• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di wilayah pesisir Kabupaten Batang, meliputi wilayah daratan dan laut. Wilayah darat mencakup kecamatan yang berbatasan dengan laut, dimana secara administratif terdapat 6 kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Batang, Kandeman, Tulis, Subah, Banyuputih dan Gringsing, sedangkan untuk wilayah laut sejauh 4 mil. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, yang dimulai pada bulan Agustus 2012 – Januari 2013.

3.2 Metode Pengambilan Data

Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional, yakni berusaha untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti (Nazir 1993). Melalui pendekatan ini diharapkan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang obyek yang diteliti.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Data Primer

Data primer didapatkan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara dengan responden serta melalui pengamatan langsung di lapangan. Untuk pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling atau pemilihan secara sengaja. Sampel responden diambil di 16 desa pesisir dari 6 kecamatan tersebut dengan jumlah responden 10-30 orang tiap desa.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa peta-peta tematik, data-data kependudukan, dan berbagai bentuk peraturan/kebijakan serta kajian-kajian yang dikeluarkan pemerintah. Data sekunder diperoleh dari berbagai lembaga yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang, Bappeda Kabupaten Batang, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang dan instansi-instansi terkait lainnya.

3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis dan pengolahan data yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini yaitu:

Tujuan 1: Menilai daya dukung lingkungan dan mengevaluasi pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten Batang

Analisis daya dukung untuk wilayah daratan dilakukan dengan berbasis kemampuan lahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009, dimana untuk penentuan kelas kemampuan lahan dilakukan dengan teknik Boolean. Kemampuan fisik lahan dikelaskan kedalam 8 kelas, yaitu kelas I sampai dengan kelas VIII didasarkan pada pengaruh bersama

antara berbagai unsur lahan (Arsyad 2010). Adapun klasifikasi kemampuan lahan dalam tingkat kelas beserta arahan penggunaannya dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi Kemampuan Lahan dalam Tingkat Kelas

Kelas Kriteria Pilihan penggunaan Arahan

ruang

I Lahan ini tidak mempunyai atau hanya sedikit hambatan yang membatasi penggunaannya. Sesuai untuk berbagai penggunaan, terutama pertanian. Karakteristik lahannya antara lain: topografi hampir datar-datar, ancaman erosi kecil, kedalaman efektif dalam, drainase baik, mudah diolah, kapasitas menahan air baik, subur, tidak terancam banjir.

Pertanian: tanaman pertanian semusim, tanaman rumput, hutan dan cagar alam

Tanaman pangan

II Lahan ini mempunyai beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau memerlukan tindakan konservasi yang sedang. Pengelolaan perlu hati- hati termasuk tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan. Pertanian: tanaman smusim, tanaman rumput, padang penggembalaan,hutan produksi;hutan lindung, cagar alam.

Tanaman pangan

III Lahan ini Mempunyai beberapa hambatan yang berat yang mengurangi pilihan penggunaan lahan dan memerlukan tindakan konservasi khusus dan keduanya. Mempunyai pembatas lebih berat dari kelas II dan jika dipergunakan untuk tanaman perlu pengelolaan tanah dan tindakan konservasi lebih sulit diterapkan. Hambatan pada angka I membatasi lama penggunaan bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi dari pembatas tersebut.

-Pertanian:tanaman semusim; tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman rumput, hutan produksi; hutan lindung dan cagar alam. -Non-pertanian: permukiman, dsb Tanaman tahunan/ keras, permukiman

IV Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih besar dari kelas III, dan pilihan tanaman juga terbatas. Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman semusim, tindakan konservasi lebih sulit diterapkan. -Pertanian:tanaman semusim dan tanaman pertanian pada umumnya, tanaman rumput, hutan produksi, hutan lindung dan suaka alam. -Non-pertanian.

Tanaman tahunan/keras

V Lahan ini tidak terancam erosi tetapi

mempunyai hambatan lain yang tidak mudah untuk dihilangkan, sehingga membatasi pilihan penggunaannya. Mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman. Terletak pada topografi datar-hampir datar tetapi sering terlanda banjir, berbatu atau iklim yang kurang sesuai.

- Pertanian:tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi; hutan lindung dan suaka alam. - Non-pertanian

Tanaman tahunan/keras /peternakan

VI Lahan ini mempunyai faktor penghambat berat yang menyebabkan penggunaan tanah sangat terbatas karena mempunyai ancaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan. Umumnya terletak pada lereng curam, sehingga jika dipergunakan untuk penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk menghindari erosi.

- Pertanian:tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi; hutan lindung dan cagar alam. - Non-pertanian

Peternakan, tanaman keras

Tabel 1 (Lanjutan)

VII Lahan ini mempunyai faktor penghambat dan ancaman berat yang tidak dapat dihilangkan, karena itu pemanfaatannya harus bersifat konservasi. Jika digunakan untuk padang rumput atau hutan produksi harus dilakukan pencegahan erosi yang berat.

Padang rumput dan hutan produksi

Hutan produksi

VIII Lahan ini sebaiknya dibiarkan secara alami. Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak mungkin dilakukan tindakan konservasi, sehingga perlu dilindungi.

Hutan lindung, rekreasi alam dan cagar alam

Hutan lindung, hutan konservasi Sumber: Rustiadi et al. (2010a)

Analisis pendekatan kemampuan lahan dilakukan dengan analisis spasial berbasis GIS, yaitu dengan melakukan overlay peta-peta tematik seperti peta lereng, jenis tanah, dan curah hujan yang menghasilkan peta kemampuan lahan. Selanjutnya dilakukan proses overlay antara peta kemampuan lahan dengan peta RTRW Kabupaten Batang tahun 2011-2031 dan peta pemanfaatan lahan. Daya dukung lingkungan dari aspek kemampuan lahan dievaluasi berdasarkan matrik logik kesesuaian.

Untuk mengetahui kondisi perairan Kabupaten Batang dinilai dari data-data kualitas perairan meliputi parameter fisika dan kimia perairan. Beberapa parameter fisika dan kimia yang digunakan antara lain: suhu, salinitas, pH, DO, ortofosfat, amonia, nitrat dan sulfida. Data-data tersebut kemudian disesuaikan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

Evaluasi pemanfaatan ruang wilayah pesisir dilakukan dengan melakukan tumpangtindih peta RTRW Kabupaten Batang tahun 2011-2031 dengan peta pemanfaatan lahan. Peta hasil tumpang tindih tersebut di-query berdasarkan matrik logika inkonsistensi (Lampiran 1) yang menghasilkan peta inkonsistensi. Tujuan 2: Menilai pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan dan penataan

ruang wilayah pesisir di Kabupaten Batang

Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan dan penataan ruang wilayah pesisir dilakukan melalui kuesioner dan wawancara responden. Variabel yang ditanyakan kepada responden yaitu: 1) pengetahuan tentang kebijakan terkait pengelolaan pesisir, 2) keikutsertaan dalam sosialisasi/konsultasi publik RTRW, 3) pengetahuan tentang RTRW Kabupaten Batang, 4) pengetahuan tentang rencana pemanfaatan ruang, 5) penggunaan lahan, 6) pandangan terhadap penggunaan lahan dan RTRW, 7) pandangan terhadap daya dukung dan RTRW.

Tujuan 3: Menganalisis tingkat dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir di Kabupaten Batang

Penentuan kategori tingkat partisipasi masyarakat mengacu pada 8 tangga partisipasi masyarakat dari Arnstein (1969). Analisis dilakukan melalui penghitungan dengan cara membuat skor pada tiap pernyataan. Pada masing- masing pertanyaan terdapat 8 pilihan jawaban pertanyaan dengan skor penilaian berkisar antara 1 sampai 8, sehingga akan didapatkan skor minimum untuk tiap

individu yaitu 1 (1 x 1) dan skor maksimum yaitu 8 (1 x 8), selanjutnya ditentukan jarak interval kelas. Kemudian dengan menggunakan tipologi dari Arnstein maka akan didapatkan tingkat partisipasi masyarakat (Tabel 2).

Tabel 2 Tingkat partisipasi berdasarkan tipologi Arnstein (1969)

No Tingkat Partisipasi Kategori

1. 1 Manipulasi 2. 2 Terapi 3. 3 Informasi 4. 4 Konsultasi 5. 5 Penentraman 6. 6 Kemitraan 7. 7 Pendelegasian kekuasaan 8. 8 Kekuasaan masyarakat

Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara, yang kemudian diolah secara deskriptif. Tujuan 4: Merumuskan arahan dan strategi pengelolaan pesisir secara terpadu dan

berkelanjutan

Analisis terhadap pengelolaan lingkungan pesisir Kabupaten Batang dilakukan berdasarkan semua hasil analisis data yang telah dilakukan pada tujuan sebelumnya dan dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari berbagai sumber yang diperoleh selama penelitian serta dari berbagai literatur pendukung, termasuk dari hasil kajian/studi yang telah dilakukan oleh pihak-pihak lain. Selanjutnya dari analisis tersebut ditentukan strategi-strategi pengelolaan lingkungan di Kabupaten Batang. Matriks data, metode analisis dan output penelitian disajikan dalam Tabel 3 dan diagram alir penelitian disajikan dalam Gambar 3.

Tabel 3 Matriks Data, Metode Analisis dan Output Penelitian

No Tujuan penelitian Jenis data Metode

analisis

Output

1. Menilai dan mengevaluasi daya dukung lingkungan dan

mengevaluasi pemanfaatan ruang wilayah pesisir di Kabupaten Batang Peta RTRW, Peta-peta tematik Analisa daya dukung berbasis SIG

Status daya dukung wilayah pesisir, inkonsistensi RTRW

2. Menilai pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan dan penataaan ruang wilayah pesisir di Kabupaten Batang

Kuesioner Deskriptif Pemahaman masyarakat thd pengelolaan dan penataan ruang wilayah pesisir

3. Mengetahui tingkat dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir di Kabupaten Batang

Kuesioner Skoring (tipologi Arnstein), Deskriptif

Tingkat dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir 4. Merumuskan arahan dan strategi

pengelolaan wilayah pesisir

Hasil analisis tujuan 1,2,3

Sintesis, Deskriptif

Arahan dan strategi pengelolaan wilayah pesisir

Gambar 3 Diagram alir penelitian Peta pola ruang

RTRW Peta daya dukung lingkungan Peta pemanfaatan Lahan

Overlay Inkonsistensi Matriks

Analisis partisipasi masyarakat

Analisis deskriptif

Arahan dan strategi pengelolaan wilayah pesisir Isu lingkungan Matriks ketidak sesuaian Overlay Peta pemanfaatan Lahan Peta kemampuan lahan Overlay Peta jenis tanah Peta kelerengan Peta curah hujan Logika Peta pola ruang RTRW Peta inkonsistensi RTRW