• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASIH HIDAYAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arnstein S. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Journal of the American Planning Association. 35 (4) : 216-224.

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan [Depdagri] Departemen Dalam Negeri. 2002. Buku Pedoman Penguatan Program Pembangunan Daerah. Jakarta (ID).

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang. 2009. Penyusunan Neraca Sumberdaya Alam Spasial Daerah Kabupaten Batang Tahun 2009. Batang (ID): Bappeda.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang Tahun 2011-2031. Batang (ID).

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang. 2012. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Batang Tahun 2012-2017. Batang (ID): Bappeda.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang. 2012. Kabupaten Batang dalam Angka Tahun 2012. Batang (ID): BPS.

Chusnah U. 2008. Evaluasi Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Sarana Prasarana Pendidikan di SMA Negeri 1 Surakarta [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Clark J. 1974. Coastal Ecosystem : Ecological consideration for management of the coastal zone. Washington (US): The Conservation Foundation. 178p. Dahuri R, J Rais, Ginting SP, Sitepu MJ. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir

dan Lautan secara Terpadu. Jakarta (ID): Pradnya Paramitha.

Dahuri R. 2005. Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang Pesisir, Laut dan Pulau- Pulau Kecil. Dalam: Pattimura L, (Editor). Penataan Ruang untuk Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta (ID): LSKPI Pr.

Darajati W. 2004. Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Seminar Nasional MFCDP. 2004 Sept 22; Jakarta, Indonesia. Jakarta: Bappenas. hlm 1-7. Tersedia pada

www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8223

Dardak AH. 2005. Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang sebagai Upaya Perwujudan Ruang Hidup yang Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan. Seminar Nasional “Save Our Land for The Better Environment; 2005 Des 10; Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Indonesia. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Hlm 1-12. Tersedia pada:

www.penataanruang.net/taru/Makalah/051210.pdf

Diarto, Hendrarto B, Suryoko S. 2012. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Kawasan Hutan Mangrove Tugurejo di Kota Semarang. Jurnal Ilmu Lingkungan. 10(1):1-7.

[DKP RI] Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2001. Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir. Jakarta (ID): DKP RI.

[Dislutkan] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang. 2011. Rencana Strategis Wilayah Pesisir Kabupaten Batang Tahun 2011-2030. Batang (ID): Dislutkan.

[Dislutkan] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang. 2012. Review Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang. Batang (ID): Dislutkan.

Gumilar I. 2012. Partisipasi Masyarakat Pesisir dalam Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove Berkelanjutan di Kabupaten Indramayu. Jurnal Akuatika. 3(2):198-211.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Kay R, Alder J. 1999. Coastal Planning and Management. London (GB): E & FN Spon.

[KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah. Jakarta (ID): KLH. Loka PSPL Serang Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Fasilitasi

Penyusunan Rencana Zonasi WP3K Kabupaten Batang. Serang: Loka PSPL.

Mitchell B, Setiawan B, Rahmi DH. 2010. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Nazir M. 1993. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

[Kemenpan] Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Jakarta (ID): Kemenpan.

Pemerintah Republik Indonesia. 2007a. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2007b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Pratikto WA. 2006. Menjual Pesisir di Pulau-Pulau Kecil. Jakarta (ID): DKP RI. Rustiadi E, Barus B, Prastowo, Iman LS. 2010a. Pengembangan Pedoman

Evaluasi Pemanfaatan Ruang. Bogor (ID): Crestpent Press.

Rustiadi E, Barus B, Prastowo, Iman LS. 2010b. Kajian Daya Dukung Lingkungan Provinsi Aceh. Bogor (ID): Crestpent Press.

Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor.

Sarwono WS. 2003. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

Sastropoetro S. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung (ID): Penerbit Alumni.

Subandono D, Budiman, Agung F. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Bogor (ID): Buku Ilmiah Populer.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Inkonsistensi pola ruang RTRW Kabupaten Batang terhadap penggunaan lahan

No Pola Ruang RTRW

Pemanfaatan Lahan (ha) Air

tawar

Belukar

/ semak Rumput Empang

Pengga raman Sawah irigasi Sawah tadah hujan Perkebun an Tegalan Permuki man Gedung Luas Total

1. Rawan tanah longsor 11.18 14.47 0.00 0.00 0.00 27.79 19.99 448.85 88.93 23.88 0.00 635.08

2. Hutan cagar alam 0.00 51.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 17.80 6.73 16.82 0.00 92.41

3. Hutan bakau 0.00 5.27 2.55 0.00 0.00 11.15 0.00 0.77 3.47 0.00 0.00 23.22

4. Sempadan pantai 0.10 13.60 5.89 48.89 0.00 230.78 0.00 29.96 15.52 4.76 0.00 349.49

5. Sempadan sungai 47.65 38.93 6.48 0.00 0.00 170.78 254.34 370.25 122.27 65.60 0.00 1 076.30

6. Hutan produksi 93.58 74.21 0.24 0.00 0.00 268.13 21.44 3 024.30 247.10 226.78 0.00 3 955.77

7. Perkebunan 4.55 161.85 3.01 6.69 0.00 428.07 84.33 7 969.82 88.67 38.65 0.00 8 785.64

8. Pertanian lahan kering 3.61 201.65 74.83 0.00 0.00 101.89 187.43 138.00 983.41 30.27 0.00 1 721.08

9. Pertanian lahan basah 2.88 121.96 11.72 12.03 0.00 3 702.70 946.00 159.66 78.89 84.74 0.00 5 120.58

10. Sawah tadah hujan 0.00 0.00 0.39 0.00 0.00 0.00 46.16 3.39 0.25 0.00 0.00 50.20

11. Pertambangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.22 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.22 12. Perikanan 122.08 0.13 0.29 440.03 12.04 21.31 0.00 7.71 0.98 4.19 0.00 608.76 13. Kawasan wisata 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 109.70 0.00 0.03 2065 0.00 0.00 130.38 14. Industri 12.85 0.00 0.00 228.62 0.00 402.16 0.00 407.37 8.63 2.18 0.00 1 045.08 15. Permukiman desa 16.40 42.57 0.66 2.77 0.00 20835 243.20 930.24 84.56 1 564.38 0.00 3 093.12 16. Permukiman kota 18.18 203.39 119.79 94.12 0.00 2 891.97 303.53 1 141.43 225.40 1 978.69 30.65 7 007.16 Luas Total 333.06 929.08 225.85 833.15 12.04 8 577.99 2 106.42 14 632.86 1 975.46 4 040.94 30.65 33 697.51 Keterangan: : Konsisten (74.42%) : Inkonsisten (25.58%) 58

Lampiran 2 Matriks Logik Inkonsistensi RTRW dengan Pemanfaatan Lahan RTRW Pemanfaatan Lahan Air tawar Belukar / semak Rumput Pengga raman Empang Sawah irigasi Sawah tadah hujan Tegal an Perkebu nan Permu kiman Gedung

Rawan tanah longsor x x x x x x x x x x x

Hutan cagar alam √ x x x x x x x x x x

Hutan bakau √ x x x x x x x x x x

Sempadan pantai √ √ √ x x x x x x x x

Sempadan sungai √ √ √ x x x x x x x x

Hutan produksi √ x x x x x x x x x x

Perkebunan √ x x x x x x √ √ x x

Pertanian lahan kering √ x x x x x √ √ √ x x

Pertanian lahan basah √ x x x x √ x x x x x

Sawah tadah hujan √ x x x x √ √ √ x x x

Pertambangan √ x x x x x x x x x x Perikanan √ x x √ √ x x x x x x Kawasan wisata √ √ √ x x x x x √ x x Industri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Permukiman desa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Permukiman kota √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keterangan: √ : Konsisten x : Inkonsisten 68

Lampiran 3 Matriks Logik Evaluasi Pola Ruang RTRW terhadap Kemampuan Lahan

Pola Ruang RTRW Kelas Kemampuan Lahan

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI Kelas VII Kelas VIII

Rawan tanah longsor √ √ √ √ √ √ √ √

Hutan cagar alam √ √ √ √ √ √ √ √

Hutan bakau √ √ √ x x x x x

Sempadan pantai √ √ √ x x x x x

Sempadan sungai √ √ √ √ √ √ √ √

Hutan produksi √ √ √ √ √ √ √ x

Perkebunan √ √ √ √ x x x x

Pertanian lahan kering √ √ √ √ x x x x

Pertanian lahan basah √ √ √ √ √ x x x

Sawah tadah hujan √ √ √ x x x x x

Pertambangan √ √ √ √ x x x x

Perikanan √ √ √ √ √ x x x

Kawasan wisata pantai √ √ √ x x x x x

Industri √ √ √ √ x x x x Permukiman desa √ √ √ √ x x x x Permukiman kota √ √ √ √ x x x x Keterangan: √ : Sesuai x : Tidak sesuai 69

Lampiran 4 Matriks Logik Evaluasi Pemanfaatan Lahan terhadap Kemampuan Lahan Kelas Kemampuan Lahan Pemanfaatan Lahan Air tawar Belukar / semak Rumput Pengga raman Empang Sawah irigasi Sawah tadah hujan Tegalan Perkebu nan Permu kiman Gedung Kelas I √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kelas II √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kelas III √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kelas IV √ √ √ x √ √ √ √ √ √ x Kelas V √ √ √ x √ √ √ x x x x Kelas VI √ √ √ x x x x x x x x Kelas VII √ √ √ x x x x x x x x Kelas VIII √ x x x x x x x x x x Keterangan: √ : Sesuai x : Tidak sesuai 70

Lampiran 5 Foto-foto kondisi pantai di wilayah pesisir Kabupaten Batang

Kondisi Pantai Sigandu, Desa Klidang Lor, Kecamatan Batang yang terkena abrasi (Mei 2013)

Kondisi Pantai Sigandu, Desa Klidang Lor, Kecamatan Batang sebelum abrasi (Tahun 2010)

Kondisi Pantai di Desa Karangasem Utara Kecamatan Batang (Mei 2013)

Kondisi Pantai di Desa Kasepuhan Kecamatan Batang (Mei 2013)

Kondisi Pantai di Desa Depok Kecamatan Kandeman (Mei 2013)

Kondisi Pantai Ujungnegoro Kecamatan Kandeman (Mei 2013)

Kondisi Pantai di Desa Kuripan Kecamatan Subah (Februari 2013)

Kondisi Pantai di Desa Kedawung Kecamatan Banyuputih (Maret 2013)

Kondisi Pantai di Desa Sidorejo dan Ketanggan Kecamatan Gringsing (April 2013)

RINGKASAN

ASIH HIDAYATI. Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Daya Dukung Lingkungan dan Partisipasi Masyarakat di Kabupaten Batang. Dibimbing oleh BABA BARUS dan FREDIAN TONNY NASDIAN.

Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten pesisir di pantai utara Jawa yang memiliki garis pantai sepanjang 38.75 km dan luas laut sekitar 287.060 km2. Wilayah pesisir Kabupaten Batang merupakan wilayah yang sangat produktif dan mempunyai nilai ekonomi tinggi, namun di lain pihak juga rawan akan kerusakan. Berdasarkan dokumen renstra wilayah pesisir Kabupaten Batang tahun 2011 diidentifikasi berbagai permasalahan yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Batang antara lain abrasi, akresi, sedimentasi, banjir, penyempitan badan sungai, kerusakan mangrove, pencemaran perairan dan tanah, ego sektoral, kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pesisir. Oleh karena itu pengelolaan wilayah pesisir harus dilakukan secara terencana dan terpadu serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada semua stakeholders terutama masyarakat pesisir. Penataan ruang merupakan salah satu alat dalam pengelolaan wilayah pesisir, dimana tujuan utama penataan ruang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan serta menjaga kelestarian ekosistem. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan alokasi pemanfaatan ruang pada rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Tujuan penelitian ini adalah menilai daya dukung dan mengevaluasi pemanfaatan ruang di wilayah pesisir; menilai pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan dan penataan ruang wilayah pesisir di Kabupaten Batang; menganalisis tingkat dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir; dan merumuskan arahan strategi pengelolaan wilayah pesisir.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan analisis berbasis Sistem Informasi Geografis serta dengan analisis deskriptif. Analisis daya dukung untuk wilayah daratan dilakukan dengan berbasis kemampuan lahan. Penentuan kelas kemampuan lahan dilakukan dengan teknik Boolean (Permen LH nomor 17 tahun 2009). Evaluasi daya dukung dan pemanfaatan ruang dilakukan dengan melakukan tumpangtindih peta. Kondisi perairan Kabupaten Batang dinilai dari data-data parameter fisika dan kimia perairan yang disesuaikan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Untuk mengetahui pemahaman dan partisipasi masyarakat, berdasarkan data kuesioner yang dianalisis deskriptif. Dari hasil analisis tersebut dilakukan sintesis untuk merumuskan arahan strategi pengelolaan wilayah pesisir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya dukung lingkungan di wilayah pesisir Batang berdasarkan kemampuan lahan masih sesuai (98.29%). Untuk wilayah perairan Kabupaten Batang, kondisinya masih layak bagi biota laut namun di beberapa lokasi (perairan Kecamatan Batang, Tulis dan Gringsing) memiliki kadar ortofosfat yang sudah melebihi baku mutu. Saat ini lebih dari 70% penggunaan lahan di wilayah pesisir masih sesuai/konsisten dengan rencana tata ruang. Secara umum tingkat pemahaman masyarakat terkait kebijakan pengelolaan dan penataan ruang wilayah pesisir di Kabupaten Batang masih

rendah, sedangkan terkait dengan pemanfaatan/penggunaan lahan di wilayah pesisir tingkat pemahaman masyarakat termasuk sedang. Berdasarkan tipologi tangga Arnstein, tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori Informasi. Bentuk partisipasi mayoritas responden menunjukkan berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pengawasan.

Arahan pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten Batang agar diselaraskan dengan penataan ruang yang sudah ditetapkan pemerintah dalam rencana tata ruang wilayah, yang terbagi dalam kawasan pemanfaatan/budidaya, kawasan konservasi/lindung dan kawasan strategis. Implementasi dari rencana penataan ruang ini harus dilaksanakan sebagaimana fungsi peruntukannya dengan memperhatikan daya dukung wilayah dan melibatkan masyarakat setempat sehingga degradasi lingkungan dapat dikurangi. Strategi umum pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan koordinasi antar lembaga pemerintah, mengembangkan dan meningkatkan partisipasi dan pengawasan masyarakat serta ketersediaan dan kemudahan mengakses informasi bagi masyarakat umum. Kata kunci: wilayah pesisir Kabupaten Batang, daya dukung lingkungan,

SUMMARY

ASIH HIDAYATI. Coastal Area Management based on Environment Carrying Capacity and Community Participation in Batang Regency. Supervised by BABA BARUS and FREDIAN TONNY NASDIAN.

Batang regency is one of the coastal districts on the north coast of Java, which has a 38.75 km long coastline and vast ocean of approximately 287 060 km2. Batang coastal area is a region of highly productive and have high economic value, but on the other hand are also vulnerable to damage. The coastal area strategic plan document Batang in 2011, identify that there are variety of problems occured in coastal areas Batang include abrasion, accretion, sedimentation, flood, narrowing river bodies, destruction of mangroves, pollution of water and soil, ego sectoral, institutional and community participation in coastal management. Therefore the management of coastal areas should be planned and integrated and provide maximum benefits to all stakeholders, especially in coastal communities. Spatial planning is one tool in the management of coastal areas, where the main objective of spatial planning is to improve the society welfare, the growth and the ecosystem conservation. According to Act No. 26 of 2007 on Spatial Planning, spatial utilization at district must consider supportive and carrying capacity of environment.

This study aims to assess and evaluate the environment carrying capacity and the spatial utilizations in Batang coastal areas; assess community understanding against management and spatial planning; analyze the level and form of community participation in the management of coastal areas and formulate strategic referrals to the management coastal areas in Batang.

The methods used in this study are analysis based on Geographic Information Systems (GIS) as well as the descriptive analysis. Environment carrying capacity analysis to the land area was based on land capability. Determination of land capability class was done by using Boolean technique (Regulation of the Minister of Environment Number 17, 2009). Evaluation of carrying capacity and spatial utilization was done by overlaying the maps. Batang waters conditions assessed from the data physical and chemical parameters were adjusted to the Minister of Environment Decree No. 51 of 2004 on Sea Water Quality Standard. To find the understanding and participation of the community were analyzed descriptively, based on the results of the questionnaire. From the results of the analyzes, then performed such synthesis to formulate strategic direction of coastal areas management.

The results showed that environment carrying capacity in the coastal areas of Batang based on land capability is still appropriate (98.29%). The conditions of coastal water of Batang are still appropriate for marine life, but in a few locations (Batang, Tulis and Gringsing sub-districts) orthophosphate levels have already exceeded the quality standard. Currently, more than 70% of the land use in coastal areas are still appropriate/consistent with the spatial planning. In general, the level of public understanding of policies related to the management and spatial planning of coastal areas in Batang is still low, mean while associated with the land

utilization in coastal areas, the level of public understanding belongs to moderate level. Based on Arnstein ladder typology, the level of community participation in general categories as Information category. Participation form exhibited that the majority of respondents participate at utilization, conservation and monitoring activity. Activities follow the coaching/training is a form of activity which is the least followed.

Coastal area management referrals in Batang need to be harmonized with the existing spatial planing that has been set by the government in the spatial plan, which is divided into utilization, conservation protection and strategic area. Spatial plan should be implemented as it’s plan functions with respect to the environment carrying capacity and involve the local community, so that environmental degradation can be reduced. General management strategies that can be done is to improve coordination among government agencies, to develop and enhance community participation and oversight as well as the availability and ease of access to information for the general public.