• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS Podagrica javana SECARA IN VITRO Endah Suhaendah dan Aji Winara

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode uji toksisitas secara in vitro dengan teknik pencelupan daun. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan.Perlakuan yang diberikan adalah berupa insektisida nabati berbahan aktif Azadirachtin dengan dosis 5 gr/l (Az1) dan 10 gr/l (Az2), dan insektisida biologis berbahan aktif Bacillus thuringiensis dengan dosis 1 gr/l (Bc1) dan 2 gr/l (Bc2) serta perlakuan kontrol tanpa insektisida. Jumlah kumbang yang digunakan pada setiap perlakuan adalah sebanyak 5 ekor. Larutan uji dibuat dengan melarutkan masing-masing insektisida dengan aquades dan ditambahkan detergen sebanyak 1 gr/l, sedangkan pada perlakuan kontrol larutan yang digunakan adalah campuran aquades dengan deterjen.

Uji toksisitas dilakukan dengan cara sampel daun tisuk yang masih muda dipotong dengan ukuran 4 x 4 cm kemudian dicelupkan ke dalam larutan dan dikeringanginkan. Setiap potong daun dimasukkan ke dalam cawan petri dialasi kertas tisu, kemudian serangga uji dimasukkan ke dalam cawan tersebut. Setelah 24 jam, daun sisa diganti dengan dengan daun baru yang diberi perlakuan yang sama seperti di atas. Setelah 24 jam berikutnya, serangga uji diberi potongan daun tanpa perlakuan. Parameter yang diamati adalah kematian (mortalitas) serangga uji sampai 7 hari. Data kematian dihitung dalam persen kematian dengan rumus :

( ) ∑

D. Analisis Data

Data jumlah kumbang yang mati (mortalitas) kemudian dianalisis dengan uji sidik ragam dan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 0.05 dengan perangka lunak SAS 9.3. Sementara itu tingkat aktivitas insektisida diukur berdasarkan klasifikasi Prijono (1998) dalam Utami and Haneda (2012) sebagai berikut : 1) aktivitas kuat : mortalitas (m) ≥ 95%, 2) agak kuat : 75% ≤ m < 95%, 3) cukup kuat : 60% ≤ m < 75%, 4) sedang : 40% ≤ m < 60%, 5) agak lemah : 25% ≤ m < 40%, 6) lemah : 5% ≤ m < 25%, 7) tidak aktif : < 5%.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Hasil pengamatan efikasi insektisida hayati berbahan aktif Azadirachtin dan bakteri Bacillus thuringiensis terhadap kematian kumbang P. javana menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata antar perlakuan pada taraf nyata 0,05 (R-sq 76,54%) sebagaimana Gambar 1.

Insektisida dengan bahan dasar Azadirachtin memiliki pengaruh lebih besar terhadap kematian kumbang P. javana dibandingkan insektisida dengan bahan dasar B. thuringiensis, dengan nilai efikasi terbesar 83,33% (dosis10 ml/l) dan 68,33% (dosis 5 ml/l). Selain itu hasil analisis statistik menunjukkan tidak beda nyata antar kedua perlakuan Azadirachtin atau perlakuan pada dosis 5 ml/l memiliki pengaruh yang sama dengan dosis 10 ml/l pada pengamatan hari ke-7.

Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015 461 Sementara itu pengaruh efikasi insektisida biologis B. thuringiensis memiliki nilai toksisitas kumbang P. javana dibawah 50% yaitu 23,33% pada taraf 1 gr/l dan 15,00% pada taraf 2 gr/l. Selain itu dan secara statistik perlakuan pemberian insektisida B. thuringiensis tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.

Gambar 1. Efikasi insektisida berbahan Azadirachtin (Az) dan Bacillus thuringiensis (Bc) terhadap mortalitas kumbang Podagrica javana secara in vitro.

Hasil uji efikasi ini menunjukkan bahwa insektisida nabati berbahan dasar Azadirachtin efektif dalam mengendalikan hama P. javana secara in vitro dengan tingkat aktivitas insektisida tergolong cukup kuat hingga agak kuat, sedangkan insektisida biologis berbahan dasar B. thuringiensis tidak efektif dalam mengendalikan hama P. javana secara in vitro dengan tingkat insektisida tergolong lemah.

Gambar 2. Pengaruh insektisida berbahan azidarchtin (Az) dan Bacillus thuringiensis (Bc) terhadap mortalitas kumbang Podagrica javana secara in vitro berdasarkan waktu pengamatan. Sementara itu hasil uji statistik pada pengamatan berulang (Gambar 2) menunjukkan pengaruh perlakuan seiring dengan waktu bersifat nyata dan terdapat pengaruh interaksi antara waktu pengamatan dan perlakuan atau secara umum pengaruh perlakuan bersifat nyata seiring

8.33

b

68.33

a

83.33

a

15.00

b

23.33

b

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Kontrol Az1 Az2 Bc1 Bc2

M

ort

al

it

as

K

um

ba

ng

(%)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

M

ort

al

it

as

K

um

ba

ng

(%)

462 Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015

dengan berjalannya waktu efikasi. Efikasi perlakuan 1 (Azadirachtin 5ml/l) mengalami peningkatan pengaruh yang nyata dari hari ke-3 yang ditunjukkan dengan perubahan nilai efikasi dari 16,67% menjadi 68,33% terhadap mortalitas kumbang P. javana, kemudian mengalami pengaruh yang stagnan hingga hari ke-7. Sementara itu perlakuan ke-2 (Azadirachtin 10 ml/l) menunjukkan peningkatan pengaruh yang nyata sejak hari 2, kemudian nilai efikasinya meningkat pada hari ke-3, stagnan hingga hari ke-6dan meningkat kembali pada hari ke-7 meskipun secara statistik menunjukkan tidak berbeda antara pengaruh perlakuan dari hari ke-2 hingga hari ke-7. Hasil ini menunjukkan bahwa pada dosis 5 ml/l insektisida berbahan azadirachtin efektif menyebabkan mortalitas kumbang P.javana sejak hari ke-3 perlakuan dan efektivitas meningkat setelah dosis dinaikkan dua kali menjadi 10 ml/l dengan pengaruh efektif hingga 83,33% dan efektif sejak hari ke-2 perlakuan.

B. Pembahasan

Insektisida hayati berbahan dasar Azadirachtin memiliki aktivitas insektisida sedang hingga agak kuat dan efektif dalam mengendalikan mortalitas kumbang P. javana hingga 83,33% secara in vitro. Hal senada dilaporkan oleh Olaniran et al. (2013), bahwa insektisida berbahan dasar Azadirachtin dari Azadirachta indica dapat mengendalikan serangan hama Podagrica spp. hingga 69% hingga tingkat in planta pada tanaman okra di Afrika. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian kumbang P. javana terjadi sejak pengamatan hari pertama dan efektif bersifat toksik sejak hari ke-2 dan ke-3. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan insektisida Azadirachtin kemungkinan menyebabkan kematian melalui mekanisme racun perut dan atau menghambat makan (antifeedant) serangga uji, seperti penelitian yang dilakukan oleh Pathak dan Tiwari (2010) yang menyebutkan bahwa azadirachtin berfungsi sebagai penghambat makan, inhibitor pertumbuhan dan racun perut terhadap Corcya cephalonica.

Azadirachtin merupakan metabolit sekunder turunan limonoid dari kelompok utama triterpenoid. Mekanisme senyawa aktif azadirachtin pada serangga menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal (Rattan, 2010). Azadirachtin berasal dari tanaman mimba (Azadirachta indica) yang telah lama dimanfaatkan sebagai bahan aktif insektisida nabati dan terbukti dapat mengendalikan lebih dari 550 spesies serangga hama (Debashri and Tamal, 2012) dengan mekanisme insektisida sebagai racun perut, zat penolak makan, berpengaruh terhadap pengaturan pertumbuhan dan perkembangan serangga serta menyebabkan serangga gagal ganti kulit (Prijono, 2003; Samsudin, 2011). Kandungan dan bioefikasi dari azadirachtin yang dihasilkan mimba bervariasi tergantung dari daerah, negara, genotipe dan individu tanaman mimba (Gahukar, 2014).

Selain itu, Azadirachtin telah diproduksi secara massif dalam skala industri sebagai bahan insektisida nabati dengan pertimbangan relatif murah dan mudah tersedia, campuran bahan aktif kompleksnya memiliki fungsi berbeda pada berbagai bagian dari siklus hidup serangga dan secara fisiologi membuat sulit bagi hama untuk mengembangkan resistensi terhadap hal tersebut, bersifat sistemik dengan spektrum yang luas sehingga dapat melindungi tanaman dari serangan hama hingga 10 minggu seperti pada tanaman gandum, padi, tebu, tomat, kapas dan barley (Debashri and Tamal, 2012).

Selain menggunakan Azadirachtin, pengendalian hama Podagrica spp dapat dilakukan pula dengan menggunakan insektisida nabati berbahan dasar tanaman lainnya dan telah diuji pada skala lapangan seperti ekstrak biji Piper guineense dengan dosis 50 g/l (Mobolade et al., 2014), jarak pagar pada taraf konsentrasi 10% (Onunkun, 2012), kombinasi srikaya dan Theprosia vogellii pada taraf 15% (Musa et al., 2013). Sementara itu pengendalian hama Podagrica spp. dengan insektisida sintetik dapat menggunakan insektisida berbahan Chlorfifipos 3 ml/l (Kollie Momo, 2014), deltamethrin dengan dosis 16,5-12,5 g/ha (Dabire-Binso et al., 2009) dan Cypermethrin dengan dosis 1 ml/l (Mobolade et al., 2014). Selain penggunaan insektisida penggunaan sistem penanaman dengan menggunakan sistem kombinasi lajur dengan tanaman lain dapat mengurangi intensitas serangan Podagrica spp. sebagaimana dilaporkan oleh Banful and Mociah (2012).

Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015 463 IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara in vitro insektisida nabati berbahan aktif Azadirachtin efektif dalam mengendalikan hama kumbang P. javana dengan tingkat mortalitas mencapai 68,33% pada dosis 5 ml/l dengan aktivitas insektisida tergolong cukup kuat dan mortalitas 83,33% pada dosis 10 ml/l dengan aktivitas insektisida tergolong agak kuat, sedangkan insektisida biologi B. thuringiensis tidak efektif pada dosis 1 gr/l dan 2 gr/l dengan tingkat mortalitas 15,00% dan 23,33% atau aktivitas insektisida tergolong lemah.

B. Saran

Diperlukan penelitian lanjutan mengenai efektivitas penggunaan insektisida azadircahtin terhadap hama kumbang P. javana skala lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adewole, M.M., 2010. Host Preference In Family Malvaceae By Podagrica Spp.(Coleoptera: Chrysomelidae): An Oligophagus Herbivore. In, Departement of Crop Protection. University of Agriculture, Abeoukuta, Nigeria.

Dabire-Binso, C.L., Ba, M.N., Somé, K., Sanon, A., 2009. Preliminary studies on incidence of insect pest on okra, Abelmoschus esculentus (L.) Moench. in central Burkina Faso. African Journal of Agricultural Research 4, 1488-1492.

Debashri, M., Tamal, M., 2012. A Review on efficacy of Azadirachta indica A. Juss based biopesticides: An Indian perspective. Research Journal of Recent Sciences 1, 94-99.

Diniyati, D., Fauziyah, E., 2011. Pemilihan jenis tanaman penyusun hutan rakyat pola agroforestry berdasarkan keputusan petani di Kabupaten Tasikmalaya. In, Seminar Nasional Agroforestry III. Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Yogyakarta, pp. 421-427.

Gahukar, R.T. 2014. Factors affecting content and bioefficacy of neem (Azadiracta indica A. Juss.) phytochemicals used in agriciltural pest control: A review. Crop Protection 62, 93-99.

Hawkeswood, T.J., 2005. Three new host plants for the Australian leaf beetle Podagrica submetallica (Blackburn, 1894)(Coleoptera: Chrysomelidae: Alticinae). Calodema 4, 19-22.

Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

Kollie Momo, H., 2014. Effect of Chlorpyrifos application at different growth stages on Insect Pests’ Incidence, Damage and Yield of Tomato (Solanum Lycopersicum L) and Okra (Abelmoschus Esculentus L). In. Kwame Nkrumah University of Science and Technology, Ghana.

Mobolade, A.J., Ejemen, I.J., Rufus, J.A., Festus, E.A., 2014. Control of flea beetles Podagrica spp.(Coleoptera: Chrysomelidae) infestation on okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) using Piper guineense seed extracts. Archives of Phytopathology and Plant Protection 47, 2332-2339.

Musa, A.K., Yusuf, S.Y., Adebayo, T.A., 2013. Estimates of flea beetles (Podagrica spp.) population and their defoliating effects on okra (Abelmoschusesculentus L. Moench) treated with plant

464 Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015

leaf extracts and synthetic pyrethroid, lambda-cyhalothrin. International Journal of Advanced Research 1, 829-834.

Olaniran, O., Alao, F., Adebayo, T., 2013. Control of foliage pests of roselle (Hibiscus sabdariffa l.) using plant extracts of Tephrosia vogelii and Azardiractha indica in Ogbomoso, Nigeria. Transnational Journal of Science and Technology 3, 51-62.

Onunkun, O., 2012. Evaluation of aqueous extracts of five plants in the control of flea. JBiopest 5, 62-67.

Pathak, C.S., Tiwari, S.K. 2010. Toxicological effects of neem Azadirachta indica A. Juss leaf powder

against the ontogeny of Corcyra cephalonica

(Staint.) (Lepidoptera: Pyralidae). Journal of Biopesticides, 3(3), 617-621.

Prihandana, R., Hendroko, R., 2006. Petunjuk budi daya jarak pagar. AgroMedia, Jakarta.

Prijono, D., 2003. Teknik Ekstraksi, Uji Hayati dan Aplikasi Senyawa Bioaktif Tumbuhan; Panduan Bagi Pelaksana PHT Perkebunan Rakyat. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rattan, R.S. 2010. Mechanism of action of insecticidal secondary metabolites of plant origin. Crop protection 29, 913-920.

Samsudin, 2011. Biosintesa Dan Cara Kerja Azadirachtin Sebagai Bahan Aktif Insektisida Nabati. In, Semnas Pesnab IV Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (BALITTRI), Jakarta.

Suhaendah, E., Siarudin, M., 2014. Pengawetan kayu tisuk ( Hibiscus macrophyllus Roxb ) melalui rendaman dingin dengan bahan pengawet Boric Acid Equivalent. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 32, 103-110.

Suhaendah, E., Winara, A., Siarudin, M., 2014. Teknik Pengendalian Hama Kayu Pertukangan pada Agroforestry Jenis Tisuk. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Ciamis.

Utami, S., Haneda, N.F., 2012. Bioaktivitas ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung sebagai pengendali hama ulat kantong (Pteroma plagiophleps Hampson). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 9(3), 209-218.

Vanlommel, S., Duchateau, L., Coosemans, J., 1996. The effect of okra mosaic virus and beetle damage on yield of four okra cultivars. African Crop Science Journal 4, 71-77.

Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015 465

VALIDASI MODEL PENDUGA VOLUME POHON JENIS JELUTUNG RAWA

DI KALIMANTAN TENGAH