• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cahyana Kumbul Widada

5. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Dalam rangka melakukan perbaikan penyediaan sarana prasarana Perpustakaan UMS maka diperlukan pembahasan dengan berdasar pada kelompok fokus kajian. Berdasar wawancara dengan informan, didapatkan 13 (tiga belas) fokus kajian sarana prasarana yang didapatkan. Penyajian matriks kepuasan pemustaka pada setiap fokus kajian adalah sebagaimana berikut.

P R O S I D I N G : S e m i l o k a N a s i o n a l I n o v a s i P e r p u s t a k a a n 2 0 1 7

| 125

Referensi

dan Cadangan

KKI Sirkulasi Internet Hall Teras

Perpustakaan Komputer Katalog    td td td PC Komputer td td td td Rak Buku   td td td Meja     td Kursi   td AC    td Colokan Listrik td Luas Ruangan      Akses WiFi Akses LAN td td td  td td Kebersihan Ruangan       Penerangan Ruangan      Kamar Mandi   td td

Keterangan: td = tidak tersedia di ruang tersebut

 = pemustaka merasa puas = pemustaka merasa tidak puas

Pemustaka di Perpustakaan UMS menyatakan bahwa sarana berupa komputer katalog, akses LAN di PC Komputer Ruang KKI dan Internet, serta kebersihan prasarana khususnya di dalam gedung Perpustakaan UMS sudah sangat memuaskan.

Pada tiga fokus ini, semua pemustaka yang menjadi informan menyatakan kepuasannya. Kehandalan komputer katalog yang menggunakan OPAC di Perpustakaan UMS sesuai dengan penilaian yang dilakukan oleh Vasishta, S. & Dhingra, N. (2017) yang menegaskan bahwa OPAC telah dibangun untuk memberikan kemudahan untuk mengakses koleksi perpustakaan melalui komputer. Hal senada juga diungkapkan oleh M. Isra (2016) yang menemukan pula penggunaan online catalog memberikan kepuasan kepada pemustaka. Penyediaan komputer katalog merupakan langkah tepat dalam memenuhi kebutuhan pemustaka saat ini yang merupakan generasi dijital sebagaimana Siana Halim, et al. (2016) menyampaikan bahwa pemustaka saat ini sangat sering menggunakan komputer untuk mengakses intenet untuk belajar dan mencari informasi dibanding media lainnya.

Akses internet melalui kabel LAN yang disediakan di ruang KKI dan ruang internet Perpustakaan UMS merupakan tuntutatn jaman sekarang ini. Hasil penelitian Siana Halim, et al (2016)

P R O S I D I N G : S e m i l o k a N a s i o n a l I n o v a s i P e r p u s t a k a a n 2 0 1 7

| 126

menunjukkan bahwa mahasiswa sekarang ini merupakan generasi digital yang memerlukan akses internet. Perpustakaan UMS menyediakan 21 komputer yang dapat diperguankan untuk mengakses internet melalui jaringan kabel LAN. Koneksi menggunakan LAN lebih cepat dan tidak mudah terganggu oleh aliran frekuensi di udara. Merujuk pada hasil penelitian Israr (2016) yang menemukan perbedaan kecepatan LAN 5 kali lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan jaringan WiFi. Faktor kenyamanan yang memuaskan pemustaka dalam memanfaatkan seluruh layanan di Perpustakaan UMS adalah kebersihan ruangan. Seluruh ruangan dinilai telah memberikan kenyamanan yang memuaskan dalam hal kebersihan ruangan. Kebersihan memang salah satu faktor kritis dalam pelayanan. Sebagaimana M. Isra (2016) menyatakan bahwa kebersihan ruangan menjadi salah satu fasilitas layanan perpustakaan. Meriastuti dan Halim (2012) menyebutkan bahwa dalam pelayanan perpustakaan ada beberapa pelayanan yang dikategorikan dapat diupayakan. Salah satunya adalah kebersihan merupakan hal yang dapat diupayakan agar terjaga dengan baik.

Sarana dan prasarana Perpustakaan UMS yang sudah cukup memuaskan pemustaka, yaitu sudah memuaskan namun perlu perbaikan di satu atau dua ruangan, adalah berkaitan dengan rak buku, meja, luas ruangan, penerangan ruangan, AC pengatur suhu ruangan, dan kamar mandi.

Ketidakpuasan ini terjadi di beberapa lokasi sehingga perbaikan yang harus dilakukan Perpustakaan UMS tidak menyeluruh, misalnya penerangan yang belum memuaskan hanya di teras bukan di seluruh gedung. Seperti halnya rak buku yang belum memuaskan hanya yang di Ruang Referensi dan Cadangan. Rak buku di ruang lain sudah memuaskan. Demikian halnya dengan penyediaan meja, AC, kamar mandi, dan luas ruangan yang perlu perbaikan atau peningkatan di satu dua ruangan. Perbaikan atau peningkatan tersebut berkaitan dengan fungsi Perpustakaan UMS dalam dimensi perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as Place) sebagaimana Tessa (2014) mengutip pendapat Cook dan Heat yang menjelaskan bahwa fasilitas fisik perpustakaan diperlukan agar pemustaka dapat memanfaatkan ruang di perpustakaan.

Sarana prasarana yang masuk kategori cukup memuaskan ini perlu ditingkatkan karena dimensi perpustakaan sebagai tempat adalah dimensi yang paling kuat untuk mempengaruhi pemustaka datang berkunjung. Sebagaimana Chandra (2015) yang mengutip Widjaja & Halim (2014) menyebutkan bahwa diantara dimensi perpustakaan, factor perpustakaan sebagai tempat adalah penting untuk dapat mempengaruhi pemustaka datang ke perpustakaan. Andriko dan Elva (2012) mengutip Kasmir (2005) yang menyatakan bahwa faktor sarana dan prasarana sangat mendukung terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Faktor sarana dan prasarana yang dimaksud adalah seperti kenyamanan ruangan. Misalnya, penyediaan ruangan lebar, pendingin udara yang cukup, penyusunan meja dan kursi yang rapi dan artistik, serta musik yang merdu yang dapat membuat suasana nyaman.

Ketersediaan kursi dari segi model dan jumlahnya di Perpustakaan UMS masih kurang memuaskan pemustaka. Kursi yang sudah baik penyediaan dan modelnya hanya di dua ruangan, yaitu Ruang Referensi Cadangan dan Hall. Sementara di ruangan lain, Ruang Sirkulasi, KKI, dan Internet, yang merupakan tempat pemusatan pengunjung dengan pemustaka justru dirasakan kurang memuaskan dari segi model dan jumlah.

Penyediaan kursi di perpustakaan sebaiknya bervariasi dan sesuai dengan fungsi yang dibutuhkan. Triana (2014) menyatakan bahwa perpustakaan sebaiknya memberikan banyak variasi kursi baca di perpustakaan. Hal ini agar pemustaka dapat melakukan improvisasi dengan memilih kursi yang menarik dan memberikan kenyamanan kepada pemustaka. Kesuaian jumlah kuris yang dibutuhkan harus diimbangi dengan model kursi agar memberikan kenyamanan.

Andriko dan Elva (2012) menyatakan bahwa pemustaka yang tidak mendapatlkan kursi akan merasa tidak nyaman sehingga akan menimbulkan keengganan untuk berkunjung ke Perpustakaan atau mencari tempat sendiri untuk beraktivitas, misalnya lesehan atau memanfaatkan peralatan lain untuk duduk. Hal ini biss saja menimbulkan ketidakteraturan sehingga berdampak pada pemustaka lainnya. Model kursi yang baik harus memenuhi prinsip ergonomi atau kenyamanan dan ketahanan tubuh pengguna. Kursi yang ergonomis akan memberikan kenyamanan kepada pemustaka. Selain ergonomis

P R O S I D I N G : S e m i l o k a N a s i o n a l I n o v a s i P e r p u s t a k a a n 2 0 1 7

| 127

juga tentunya memiliki desin yang sesuai. Misalkan, tidak menimbulkan kebisingan saat dipergunakan. Rita (2013) mengutip Lasa (2005) yang menyatakan bahwa kebisingan yang timbul di perpustakaan akan mengganggu ketenangan, pendengaran, dan berpotensi menimbulkan kesalahan komunikasi. Kursi yang berderit saat digunakan merupakan salah satu sumber kebisingan yang terjadi. Tiga sarana yang tidak memuaskan pemustaka di semua ruang adalah penyediaan akses WiFi, terminal colokan sumber listrik, dan hardware-software pada PC Komputer yang disediakan di Ruang KKI dan Internet.

Kecepatan akses internet di perpustakaan yang tidak terlalu cepat dikarenakan banyaknya pengguna maka untuk terhubung dengan koneksi WiFi agak susah dan kalaupun terhubung akses datanya lambat. Hal ini dapat diatasi dengan menambah bandwith akses internet perpustakaan (M. Isra, 2016). Pengelolaan WiFi UMS ada dalam kewenangan IT UMS sehingga strategi untuk mengatasi masalah sarana akses internet nirkabel perlu dikoordinasikan dengan pihak IT UMS.

Akses internet ini merupakan hal penting dalam pelayanan karena pengguna perpustakaan saat ini karena menjadi tumpuan untuk melakukan pencarian pusataka (searching), membaca langsung di web (browsing), dan pengambilan pustaka (download) (Andi Wijaya dan Cepi Riyana, 2013). Purwani (2016) menyebutkan bahwa pengamatannya di perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan umum, menunjukkan rata-rata pemustaka saat ini memiliki perilaku digital native, yaitu mereka ketika masuk langsung mencari sumber listrik (daya listrik) untuk laptop ataupun smartphone yang mereka bawa. Hal ini menunjukkan bahwa mereka khawatir jika tidak mampu terhubung oleh internet dan teknologi, ketika perangkat yang mereka bawa kehabisan daya listrik.

Ketidakpuasan pemustaka berkaitan dengan ketersediaan hardware dan software pada PC Komputer di Ruang KKI dan Internet tidak lepas dari perilaku digital native para pemustaka yang memang sudah harus diantisipasi oleh Perpustakaan UMS. Karakteristik pemustaka yang bersifat digital native (Presnsky, 2001; Mardiana, 2011; Ng, 2012; Thompson, 2013) adalah sebagai berikut.

a. Pemustaka menginginkan kecepatan saat mencari dan menerima informasi dan kurang dapat menerima keterlambatan akses.

b. Berorientasi untuk multitasking.

c. Lebih memahami gambar daripada sajian teks, serta senang untuk melakukan langsung atau praktek daripada membaca atau mendengarkan.

d. Melakukan pengolahan informasi dengan pola nonlinear, serta melompat-lompat satu fokus ke fokus lainnya.

e. Mudah melakukan networking dan kolaborasi.

f. Tidak nyaman bila terlepas dengan perangkat atau teknologi. g. Menginginkan mendapatkan manfaat/penghargaan segera (instant).

Perpustakaan UMS harus melakukan perbaikan dan peningkatan untuk menjawab ketidakpuasan pemustaka berkaitan akses ineternet melalui WiFi, minimnya terminal colokan sumber listrik, dan kekuranghandalan perangkat komputer yang tersedia. Mengetahui melekatnya karakter digital native pada koneksi internet maka penting bagi perpustakaan untuk menyediakan akses internet, sumber listrik, dan PC komputer yang handal dan memadai.

6. PENUTUP

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kepuasan pemustaka terhadap sarana prasarana di Perpustakaan UMS terdiri atas 4 kelompok, yaitu:

 Memuaskan

Sarana prasarana yang masuk kategori memuaskan adalah penyediaan komputer katalog, akses LAN di PC Komputer Ruang KKI dan Internet, serta kebersihan ruangan.

 Cukup Memuaskan

Sarana prasarana yang masuk kategori cukup memuaskan adalah penyediaan rak buku, meja, luas ruangan, penerangan ruangan, AC pengatur suhu ruangan, dan kamar mandi.

P R O S I D I N G : S e m i l o k a N a s i o n a l I n o v a s i P e r p u s t a k a a n 2 0 1 7

| 128

 Kurang memuaskan

Sarana yang masuk kategori kurang memuaskan adalah penyediaan kursi dari segi model dan jumlahnya.

 Tidak Memuaskan

Sarana prasarana yang masuk kategori tidak memuaskan adalah penyediaan akses WiFi, terminal colokan sumber listrik, dan hardware-software pada PC Komputer yang disediakan di Ruang KKI dan Internet.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Wijaya, Cepi Riyana. 2013. Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten. Edulib Journal of Library and Information Science, Vol. 3, No. 2, Nopember.

Andriko Firma, Elva Rahmah. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pemustaka di Perpustakaan Kopertis Wilayah X. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 1, No. 1, September.

Chandra Pratama Setiawan. 2015. Strategi Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Melayani Net – Generation. Record and Library Journal. Volume 1, Nomor 1, Januari-Juni.

Mardina, R. 2011. Potensi Digital Natives dalam Representasi Literasi Informasi Multimedia Berbasis Web di Perguruan Tinggi. Jurnal Pustakawan Indonesia, 11 (1), 5-14.

Meriastuti Ginting, Deasy Indriyani Halim. 2012. Usaha Peningkatan Kualitas Pelayanan

Perpustakaan UKRIDA dengan Metode Servqual dan Quality Function Development (QFD). Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer, Vol. 1 No. 2 April-Juni.

Muhammad Isra Hajiri. 2016. Kepuasan Pengguna dalam Pemanfaatan Perpustakaan Pusat IAIN Antasari Banjarmasin. Record and Library Journal, 2(1), 91-104.

Muhammad Taufiq Israr, Emansa Hasri Putra dan Wakhyu Dwiono. 2016. Sistem Transaksi Buku Perpustakaan Secara Mandiri Berbasis RFID. Jurnal Aksara Elementer Politeknik Caltex Riau, Vol. 5, No. 2.

Ng, W. 2012. Can we teach digital natives digital literacy?. Computers and Education, 59(3), 1065- 1078. doi:10.1016/j.compedu.2012.04.016.

Prensky, M. 2001. Digital natives, digital immigrants part 1, On the horizon, 9 (5), pp. 1-6. Purwani Istiana. 2016. Gaya Belajar dan Perilaku Digital Native Terhadap Teknologi Digital dan

Perpustakaan. Prosiding Seminar Senayan Library Management System (SLiMS) Commeet West Java 2016: Kreativitas Pustakawan pada Era digital dalam Menyediakan Sumber Informasi bagi Generasi Digital Native. Unpad Press. Bandung.

Siana Halim, Dian Wulandari, Demmy Kasih, Felecia, Inggrid. 2016. Library for the Digital Natives Generation: What to do?. Record and Library Journal, 2(1), 58-63.

Teo, T. 2013. An initial development and validation of a Digital Natives Assessment Scale (DNAS). Computers & Education, 67, pp. 51–57.

Tessa Simahate. 2014. Penguatan Layanan Perpustakaan dengan Menerapkan Metode LIBQUAL+.

Jurnal Iqra’, Volume 08 No.02, Oktober.

Triana Santi. 2014. Transformasi Perpustakaan UIN Sumatera Utara (SU) Menuju Layanan yang Berkualitas. Jurnal Iqra’, Volume 08, No.02, Oktober. 167.

Vasishta, S. & Dhingra, N. 2017. Awareness and use of OPAC as Information Retrieval Tool: A study of PEC University of Technology, Chandigarh, India. International Journal of Information Dissemination and Technology, 7(1), 19-25.

P R O S I D I N G : S e m i l o k a N a s i o n a l I n o v a s i P e r p u s t a k a a n 2 0 1 7

| 129

MENYUSUN BRANDING YANG REPRESENTATIF MERUJUK PADA