• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian.

Dalam dokumen M01943 (Halaman 73-76)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Sedang pendekatan yang dipakai adalah deskriptif eksplanatoris, yang berarti berusaha mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang berlangsung pada saat itu (Ibrahim 2003:13)

Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data memakai trianggulasi tehnik, sumber data dan teori. Menurut Mantja (2003:37) prinsip ini akan membanntu peneliti agar tidak hanya terpaku pada satu bentuk informasi saja. Prinsip ini juga akan membantu bagi penjaminan

validitas eksternal dan realibilitas hasil kajian. Sedang sumber data yang dipilih atau informan kunci (key informan) adalah informan yang memiliki pengetahuan khusus atau memadai, dan dekat dengan situasi permasalahan yang diteliti.

Tehnik dan sumber data: (1) Tehnik wawancara untuk mengungkap makna dan arti secara mendalam (indept interview) kepada para informan kunci, baik wawancara secara terstruktur, tidak terstruktur dan sambil lalu. Informan kunci yang dipilih adalah kepala sekolah (aras SD, SMP, SMA, SMK) baik laki-laki maupun perempuan, guru yang gagal menjadi kepala sekolah, komite sekolah, pengurus yayasan sekolah, pengawas pendidikan, staf Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Sekretaris Daerah (SEKDA), Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat). (2) Fokus Group Discussion (FGD), untuk para guru aras SD, SMP, SMA, SMK, masing-masing satu kelompok. FGD juga berguna untuk cross-check data yang diperoleh dari tehnik dan sumber data lain. (3) Studi dokumentasi. Digunakan sebagai sumber data yang stabil dan kaya informasi sesuai konteks, hasil kajian dapat pemperluas pengetahuan tentang pemilihan kepala sekolah dengan wawasan jender. Dokumen yang dibutuhkan antara lain: data tentang sekolah, guru dan kepala sekolah SD, SMP, SMA, SMK di Salatiga tahun 2008-2009, dokumen penduduk Salatiga dari Badan Pusat Statistik.

Tehnik analisis data. Sebetulnya peneliti sudah melakukan analisis data saat data dikumpulkan dengan menemukan tema-tema dan merumuskan ide berkaitan dengan pemilihan pemimpin pendidikan dalam perspektif jender. Tetapi secara khusus analisis juga dilakukan saat menggabungkan dengan data dari sumber lain, dengan mengunakan tiga alur: (1) melakukan reduksi dan mengorganisasikan data, (2) penyajian data dan menemukan pola hubungan bermakna, (3) membuat veriikasi dan menarik simpulan.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Pada bagian ini akan diuraikan: (1) realita dalam angka: perbedaan jumlah guru dan kepala sekolah, (2) pemilihan kepala sekolah di sekolah Negeri dan swasta. Pemilahan perlu dilakukan pada sekolah negeri dan swasta karena di antara keduanya menunjukkan perbedaan cara pemilihan kepala sekolah yang berbeda, dengan hasil atau konsekuensi yang juga berbeda.

Program komputer ini dapat bekerja secara sistematis, cepat, tepat dan akurat sehingga dapat mengatasi segala kerumitan dan kesulitan perhitungan, terutama dalam menghitung fungsi logistik dan fungsi likelihood. Hal ini akan jauh berbeda jika dikerjakan secara manual.

Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah gunakanlah soal yang standar dalam segala pengukuran, baik di tes kompetensi dasar, blok, tes harian, tes midsemester, aupun tes semester. Untuk memecahkan perhitungan yang sulit dan rumit di dalam penskoran dengan IRT gunakanlah sotware yang telah ditemukan oleh peneliti.

182 Prosiding Seminar Nasional

Sauatu soal berkode: M10111101. M dari kode tersebut berarti tersebut adalah soal matematika. Angka 10 dari kode tersebut berarti soal untuk kelas X. Angka 1 pada digit yang berikutnya menunjukkan bahwa soal tersebut untuk semester 1. Angka 1 pada digit yang berikutnya menunjukkan bahwa soal tersebut untuk standar kompetensi 1. Angka 1 pada digit yang berikutnya menunjukkan bahwa soal tersebut untuk kompetensi dasar 1. Angka 1 pada digit yang berikutnya menunjukkan bahwa soal tersebut merupakan untuk mengukur urutan indikator ke-1. Angka 01 pada digit yang berikutnya menunjukkan nomor urut pada indikator yang ada di depannya.

Kesimpulan dan Saran

Paket tes MAT-SK1 dari 40 butir yang direncanakan setelah diujicoba kepada 356 responden dan dianalisis dengan program Bilog 3 ternyata ada 5 butir yang harus didrop. Dari 40 butir yang direncanakan terbentuk 35 butir yang standar. 35 butir tersebut sudah mewakili seluruh indikator dari seluruh kompetensi dasar yang seharusnya diungkap. Dengan demikian paket tes MAT-SK1 yang terdiri dari 35 butir sudah memenuhi validitas isi.

Paket tes MAT-SK2A dari 40 butir yang direncanakan setelah diujicoba kepada 311 responden dan dianalisis dengan program Bilog 3 ternyata ada 14 butir yang harus didrop. Dari 40 butir yang direncanakan terbentuk 26 butir yang standar. Paket tes MAT-SK2B dari 40 butir yang direncanakan setelah diujicoba kepada 283 responden dan dianalisis dengan program Bilog 3 ternyata ada 25 butir yang harus didrop. Dari 40 butir yang direncanakan terbentuk 15 butir yang standar. Paket tes MAT-SK3A dari 40 butir yang direncanakan setelah diujicoba kepada 362 responden dan dianalisis dengan program Bilog 3 ternyata ada 11 butir yang harus didrop. Dari 40 butir yang direncanakan terbentuk 29 butir yang standar. 29 butir tersebut sudah mewakili seluruh kompetensi dasar yang seharusnya diungkap dan seluruh indikator dari seluruh kompetensi dasar terwakili. Dengan demikian paket tes MAT-SK3A yang terdiri dari 29 butir sudah memenuhi validitas isi.

Paket tes MAT-SK3B dari 40 butir yang direncanakan setelah diujicoba kepada 336 responden dan dianalisis dengan program Bilog 3 ternyata ada 10 butir yang harus didrop. Dari 40 butir yang direncanakan terbentuk 30 butir yang standar. Adapun kesimpulan program yang berhasil dibuat meliputi:

75

1. Realita dalam Angka

Realita dalam angka ini akan memaparkan mengenai perbedaan jumlah guru laki-laki dan perempuan pada aras SD, SMP, SMA dan SMK, selanjutnya juga dipaparkan perbedaan jumlah kepala sekolah laki-laki dan perempuan.

Tabel 1.1. Perbedaan Jumlah Guru dan Guru yang Diangkat Menjadi Kepala Sekolah Berdasar Jenis Kelamin (SD, SMP, SMA, SMK) Tahun

2008-2009

Jabatan Lk Persentase Pr Persentase Jumlah

Guru 1236 42% 1640 58% 2876

Guru yang diangkat sebagai kepala sekolah

135 11% 22 1% 157

Diolah dari Diknas Kota Salatiga tahun 2008-2009

Tabel 1.2 Perbedaan Jumlah Kepala Sekolah Berdasar Jenis Kelamin (SD, SMP, SMA, SMK). Tahun 2008-2009

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 135 86%

Perempuan 22 14%

Laki-laki dan

Perempuan 157 100%

Diolah dari Diknas Kota Salatiga tahun 2008-2009

Dari data yang terungkap pada tabel 1.1, dapat dilihat jumlah guru laki-laki 1236 orang (42%), sedang guru perempuan 1640 orang (58%). Guru perempuan terlihat mendominasi profesi guru (bias against male). Guru perempuan 404 lebih banyak dibanding guru laki-laki. Secara keseluruhan jumlah guru di Salatiga untuk aras SD, SMP, SMA, SMK 2876 orang (100%). Namun meskipun jumlah guru perempuan persentasinya tinggi, yang berhasil terpilih atau meniti karier menjadi

kepala sekolah ternyata persentasinya sangat rendah. Untuk perempuan yang menjadi kepala sekolah hanya 22 orang atau hanya 1% dari jumlah keseluruhan guru perempuan. Sedang laki-laki yang menjadi kepala sekolah 135 orang, atau 11% dari keseluruhan guru laki-laki.

Pada table 1.2 dapat dilihat kepala sekolah laki-laki berjumlah 135 orang (86%) atau mendominasi jumlah kepala sekolah (bias against female), sedang kepala sekolah perempuan hanya 22 orang (14%). Kepala sekolah laki-laki 113 orang lebih banyak dibanding kepala sekolah perempuan. Keseluruhan kepala sekolah SD, SMP, SMA, SMK pada tahun 2008-2009 berjumlah 157 orang (100%),

Di sekolah Negeri, pada aras SD memang dijumpai perempuan menjadi kepala sekolah, tetapi untuk aras SMP dan SMA di sekolah negeri, tidak seorangpun perempuan yang dapat menjadi kepala sekolah. Yang menarik untuk aras SMK negeri, dapat dijumpai seorang kepala sekolah perempuan. Pada sekolah SMK negeri dan swasta di Salatiga, memiliki 18 orang kepala sekolah, 15 orang dijabat oleh laki- laki, tiga (3) orang kepala sekolah perem puan, namun hanya seorang kepala sekolah perempuan dari SMK negeri, itupun karena jurusan atau bidang yang diajarkan di sekolah SMK tersebut dianggap sebagai “sot science” atau secara stereotip dianggap cocok untuk bidang pekerjaan perempuan, yakni tataboga, tata-busana, sekretaris, pari wisata, salon kecantikan, kesejahteraan keluarga. Untuk menjadi pemim pin pendidikan di kota Salatiga, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi aras pendidikan, maka semakin sulit perempuan dapat memanfaatkan peluang atau akses menjadi pemimpin pendidikan. Berbeda dengan sekolah negeri di sekolah swasta sejak aras SD, SMP, SMA, SMK, sudah mempunyai kepala sekolah perempuan.

Data angka maupun presentasi yang terpapar, jelas menunjukkan gam baran buram disparitas atau kesenjangan jender pada kepemimpinan pendidikan yang perlu dikaji. Untuk memahami penyebab kesenjangan jender tersebut, rupanya penting sekali tidak hanya menganalisa data angka yang tersaji, namun lebih dari itu, harus pula dipahami bagaimana proses perpindahan dari profesi guru menjadi kepala sekolah. Dalam proses yang berlangsung akan teridentiikasi aspek-aspek yang secara dominan berperan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses, dan

Dalam dokumen M01943 (Halaman 73-76)