• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesta yang juga populer sebutan bachelor party ini, di kalangan kaum jetset dan

selebritis praktis menjadi semacam

kewajiban. Apalagi bagi kalangan yang

notabene hidup di komunitas yang terbiasa

d e n g a n b u d a y a p e s t a , h u r a - h u r a d a n

having fun. Ya, tentu saja mereka pasti dari k a l a n g a n y a n g b e r d u i t , h i d u p serba kecukupan.

Di sejumlah kafe, p u b d a n t e m p a t -t e m p a -t hiburan lain, seringkali menjadi ajang untuk pesta lepas bujang. Dan yang menarik, pesta-pesta tersebut selain digelar d e n g a n cara biasa, b a n y a k juga y a n g merayakannya dengan pesta yang masuk kategori luar biasa.

Luar biasa karena ujung-ujungnya me-mang tak lepas dari nuansa seks. Uniknya, selama beberapa t a h u n m e n g i k u t i per-kembangan pesta-pesta tersebut, saya belum juga habis mengerti karena bagi sebagian kalangan, malah digelar dengan ragam tema yang berbeda-beda. Seperti dikemas dalam bentuk pesta Hawai, pesta ala Las Vegas, Arabian Nite dan Iain-lain. Entahlah, apa yang mendasarinya, tapi budaya itu ternyata begitu populer dan menjadi tradisi. Paling tidak dalam beberapa tahun terakhir ini b u d a y a pesta lepas bujang t e r u s berlangsung.

Dalam perjalanannya, ada satu pesta lepas bujang yang pernah saya ikuti dan

58 Sex & City; Jakarta Under Cover

begitu melekat di benak saya. Bukan apa-apa, pestanya boleh dibilang ekstra panjang karena berlangsung semalam suntuk, dari satu tempat ke tempat berikutnya.

Ceritanya bermula ketika pada Jumat m a l a m , saya b e r t e m u d e n g a n s e o r a n g kawan di kafe HR di bilangan Thamrin. Sebut saja, Roy, berumur 31 tahun. Yang saya tahu, ia adalah pemilik dari sebuah perusahaan peti kemas yang juga menjadi pengusaha keramik.

Pertemuan malam itu dengan Roy, entah sudah yang keberapa kali. Karena pada m a l a m - m a l a m weekend, saya k e r a p menjumpainya di sejumlah tempat hiburan di Jakarta. Dan malam itu, Roy bercerita akan menikah. Rupanya, sebelum melepas masa lajangnya, oleh teman-teman dan relasi bisnis, Roy didaulat membuat pesta.

"Nggak mau tau, pokoknya besok you mesti datang. Saya tunggu jam sembilan malam. Ok," tukasnya ketika kami duduk di meja bar sambil menyeruput segelas Long Island.

M o a m m a r Emka A r a b i a n Nite Bachelor Party

S

trip Dancer. Undangan itu, tentu saja tidak saya lewatkan. Selain karena saya sudah kenal akrab, saya juga penasaran, apa yang bakal terjadi dalam pesta itu. Lelaki seperti Roy dan beberapa temannya, saya t a h u a m a t m e n g g e m a r i d u n i a m a l a m . Makanya, saya mereka-reka pasti ada pesta luar biasa yang akan terjadi yang ujung-ujungnya akan melibatkan wanita-wanita cantik dan seksi.

Malam baru saja beranjak dari p u k u l 20.15 WIB, ketika saya m e m u t u s k a n berangkat menuju lokasi. Saya sengaja menunggu waktu sambil bersantai di kafe ZB, di kawasan Blok M Jakarta Selatan. Kebetulan, beberapa teman lagi berkumpul usai jam kantor. Hanya b u t u h 15 menit untuk sampai di KB, kafe & karaoke yang ada di bilangan Jl. Sudirman. Dugaan saya makin mendekati kebenaran, karena KB saya t a h u m e m a n g m e n a w a r k a n p a k e t striptis untuk para tamu.

Di area parkir, saya bertemu dengan rekan Roy yang sering jalan bareng. Sebut saja, Budi, 28 tahun. Selain menjadi teman sepergaulan, Budi rupanya menjadi partner

kerja untuk bisnis keramik.

Kami berdua lalu berjalan bersama. "Roy u d a h m e n u n g g u di atas," kata Budi.

"Tadi dia telepon, kita langsung disuruh naik ke r u a n g a n VIP di lantai 2," sahut saya.

Kami berjalan b e r s a m a m e m a s u k i ruangan bertuliskan sebuah aliran musik. Kalau tidak salah, namanya Jazz Room. Ruangan itu terdiri dari sederet kursi sofa panjang dengan satu meja. Di atas meja telah tersedia pelbagai jenis m i n u m a n beralkohol. Roy menyambut kami dengan t a w a n y a y a n g k h a s . Sofa p a n j a n g itu, t a m p a k terisi oleh 7 orang k a w a n Roy. Beberapa orang saya kenal baik, tapi ada 3 lainnya tampak asing.

"Ini teman-teman bisnis saya. Biasa lah, cari s e s u a p nasi u n t u k m e n y a m b u n g hidup," tukasnya sambil terkekeh.

"Gimana, ready for the show? tanya Roy, kemudian. Lelaki yang doyan humor itu segera memencet bel memanggil pramusaji. Lalu, ia pun duduk kembali ke tempatnya. Lampu-lampu menyala sedikit temaram. Layar tv y a n g se m u la berisi k l i p - k l i p lagu mendadak mati. Tapi, musik berubah

menjadi lebih k e r a s . Kami d i k e j u t k a n d e n g a n m u n c u l n y a lima wanita cantik dalam balutan busana seksi. Perlahan-lahan mereka mulai menari, lalu detik berikutnya mulai mempreteli baju yang melekat di t u b u h m e r e k a satu p e r s a t u . S a m p a i a k h i r n y a m e r e k a b e n a r - b e n a r d a l a m keadaan telanjang. Live sensual show p u n segera menghiasi ruangan yang berdiameter 6 X 8 meter persegi itu.

Rupanya, kawan-kawan Roy tak tinggal d i a m . Tahu m a l a m ini a d a l a h m a l a m istimewa baginya, kawan-kawan Roy segera beraksi.

"Kita kerjain dia malam ini," bisik Budi. Dan benar saja, oleh kawan-kawannya, Roy segera diikat di sebuah kursi. Kepala-nya ditegakkan. Para penari strip itu menari-nari erotis sambil mengitari Roy. Hampir tiap gerakan, semua tertuju pada Roy. Mau tak mau, Roy gelagapan. Diserang lima gadis telanjang, membuat Roy tak bisa berkutik. Sementara kawan-kawan Roy tertawa lepas sambil terus menenggak minuman. Tiap kali mata Roy terpejam, kawan-kawannya segera menyerbunya dengan kata-kata meledek.

62 I Sex & City; Jakarta Under Cover

"Mana kejantananmu, tunjukkan kejan-tananmu!" teriak mereka. Mereka terus saja m e m a k s a Roy u n t u k t e t ap m e m b u k a matanya. Kami yang d u d u k di atas sofa hanya termangu dan sesekali ikut tertawa sambil terus melihat tingkah Roy d a n kawan-kawannya.

Setelah setengah jam berlalu, lima gadis striptis tersebut segera mencopoti satu per satu busana yang melekat di t u b u h n y a . Sementara, posisinya tetap saja terikat di atas kursi. Mereka terus saja bergoyang d a n meliuk-liukkan tubuhnya. Keringat dingin tampak membasahi sekujur tubuh mereka. Roy yang dalam telanjang, tidak memung-kiri gejolak birahinya. Bagaimana tidak? Berulang kali para penari striptis itu dengan sengaja menjamah d a n m e r e m a s - r e m a s sekujur t u b u h Roy. S e m u a n y a t a n p a terkecuali. Apesnya, Roy sama sekali tidak bergerak dan hanya bisa menjadi bulan-bulanan para penari striptis itu.

"Ampun!" teriaknya berulang-ulang. Setelah satu jam berlangsung, kawan-kawan Roy segera melepaskan tali yang membelit tubuh Roy. Mereka terbahak

M o a m m a r Emka

bersama. Sementara Roy mukanya merah padam. Badannya bermandikan peluh.

"Wah, lu gila semua. Ngerjain sih nger-jain. Ini sih kebangetan," ceplosnya sambil mengelap keringat di tubuhnya. Para penari

striptis itu s u d a h m e n g e n a k a n bajunya kembali.

Selesai? Belum. Kami p u n salah sangka. Setelah pesta dengan penari strip selesai, kawan-kawan Roy segera mengeluarkan kaos compang-camping dan celana pendek kusut dan robek-robek.

Roy p u n dipaksa mengenakan busana compang-camping itu.

"Mau apa lagi lu. Gue disuruh makai kaos beginian?" sergah Roy menolak. Namun ia

tak bisa apa-apa. Dengan terpaksa Roy mengenakan kaos compang-camping itu. Lima g a d i s p e n a r i striptis itu t e r t a w a cekikikan menyaksikan Roy kami kerjain. Tak lama, kami pun keluar bersama-sama menuju halaman parkir.

Sepanjang lorong menuju parkir, semua pasang mata melihat ke arah Roy. Apalagi ketika melewati ruang lobby yang dipenuhi gadis-gadis escort yang tengah menunggu

order tamu. Roy tak bisa menyembunyikan

A r a b i a n Nite Bachelor Parry

malunya dan segera mempercepat lang-kahnya.

• • •

A

rabian Nite. Masih mengenakan kaos compang-camping dan tanpa alas kaki, k a m i m e m b a w a Roy ke s e b u a h hotel bintang empat di kawasan Matraman. Roy s a m a sekali tak t a h u m e n a h u d e n g a n rencana ini. Yang menjadi otaknya, tentu saja Budi Cs.

Jam sudah menunjuk pukul 22.25 WIB

ketika kami sampai di tempat tujuan. Budi

Cs, rupanya sudah menyiapkan satu kamar katagori suit. Kami segera dipersilakan masuk oleh dua orang penjaga yang berdiri di depan pintu masuk.

"Di dalam sudah beres semua belum?" tanya Budi d u a penjaga p i n t u . Mereka hanya mengangguk pasti.

Begitu masuk kami disambut oleh dua o r a n g wanita yang m e n g e n a k a n cadar. Akan tetapi betapa kagetnya kami ternyata dua wanita itu hanya mengenakan BH dan celana model Aladdin dengan perut ter-buka. Tamu-tamu lain sudah berdatangan. Semua laki-laki, sekitar 10 orang.

Yang kaget tentu saja Roy. Sama sekali ia tidak menyangka akan mendapat sam-butan seperti itu. Ke sepuluh pria yang menjadi tamu undangnnya, tak tahunya karib dan relasi bisnis.

"Ini, pasti kerjaan lu, Bud," ujar Roy sambil meninju Budi dan mereka tertawa bareng.

Seluruh r u a n g a n didesain ala Timur Tengah. Karpet warna-warni terhampar menutupi lantai. Aneka makanan dan mi-numan ditempatkan pada meja-meja mini. Sekitar 5 orang pelayan wanita melayani para tamu. Wanita-wanita itu semua ber-cadar tipis sehingga bibirnya yang dipoles

lipstick warna merah darah samar-samar kelihatan.

Yang tampak jelas hanya mata dan eye-shadow warni-warni yang menghias di atas pelupuk mata mereka. Tonjolan buah dada mereka tampak transparan karena hanya bra yang menutup sekujur badannya. Perut dan p u s a r n y a mendatangkan p e m a n d a n g - a n yang indah karena para wanita itu sengaja mempertontonkannya. Celana mereka serba kedodoran.

66 | Sex & City; Jakarta Under Cover

Lamat-lamat terdengar alunan musik p a d a n g pasir. Habibie dan Aisyah adalah salah dua dari beberapa lagu padang pasir y a n g m e n g a l u n m e r d u m e m e n u h i isi ruangan dan membius badan. Lewat pukul 22.45 WIB, Roy m e n g u n d a n g s e m u a karibnya untuk toast bersama.

"Sebentar lagi saya akan jadi suami, lho, ingat itu baik-baik," ucapnya sambil meng-angkat segelas red-wine. Roy segera mem-p e r s i l a k a n k a w a n - k a w a n n y a u n t u k berpesta.

"Ya, m u n g k i n ini menjadi malam ter-akhir bagi saya menjadi bujangan. Maka-nya, mari kita berpesta pora," sambung Roy. Musik pun makin keras terdengar.

Dari sebuah ruangan, muncul sepuluh wanita dengan busana amat tipis. Mereka mengenakan busana seperti busana yang dikenakan para pelayan. Mereka segera m e n a r i . P e r u t meliuk-liuk, ma t a genit menggoda. Beberapa orang pria karib Jaka segera menceburkan diri u n t u k menari bersama. Para penari itu dengan senyum lega menyambutnya.

Tak jarang, para penari itu mendapat tips dari para pria yang ikut menari. Para pria

M o a m m a r Emka

itu enak saja memasukkan tangannya, maaf, ke belahan payu dara para penari yang memang menantang itu. Toh, para penari itu h a n y a tertawa seolah k e - s e n a n g a n . Menilik dari polah mereka pasti profesional di bidangnya.

Suguhan tarian perut itu makin lama m a k i n panas saja. Aneka m i n u m a n ber-alkohol menambah semangat para pria yang datang untuk ikut berjoget. Sepuluh wanita yang melayani tamu undangan tak kalah gesitnya. Mereka berpindah-pindah dari satu pria ke pria lain sambil terus me-nyuguhkan aneka m i n u m a n . Suasana pes-ta seolah berubah menjadi ajang mabuk bersama.

Para pria itu makin berani. Kali ini tidak segan-segan lagi mereka memeluk, mencium p a r a p e l a y a n m a u p u n p e n a r i y a n g tampaknya memang ready for everything itu. Bahkan, banyak yang nekat menyusupkan h i d u n g n y a ke sekujur t u b u h si p e n a r i , t e r u t a m a b a g i a n - b a g i a n t e r l a r a n g d a n sensitif.

Pemandangan yang saya lihat saat itu tak ubahnya seperti 'pesta perempuan'. Di tiap sudut kami dapati pasangan pria-wanita saling bermesraan. Ada yang cuma sekedar

A r a b i a n Nite Bachelor Party

bincang-bincang tapi ada juga yang sampai berciuman dan saling meraba. Sementara Roy sendiri tampak asyik bermasygul ria dengan salah seorang pelayan wanita. Bau alkohol dan asap rokok yang m e n g e p u l seperti menjadi satu. Suara wanita yang kegenitan dan para pria yang sudah mabok itu, tumpah sudah.

Lewat dua jam kemudian, saya p u n tak tahu lagi apa yang terjadi. Ketika pada pagi harinya saya terbangun, saya mendapati suasana yang sama sekali tidak terduga. Pakaian yang dikenakan semua yang hadir pada pesta malam itu tidak ada yang sem-purna. Para wanita yang menjadi penari dan pelayan malam itu malah boleh dibilang telanjang bulat. Semua berlalu begitu saja tanpa saya sadari sepenuhnya apa yang terjadi malam itu.

Di atas sebuah sofa, tampak Roy pulas dalam tidurnya. Di sebelahnya, tergolek manja seorang gadis dengan baju tak karuan. Budi sudah asyik duduk santai menyeruput teh hangat ditemani seorang gadis cantik yang masih mengenakan busana semalam. H a n y a saja, make-up d a n c a d a r y a n g menutupi wajahnya, sudah tak ada. Wajah

gadis berkulit kuning langsat tampak lebih segar dalam keadaan alami. Wajahnya khas pribumi. Sebagian tamu pria, tampaknya sudah ada yang pulang meninggalkan arena pesta.

"Selamat pagi, mau ikut bergabung?" tawarnya. Saya pun mengiyakan dan ikut terlibat dalam obrolan pagi.

Dari obrolan pagi itu, saya jadi tahu, kalau pesta ala Arabian Nite yang digelar semalam, ternyata diselenggarakan oleh s e b u a h p e r u s a h a a n Event Organizer di J a k a r t a . W a n i t a - w a n i t a b e r c a d a r y a n g dihadirkan malam itu, bukan wanita Arab asli, tapi hanya dandanan belaka. Seperti gadis di samping Budi yang mengenalkan diri sebagai Reny, dan mengaku berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Pekerjaan tetap-nya menjadi tenaga profesional untuk order-order khusus lewat sebuah agency. Salah satunya, ya, seperti tadi malam, menjadi p e n a r i s e k a l i g u s w a n i t a pekerja seks profesional.

U n t u k m e n d a p a t k a n p a k e t p e s t a tersebut, kata Budi, ia mesti membayar tak kurang dari Rp 20 juta.

70 | Sex & City; Jakarta Under Cover

"Tergantung dari jenis paketnya. Lebih mahal, pastinya akan lebih gila," tukasnya.[]

M o a m m a r E m k a

5 Chicken Nite