• Tidak ada hasil yang ditemukan

seperti kebanyakan eksterior rumah yang ada kawasan Pondok Indah. Intinya,

Bangunan itu terletak di ruas jalan utama, sebut saja Jl. LB, di wilayah Jakarta Selatan. L o k a s i n y a tak jauh d a r i s e b u a h p u s a t perbelanjaan dan sebuah pasar. Saban hari, jalan itu selalu bising oleh aneka mobil yang berlalu lalang. Dari mobil pribadi sampai k e n d a r a a n u m u m . M a k - l u m , t e m p a t tersebut memang amat dekat dengan sebuah perempatan besar di bilangan Blok M.

Di kala siang, rumah itu tampak sepi seperti tak bertuan. Pelataran parkir yang kapasitasnya paling-paling h a n y a m u a t untuk 10 sampai 15 mobil itu hanya terisi 3 buah mobil. Aktifitas di luar rumah p u n tampak sepi. Hanya, terlihat dua sampai tiga orang saja yang duduk sambil bercakap di teras.

Tapi, suasana siang hari itu berubah total ketika malam hadir menjemput. Siang yang tadinya sepi, sontak berubah ketika jam mulai merambat perlahan dari pukul 18.00 WIB ke d e r e t a n jam-jam b e r i k u t n y a . P u l u h a n o r a n g , laki-laki d a n w a n i t a , m e n g h i d u p k a n m a l a m d e n g a n r a g a m p o l a h n y a . Di m a l a m weekend, s u a s a n a b e r t a m b a h mencolok d e n g a n h a d i r n y a

1 3 4 | Sex & City; Jakarta Under Cover

beberapa mobil mewah yang diparkir di pinggir jalan.

C

lub Lovers. Tak banyak yang tahu, ada apa di balik bangunan rumah tersebut. Kaca mata umum, paling-paling hanya bisa bertanya-tanya, ada apa sebenarnya yang ada di dalam rumah itu. Maklum, setiap malam, apalagi di malam weekend, di rumah itu terjadi aktifitas layaknya sebuah tempat hiburan kelas atas.

Seorang kenalan, sebut saja Ardi, 30 tahun, yang sehari-hari menggeluti usaha di bidang ekspor-impor peralatan berat sebagai

Asst. Marketing Director PT BA, merasa p e n a s a r a n . Pasalnya, aku Ardi, sebagai seorang eksekutif yang sudah mengantongi beberapa member-card dari sejumlah tempat hiburan seperti kafe, pub dan klub, atau sejumlah hotel berbintang, tak pernah tahu apa isi di dalamnya.

Dalam sebuah percakapan yang kami lakukan dengan Ardi di kafe BG, kawasan Taman Ria Senayan, pria yang hobi bermain biliar itu bertutur ihwal rasa ingin tahunya y a n g m e l e d a k - l e d a k . M a k l u m , sebagai

M o a m m a r Emka

'pecinta' dunia hiburan malam, dia merasa sudah cukup malang-melintang menjelajah aneka tempat hiburan malam di kota-kota b e s a r s e p e r t i S u r a b a y a , B a n d u n g d a n Medan, apalagi Jakarta.

Makanya, begitu disebut Klub 99, Ardi mengakui tak tahu banyak meski beberapa k a w a n karibnya kerap bercerita dan me-nyebut-nyebut ihwal klub tersebut. Yang dia tahu, sebatas cerita luarnya saja. Misalnya saja, beberapa temannya menyebut ihwal gadis-gadis cantik yang menjadi pramusaji di klub 99. Tidak hanya itu, tamu yang datang hampir semua bermobil mewah.

Gambaran sekilas tentang Klub 99 itu tentu saja makin membuat Ardi penasaran. Sampai satu ketika ia bertemu dengan salah satu r e k a n a n bisnis yang mengajaknya

dinner di klub tersebut. Rekanan bisnis kali ini, namanya sebut saja Pram, 32 tahun,

Project Director PT HG yang bergerak di bidang yang sama dengan perusahaan Ardi.

Pucuk dicinta ulam tiba, begitulah kira-kira Ardi mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Hari bertemu pun ditentukan. C e r i t a n y a , P r a m m a u m e n t r a k t i r A r d i

M e e t i n g D a t e " Club-lovers 9 9

setelah mendatangani proyek kerja sama dalam hal ekspor-impor turbin kapal.

Hari Jum'at, di awal bulan Oktober 2001, Ardi mengajak kami bertatap muka di kafe BG, di kawasan Taman Ria Senayan pada jam-jam after hours. Kafe y a n g h a n y a berkapasitas untuk 100 orang itu memang menjadi ajang kumpul, sekedar nongkrong dan ngobrol sambil menikmati makan dan minum. Di situlah kami bertemu dengan Ardi yang ditemani seorang temannya. Tak lama setelah itu, datanglah Pram seorang diri dan langsung diperkenalkan dengan kami.

Lewat pukul 20.00 WIB, kami berangkat menuju lokasi. Pram yang memang puny a hajat, melajukan mobil terlebih d a h u l u . Kami melewati Jl. Sudirman yang memang terkenal tak pernah sepi dari deru dan laju kendaraan. Tidak siang, tidak malam. Sete-lah melewati tiga lampu merah, kami ma-suk kawasan Jakarta Selatan. Di sebuah perempatan besar tak jauh dari kawasan

shopping mat kami mengambil arah kiri jalan, jl. LB namanya. Jalan itu tertetak di antara bangunan perkantoran, restoran dan sebuah plaza.

Di ruas jalan itu, lalu lintas tampak ramai. Maklum, kawasan tersebut terkenal sebagai ajang nongkrong anak-anak m u d a yang i n g i n m e n c a r i a n g i n m a l a m d e n g a n menikmati aneka ragam makanan yang di-tawarkan puluhan warung tenda. Beberapa gadis dengan d a n d a n a n seksi, ikut me-ramaikan suasana malam dengan polahnya y a n g centil d a n t a w a c a n d a manja menggoda. Tak jauh dari kawasan itulah, kira-kira tak lebih dari 125 meter kami melihat Pram m e m a r k i r k a n mobil Jeep Mercy-nya. Kami m e n g i k u t i P r a m dari belakang.

R u p a n y a , kami b e r h e n t i d i s e b u a h b a n g u n a n r u m a h yang tak jelas b e r a p a n o m o r r u m a h n y a . Kami tak s e m p a t memperhatikan lebih jauh. Di depan, hanya ada sebuah papan kecil yang dipajang di dekat pintu masuk dan bertuliskan dua h u r u f sejenis d a n d i t u l i s secara b e r -dampingan. Itu saja!

Ah, di sinilah rupanya klub 99 berada. Seperti cerita-cerita dari rekanan kami, s u a s a n a m a l a m itu m e m a n g r a m a i . B a n g u n a n itu m e m a n g tak ada y a n g istimewa, tampak seperti rumah biasa. Pagar

1 38 | Sex & City; Jakarta Under Cover

depan terdiri dari tembok memutar dengan cat putih-hitam. Cahaya lampu menyorot ke tiap sudut area depan yang dipenuhi sekitar 10-15 mobil.

U n t u k sesaat l a m a n y a k a m i m e n g -edarkan pandangan. Tak hanya di halaman depan, di ruas jalan depan bangunan rumah tersebut, p u l u h a n mobil parkir sejajar. Beberapa sopir pribadi, tampak mengisi kegiatan dengan bercakap dengan sesama teman seprofesi. Alamak! Hampir semua mobil yang parkir malam itu bermerek mahal. Kami hanya geleng-geleng kepala dan makin penasaran. Ada apa sebenarnya di dalam?

Pram mengajak kami masuk. Pintu yang terbuat dari kayu jati dengan hiasan ukiran khas Jepara itu terkuak. Seorang gadis mengenakan rok mini pendek dengan baju h i t a m d a n scarf bermotif b u n g a , m e -nyunggingkan senyum menyilakan kami masuk. Tak sampai lima langkah, datang lagi seorang gadis dengan baju yang sama.

"Mejanya sudah siap, Pak. Di sebelah sana, dekat bar," ucap gadis bersepatu hak tinggi itu dan langsung mengantar kami ke meja.

M o a m m a r Emka

Musik mengalun sendu dengan irama perlahan dan mendayu-dayu. Suasana di dalam, tampak ramai. Hampir semua meja sudah terisi. Suara orang bercakap bebas, tertawa lepas, segera tergambar. Beberapa p r i a y a n g kenal d e n g a n P r a m segera m e m b e r i s a l a m d a n s e k e d a r say hello.

Tampaknya, rata-rata tamu yang datang saling mengenal satu sama lain.

"Ini private club. Hanya member-guest

yang boleh masuk," tandas Pram.

Seorang pramusaji menghampiri meja kami dan menawarkan menu hidangan. Ada ragam makanan yang ditawarkan, dari menu Indonesia, Eropa sampai China. Tapi, yang paling banyak justru daftar menu masakan J e p a n g . Dan h a r g a y a n g t e r c a n t u m d i daftar, sekelas dengan harga makanan dan minuman di hotel berbintang lima, malah boleh dibilang sedikit lebih mahal. Terutama untuk jenis-jenis makanan yang spesial.

Sepanjang waktu, kami tak henti-henti mengamati para tamu yang datang. Dari gaya dan dandanan mereka, tampak sekali kelas mereka dari k a l a n g a n atas. Cara makan, berbicara, berbusana dan segala

" M e e t i n g D a t e " Club-lovers 9 9

tingkahnya. Yang paling sederhana, mobil yang mereka kendarai, tak ada yang murah. Hampir rata-rata mobil bermerek mewah dan berkelas.

Dari sekian tamu yang datang, kami melihat beberapa wajah yang s u d a h tak asing di kalangan publik. Sebut saja nama BO, salah seorang pengusaha muda terkenal yang p u n y a p e r u s a h a a n kontruksi d a n restoran. Ada juga RF, salah seorang anak konglomerat keturunan China yang cukup populer karena punya h u b u n g a n serius dengan salah seorang artis cantik dan seksi kenamaan, BF. Tak jauh dari meja kami, tampak masih banyak lagi wajah-wajah pria dari berbagai kalangan profesi yang cukup p u n y a nama. Mereka rata-rata ditemani pelayan-pelayan cantik nan seksi.

"Jadi member-nya mahal lho. Dan nggak g a m p a n g . " Tiba-tiba P r a m m e m e c a h konsentrasi kami.

Ucapan Pram membuat kami merasa t e r p a n c i n g u n t u k b e r t a n y a lebih j a u h . Kabarnya, untuk jadi member saja satu orang mesti membayar kurang lebih Rp 5 juta untuk jenis kartu Silver dan Rp 10 juta untuk jenis kartu Gold. Tidak hanya itu, untuk

menjadi member, mesti harus ada