a m m a r Emka

depart meja yang say a tempati. Antoni ini termasuk kawan lama, dan sudah lebih dari d u a tahun saya mengenalnya. Bujangan yang sehari-hari menghabiskan waktu di sebuah kafe gaul bernama AT, di bilangan Sudirman, menjabat sebagai operational-manager, sudah sering menemani saya road show ke sejumlah kafe dan diskotek.

Dan tidak jarang, Antoni inilah yang sering banyak mensuplay informasi seputar isu-isu kehidupan malam di seputar Jakarta. M a k l u m , r u a n g l i n g k u p kerjanya yang banyak berhubungan dengan aneka macam tamu dari berbagai kalangan yang berbeda, yang rata-rata doyan kelayapan malam, m e m b u a t n y a s e d i k i t b a n y a k d a p a t menyerap info-info terbaru.

Makanya, sore yang mestinya hanya menjadi persinggahan satu atau dua jam itu, malah molor hingga malam menjemput. Kalau dihitung-hitung, tak k u r a n g dari empat jam kami nongkrong di kafe. Dari sekedar minum kopi sampai akhirnya tak kurang dari tiga gelas Black Russian saya tenggak, sementara Antoni tak kurang dari tiga gelas Jack Daniel, on the rock!

O r d e r O r g y Rumah Cinta X X X

R

umah Cinta. Entah sudah berapa kami bercakap dengan topik macam-macam. Dari ngobrol soal tarik menarik bisnis kafe-restoran sampai isu terbaru tentang skandal cinta sejumlah artis. Dan yang pasti, kami bertukar informasi seputar gemerlap malam Jakarta yang tak pernah mati.

Tentang gadis-gadis order alias call-girls

yang kini makin marak keluar sarang dengan beroperasi di kafe-kafe elit, tentang menu-m e n u gres y a n g d i s u g u h k a n sejumenu-mlah tempat hiburan malam, juga tentang gosip-gosip pesta p r i b a d i yang s e m p a t kami d e n g a r d a n menjadi p e m b i c a r a a n d i kalangan nite-society.

Ini untuk kali kesekian, kami terlibat pembicaraan santai malam itu. Ketika jam berdetak di pukul tujuh malam, obrolan kami sampai p a d a sebuah tempat yang pernah dua sampai tiga kali kami singgahi bersama-sama.

Tempat itu sebenarnya, lebih pas disebut sebagai rumah penampungan. Di dalamnya tersedia koleksi beberapa wanita cantik. Tapi, d a l a m p r a k t e k n y a , d i r u m a h penampungan itu juga menyediakan kamar-kamar untuk transaksi langsung di tempat.

Tak k u r a n g dari 50 gadis dikarantina di rumah penampungan itu. Main-service yang d i b e r i k a n , tak b e r b e d a jauh d e n g a n sejumlah panti pijat yang tersebar di sudut kota Jakarta. Ya, 'massage' memang menjadi menu utama yang ditawarkan. Dari the real massage sampai sexy massage.

Ide u n t u k m a m p i r di r u m a h p e n a m -pungan atau rumah cinta itu, tiba-tiba saja telontar dari Antoni. Katanya, sudah lama ia tak menyambangi Susi, gadis ramping berambut panjang dengan kulit bersih dan p a r a s m u k a berbentuk oval telur. Atau dengan lepasnya, pria yang hobi olah raga biliar itu menyebut soal ramahnya Linda, d a n p a n d a i n y a m e l a y a n i t a m u d e n g a n canda dan gaya tertawanya yang manja tapi menggemaskan.

"Kayaknya boleh juga kalau kita mam-pir. Katanya sih, ceweknya ada yang baru. Denger-denger, ada service baru yang gila-gilaan," ceplos Antoni sambil terkekeh.

Mobil y a n g k a m i k e n d a r a i melaju menembus rintik-rintik air yang terus saja membasahi jalanan. Basah, sepanjang jalan yang kami lalui memang basah, dan sudah bisa dibayangkan, di beberapa ruas ada yang

2 1 0 | Sex & City; Jakarta Under Cover

tergenang air. Kami memang sedang dalam perjalanan menuju rumah p e n a m p u n g a n itu.

Dari kafe Z a n z i b a r kami m e l e w a t i p e r e m p a t a n besar y a n g m e m i s a h k a n wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, sebelum akhirnya kami mengambil jalan ke kiri. Setelah melewati pasar di kawasan Mayestik kami p u n melintas di JL. AP, sebuah jalan utama di Jakarta Selatan.

K u r a n g d u a r a t u s meter, traffic-light

m e m u n c u l k a n warna merah. Kami p u n berhenti di sisi kiri jalan. Ketika tanda panah merah berubah hijau, kami meng-ambil arah kiri memasuki Jl. CP. Di sepanjang jalan ini, memang dikenal banyak berdiri bangunan yang di dalamnya menjual jasa pijat. Tak k u r a n g dari lima b a n g u n a n b e s a r d a n d e n g a n tarif luma- yan m a h a l , berdiri dengan papan nama besar.

Setelah melewati panti PH, salah satu panti yang p o p u l e r dengan gadis-gadis

'massage' yang siap melayani order full-service, kami akhirnya sampai di r u m a h penampungan yang kami tuju.

Tidak seperti diperkirakan, rumah pe-nampungan itu berada di deretan

M o a m m a r Emka

an ruko berlantai empat. Paling tidak, ada lima bangunan ruko yang menyatu. Rumah p e n a m p u n g a n itu m e n g g u n a k a n p a p a n n a m a dalam ukuran lumayan besar ber-tuliskan BO. Di sinilah, laju kami berhenti. Tak kurang dari lima mobil tampak parkir rapi di halaman depan. Area parkir cukup luas dan kira-kira muat untuk menampung sekitar 15-20 mobil. Di samping BO, terdapat sebuah salon kecantikan. Di pintu depan tertulis n a m a RT Salon, Hair & Beauty.

S e m e n t a r a d i s a m p i n g salon, k a m i p e r k i r a k a n d i p e r g u n a k a n u n t u k r u a n g perkantoran.

Lantai BO terbuat dari porselin putih. Di lantai dasar, hanya dijaga seorang resepsionis wanita yang malam itu tampak duduk manis sambil membaca. Hanya ada seperangkat meja-kursi yang menjadi isi perabotan di lantai dasar.

Kami dipersilakan naik dan diantar ke lantai satu. Disitu sudah menunggu sofa panjang warna hitam. Dua gadis menyam-but kami dan langsung menyilakan kami duduk sejenak.

Ruangan tamu atau sebut saja r u a n g tunggu itu tidaklah terlalu besar. Ada dua

O r d e r O r g y Rumah Cinta X X X

sofa pendek dan satu panjang ditambah meja kaca warna hitam. Di sampingnya, terdapat meja resepsionis yang dijaga dua wanita. Mereka inilah yang menjadi awal dari sebuah transaksi.

Ah, kami tak perlu bersusah-susah karena Antoni sudah punya beberapa calon gadis pilihan y a n g akan menjadi teman ken-cannya. Sebagai tamu lama, rasa-rasanya kami tak perlu melihat-lihat foto koleksi gadis-gadis BO. Akan tetapi lantaran ada kabar, ada sejumlah gadis pendatang baru, mau nggak mau, kami menyempatkan diri meminta album foto pada resepsionis.

"Ini Maya. Baru satu bulan, neng geulis

dari Bandung. Kalau yang kuning langsat ini Ria, baru 22 tahun," ucap resepsionis yang b e r a m b u t p e n d e k d e n g a n k u l i t s a w o

matang.

U n t u k beberapa saat l a m a n y a , kami membolak-balik album foto. Tak banyak yang baru, paling-paling ada sekitar lima sampai delapan orang. Sementara wajah-wajah yang kami kenal, dua diantaranya Susi dan Linda, masih menghiasi isi album. Bagi tamu pemula, album foto ini boleh jadi sangat berguna untuk guide tour. Ya,

walau terkadang sosok dalam foto berbeda