• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELALUI RESENSI BUKU

B. Teori dan Metode

1. Pengertian Literasi Informasi

Literasi pada awal kemunculannya dimaknai sebagai keberaksaraan atau melek aksara. Fokus utamanya, yaitu kemampuan membaca dan menulis. Dua keterampilan tersebut yang menjadi dasar untuk melek dalam berbagai hal. Perkembangan berikutnya, literasi dimaknai sebagai melek membaca, menulis, dan numerik, tiga keterampilan mendasar untuk kecakapan hidup (Kalantzis, dalam Priyatni, 2017:157).

Bundy (dalam Hasugian, 2009:200) mengatakan bahwa literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menganalisis, dan memanfaatkan informasi. Selanjutnya, Doyle (dalam Wijetunge, 2005:33) mengatakan bahwa untuk memiliki keterampilan literasi informasi maka seseorang individu harus mampu menentukan hal-hal berikut:

a.menentukan informasi yang akurat dan lengkap yang akan menjadi dasar dalam mengambil keputusan.

b.menentukan batasan informasi yang dibutuhkan. c.memformulasikan kebutuhan informasi.

d.mengidentifikasi sumber informasi potensial. e.mengembangkan strategi penelusuran yang sukses.

f. mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. g.mengevaluasi informasi.

h.mengorganisasikan informasi.

i. menggabungkan informasi yang dipilih menjadi dasar pengetahuan seseorang. j. menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.

Konsep literasi yang diartikan sebagai keberaksaraan tidak lagi sebatas kemampuan membaca dan menulis. Lebih dari itu, literasi bermakna kemampuan berpikir logis dalam memahami dan memaknai sesuatu yang diperolehnya, baik secara lisan maupun tulis serta memanfaatkannya dalam kehidupannya. Hal senada juga dikatakan Puskur dalam Priyatni (2017:157) literasi diartikan sebagai kemampuan menyelesaikan masalah dengan menggunakan teks sebagai alat utama.

P R O S I D I N G : S e m i l o k a N a s i o n a l I n o v a s i P e r p u s t a k a a n 2 0 1 7

| 117

Penggunaan teks sebagai alat utama menyebabkan literasi sering dimaknai sebagai kemahirwacanaan. Fokus utamanya adalah pada kemampuan berpikir kritis. Alwasilah dalam Priyatni (2017:158) mengatakan literasi merupakan integrasi keterampilan menyimak, berbicara, menulis, membaca, dan berpikir kritis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa literasi berkaitan dengan pemaknaan teks dan konteksnya dengan menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk dimanfaatkan dalam memahami kehidupan dari berbagai aspeknya. Literasi kritis bisa memotivasi seseorang untuk memahami dan mempertanyakan sikap, nilai yang terkandung

dalam sebuah teks. Istilah “teks” dalam literasi dapat berwujud teks tulis, lisan (audio), visual, auditori, audiovisual, spasial, nonverbal dan sebagainya (Laksono dalam Priyatni, 2017:158).

Dalam Association of College and Research Libraries (2000:4) disebutkan bahwa literasi informasi di perguruan tinggi bermanfaat untuk pembelajaran sepanjang hayat yang akan menjadi dasar dalam pekerjaan dan karier di masa yang akan datang. Selain itu, literasi diperlukan untuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang mewajibkan peserta didik untuk memanfaatkan sumber informasi dalam berbagai format (Gunawan, 2008:3). Sebagai sebuah kompetensi, literasi informasi tidak hanya terkait dengan pengetahuan dan keterampilan, namun perilaku nyata dalam mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif (Timmers, 2009).

2. Model Literasi Informasi

Keberadaan model memudahkan untuk mengidentifikasi berbagai komponen dan menunjukkan antarkomponen. Model juga dapat digunakan untuk menjelaskan maksud dari literasi informasi. Model Empowering Eight (E8) merupakan model pengembangan yang mencakup 8 komponen menemukan dan menggunakan informasi. E8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk resource-based Learning. Model ini terdiri dari kemampuan:

a. identifikasi topik/subyek, sasaran audiens, format yang relevan, jenis-jenis sumber

b. eksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik.

c. seleksi dan merekam infromasi yang relevan, dan mengumpulkan kutipan- kutipan yang sesuai.

d. organisasi, evaluasi dan menyusun infromasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat, dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan mengkontraskan informasi.

e. penciptaan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, edit, dan pembuatan daftar pustaka.

f. presentasi, penyebaran atau display informasi yang dihasilkan. g. penilaian output berdasarkan masukan dari orang lain.

h. penerapan masukan, penilaian, pengalaman yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang, dan penggunaan pengetahuan baru yang diperoleh untuk berbagai situasi.

3. Resensi Buku

Resensi berasal dari bahasa latin, “revidere” atau “recensere’ artinya melihat

kembali, menimbang atau menilai. Menurut Gorys Keraf (2001), resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya. Dengan demikian, resensi berarti pertimbangan atau pembicaraan terhadap buku. Meresensi sebuah buku berati menilai dan mengungkapkan kembali isi buku tersebut sesuai dengan pemikiran pembaca.

Tujuan Resensi Buku antara lain; (a) Memberi informasi atau keterangan Menyangkut masalah yang digagas penulis. (b) Memberikan penilaian dan penghargaan tentang isi buku. (c) Mengetahui kesesuaian latar belakang keilmuan penulis dan isi buku yang dibahas. (d) Memberikan penilaian mengenai kelemahan dan keunggulan buku. (e) Memberikan kritikan terhadap buku yang diresensi (Daniel dalam Dalman, 2013:169).

Jenis buku yang akan diresensi antara lain; (1) resensi kritis, yaitu, salah satu jenis resensi dengan bentuk ulasan rinci menggunakan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi

P R O S I D I N G : S e m i l o k a N a s i o n a l I n o v a s i P e r p u s t a k a a n 2 0 1 7

| 118

dari jenis resensi bersifat objektif dan kritis dalam menilai sebuah buku. (2) resensi deskriptif, adalah jenis resensi yang menerangkan secara mendetail di setiap bab atau bagian dari buku yang diresensi, (3) resensi informatif adalah salah satu jenis resensi yang menerangkan sebuah isi dari resensi buku dengan singkat dan biasanya umum dari semua isi buku (Dalman, 2013:169).

Resensi novel terdapat unsur karya sastra seperti unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik yang harus diperhatikan adalah penokohan, tema, alur, gaya bahasa, amanat dan latar. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah latar belakang pengarang, pandangan hidup pengarang, dan situasi sosial pengarang (Nurgiyantoro, 2010:23). Selanjutnya untuk buku nonfiksi berisi ulasan mengenai kelebihan dan kekurangan buku. Resensi novel mempunyai beberapa manfaat, diantaranya dapat menambah wawasan, mengetahui keunggulan dan kelemahan pada buku tersebut, meningkatkan pengetahuan penulis, berpikir kritis dan biasanya mendapat imbalan dari penerbit. Berikut adalah unsur-unsur resensi buku/novel;

a. Identitas Buku, meliputi (Judul buku, Nama Pengarang, nama Penerbit, ketebalan buku, tahun terbit, nomor edisi)

b. Ikhtisar Buku; ikhtisar buku disusun berdasarkan pokok-pokok yang terkandung dalam buku. Inti/pokok-pokok isi novel dapat ditentukan berdasarkan keadaan maupun peristiwa penting yang digambarkan di dalam novel.

c. kepengarangan; sosok pengarang umumnya dicantumkan di halaman pertama atau dibagian belakang novel tersebut. Untuk pengarang yang sudah terkenal bisa membaca sumber lainnya di internet.

d. Keunggulan dan kelemahan buku; memberikan penilaian, berdasarkan kesederhanaan, kejelasan, kekhasan, penguasaan masalah, dan aspek-aspek lainnya yang dapat ditentukan sendiri sesuai dengan kreatifitas yang meresensi buku (Daniel dalam Dalman, 2013:171—173).

Jenis penelitian dalam penelitian ini deskriptif kualitatif. Creswell (dalam Emzir, 2014:1—2) mengatakan pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif (makna yang bersumber dari pengalaman individu nilai-nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola pengetahuan tertentu).

Salah satu karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan (dalam Emzir, 2014:3) penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, dokumen pribadi, memo dan rekaman resmi lainnya.

C. Pembahasan

Membangun Literasi Melalui Resensi Buku

Di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kotabumi program literasi belum menjadi bagian dari kurikulum pembelajaran dan belum ada kebijakan dari Sekolah Tinggi terhadap program literasi informasi. Sosialisasi literasi informasi dan pengenalan koleksi perpustakaan baru berjalan satu tahun terakhir dan belum menyeluruh. Wajar saja jika pemanfaatan koleksi di perpustakaan belum dimanfaatkan secara optimal.

Berdasarkan gambaran di atas, maka perlu dibangun model literasi yang bermanfaat. Dibangun dengan makna yang lebih mendalam dan holistik, menyentuh sisi-sisi kesadaran individual dan kolektif. Dalam hal ini, literasi sebaiknya dibangun atas dasar conscientisation, yaitu proses belajar yang bertujuan melahirkan “kesadaran kritis” individual atau kelompok yang bersifat otonom, memanusiakan, dan memerdekakan. Artinya, literasi menyangkut sebuah proses penanaman metode berpikir yang dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat yang berbudaya (William A. Smith dalam Tilaar 2001:53—122).

P R O S I D I N G : S e m i l o k a N a s i o n a l I n o v a s i P e r p u s t a k a a n 2 0 1 7

| 119

Literasi kritis berkembang melalui diskusi, untuk dapat berdiskusi, semua pihak harus terlibat. Keterlibatan adalah salah satu faktor kunci untuk belajar literasi kritis. Resensi buku mendorong mahasiswa agar mampu membaca secara kritis dilanjutkan dengan berpikir secara kritis. Menurut Kurland (dalam Priyatni, 2017:32) membaca kritis diartikan sebagai kegiatan analisis dan membuat simpulan. Analisis teks berarti menguraikan, menjabarkan teks menurut bagian-bagiannya guna mendapatkan pemahaman isi dari keseluruhan teks. Rincian analisis dan simpulan dalam membaca kritis antara lain; (1) melihat apa yang dikatakan teks, artinya mengungkapkan kembali isi teks yang dibaca, (2) melihat apa yang bisa diungkapakan oleh teks, artinya mendeskripsikan, memberikan contoh, membuat perbandingan untuk memperjelas apa yang dikemukana dalam teks, (3) melihat teks mengungkapkan makna apa, ini berarti melakukan interpretasi-menganalisis teks dan menentukan makna teks secara keseluruhan (Kurland dalam Priyatni, 2017:32— 33).

Setelah membaca secara kritis, mahasiswa diajak untuk berpikir kritis. Berpikir kritis adalah tekhnik mengevaluasi informasi dan ide-ide untuk menentukan apakah ide/informasi tersebut bisa diterima. Berpikir kritis melibatkan refleksi tentang validitas materi yang kita baca dikaitkan dengan latar belakang pengetahuan awal yang kita miliki dan pemahaman kita.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan membaca kritis dan berpikir kritis merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, membaca kritis dan berpikir kritis merupakan satu kesatuan. Dengan membaca kritis pasti berpikir kritis. Tujuan akhir dari membaca kritis adalah menentukan sebuah kualitas tulisan (Priyatni, 2017:39).

Kualitas tulisan seseorang bisa dilihat dengan kemampuan seseorang untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Resensi merupakan bagian dari membaca kritis/literasi kritis. Berikut adalah langkah-langkah untuk membangun literasi melalui resensi buku;

1. Sosialisasi Mengenai Resensi buku

Sosialisasi disampaikan kepada seluruh mahasiswa melalui ketua program studi, pengunjung perpustakaan. Untuk mahasiswa baru sosialisasi disampaikan pada masa orientasi mahasiswa. Materi yang disampaikan adalah pengertian resensi dan manfaat dari resensi buku.

2. Lomba Resensi Buku antar Program Studi

Mahasiswa baru wajib mengikuti lomba resensi. Lomba dilakukan secara bertahap, mulai dari setiap kelas kemudian antar program studi. lomba antar kelas dilaksanakan dua bulan sekali dan bergilir. Masing-masing kelas mengirimkan 5 orang. Lomba antar program studi diadakan setiap tengah semester, masing-masing program studi mengirimkan minimal 7 orang. peserta.

Jenis resensi yang dilombakan adalah resensi kritis. Jenis resensi ini menuntut mahasiswa untuk membaca buku secara kritis dan dilanjutkan berpikir secara kritis. Dengan membaca kritis, pembaca memahami teks secara utuh (critical reading). Tujuan akhir dari membaca kritis adalah menentukan kualitas tulisan. Untuk bisa menentukan kualitas tulisan, seorang pembaca kritis dituntut menggunakan keterampilan berpikir dan pengalaman yang selaras dengan isi teks yang dibaca atau disebut skemata (Priyatni, 2017:38).

Hasil resensi yang baik mendapat reward dan tulisan dimasukkan ke dalam jurnal Lingua Sastra untuk Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Jurnal Eksponen untuk Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Peran Perpustakaan dan Pustakawan.

Tantangan terbesar bagi perpustakaan adalah merubah paradigma perpustakaan menjadi tempat belajar yang menarik bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini. Masyarakat literasi, merupakan pendukung efektif bagi berkembangnya budaya belajar.

Literasi informasi adalah tanggung jawab pustakawan untuk memberikan informasi kepada pemustaka, keterampilan dalam menggunakan sumber-sumber informasi seperti jurnal, indeks, abstrak, bibliografi, direktori baik dalam bentuk

P R O S I D I N G : S e m i l o k a N a s i o n a l I n o v a s i P e r p u s t a k a a n 2 0 1 7

| 120

cetak maupun non cetak. Oleh karena itu, perpustakaan yang baik seharusnya bisa berfungsi sebagai pusat pembelajaran, bahkan bisa juga berfungsi sebagai agen pengembangan modernisasi masyarakat (Kartosedono, 1995:4—5).

Eksistensi sebuah perpustakaan sebagai sumber informasi mempunyai fungsi sangat krusial dalam kegiatan akdemik di perguruan tinggi. Berkolaborasi dengan para dosen merupakan suatu keharusan bagi pustakawan untuk menumbuhkan suasana akademik di perguruan tinggi. Salah satu kegiatan akademik di perguruan tinggi adalah kegiatan pendidikan pengguna perpustakaan. Kegiatan ini seharusnya terintegrasi dengan kurikulum pendidikan di Perguruan Tinggi, namun hal ini tidak terjadi di sebagian besar pendidikan tinggi di Indonesia. Kegiatan pendidikan pengguna perpustakaan akan menciptakan kemampuan literasi bagi mahasiswa.

Pengenalan perpustakaan dalam mengembangkan atau membentuk kemampuan menelusur informasi secara cepat dan tepat. Kemampuan mahasiswa dalam berpikir kritis dan menemukan jawaban yang tepat atas pemecahan masalah merupakan bagian dari proses pembelajaran di perguruan tinggi. Lingkungan belajar seperti ini, membutuhkan keterampilan dalam literasi informasi. Mendapatkan keterampilan dalam literasi informasi dapat menciptakan kesempatan untuk menjadi mahasiswa belajar secara mandiri, karena mereka akan terlibat dalam menggunakan berbagai sumber informasi untuk memperluas pengetahuan mereka, berpikir secara kritis untuk menjadi self-directed learning.

D. Simpulan

Literasi informasi merupakan kunci utama bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik. Secara sederhana literasi dipahami sebagai kemampuan pesan yang ada dalam sebuah teks. Mahasiswa yang memahami literasi informasi derngan baik akan mampu belajar secara mandiri, mampu berhadapan dengan berbagai sumber informasi dan menjadi bekal dalam pembelajaran sepanjang hayat di era globalisasi.

Resensi buku merupakan langkah awal untuk mengajak mahasiswa membaca dan berpikir secara kritis. Resensi dapat berupa buku yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Membaca merupakan bagian dari rangkaian untuk membangun literasi di lingkungan STKIPM Kotabumi. Dengan membaca akan banyak manfaat yang bisa dijadikan pondasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan mendorong mahasiswa untuk berpikir secara kritis.

Perpustakaan memiliki peran sebagai mediator untuk menyampaikan informas. Perpustakaan dapat digunakan sebagai pusat pembelajaran, bahkan bisa juga berfungsi sebagai agen pengembangan modernisasi masyarakat.

Terwujudnya literasi informasi di lingkungan STKIP Muhammadiyah kotabumi akan menciptakan kemampuan berpikir secara logis. Terutama dalam memahami dan memaknai informasi yang diperoleh, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan demikian, resensi buku diharapkan dapat mengembangkan karakter, menumbuhkan kesadaran kritis serta menciptakan generasi pembelajar yang mandiri.

Daftar Pustaka

Bundy, A. 2004. Australian and New Zealand Information Literacy Framework:Principles, Standar and Practice. Diakses tgl 20 Oktober 2017. http://www.ala.org.com

Barton, D., Hamilton, M.,& Ivanic, R (eds), 2000. Situated Literacies; Reading and writingin context. London and New York: Routledge.

Dalman. 2013. Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Rajawali Press.

Gunawan, A. dkk. 2008. 7 langkah literasi informasi; Knowledge Managemen, Jakarta: Universitas Atmajaya.

Nurgiyantoro, Burhan 2010. Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta:UGM Press. Priyatni, Endah Tri. 2017. Membaca dan Literasi Kritis, Tangerang: Tira Smart.

Tilaar. 2009. Kekuasaan dan Pendidikan “Manajemen Pendidikan Nasional Dalam Pusaran Kekuasaan”, Jakarta: Rineka Cipta.

P R O S I D I N G : S e m i l o k a N a s i o n a l I n o v a s i P e r p u s t a k a a n 2 0 1 7

| 121

PERPUSTAKAAN MENUJU

THE MOST COMFORTABLE PLACE DI KAMPUS