Metode dalam pembelajaran tidak ada yang baik dan tidak ada yang jelek, tidak ada yang tepat dan juga tidak ada yang tidak tepat. (M.Saekhan Muchith,2008 : 113). Artinya ketepatan metode sangat tergantung dari aspek lain seperti, sesuai dengan tujuan, sesuai dengan sarana, sesuai dengan alokasi waktu, sesuai dengan jenis materi, sesuai dengan kemampuan siswa, guru dll
Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Penyajian materi Fisika hendaknya menggunakan metode mengajar yang melibatkan proses ilmiah sehingga dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan produk ilmiah pada diri siswa. Salah satu metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik Fisika adalah metode pengajaran eksperimen. Metode pengajaran eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Syaiful Bahri Djamarah,2000:196). Penggunaan metode pengajaran eksperimen mempunyai tujuan agar siswa terbiasa dengan percobaan di laboratorium, mampu mencari dan menemukan sendiri jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya. Dengan metode pengajaran eksperimen siswa terlibat dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga bisa meningkatkan minat belajar siswa. Dalam bereksperimen siswa belajar dan berlatih , maka harus diberi petunjuk yang jelas oleh guru.
123 3. Siswa menjawab pertanyaan dari guru atau
siswa 30%
4. Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan
soal 70 %
5. Siswa dapat mengamati alat dengan benar 80 % 6. Siswa tertekan dalam mengikuti proses
pembelajaran 12,5%
7. Siswa tampak senang mengikuti pelajaran : 90% 8. Siswa dapat memahami materi pelajaran 77,5%
3) Hasil belajar siswa dalam siklus I adalah : Nilai terendah : 60 Nilai tertinggi : 90, Nilai rata-rata: 71,75. Dengan KKM 65 jumlah siswa yang telah tuntas : 31
Dari hasil releksi maka team Lesson Study untuk mempersiapkan dan melanjutkan proses pembelajaran berikutnya. Mengingat dalam siklus I menunjukkan adanya kemajuan, maka peneliti berpendapat untuk melanjutkan ke siklus II dengan kegiatan yang sama namun dengan membuat desain LKS yang berbeda dengan LKS siklus I dan dengan indicator yang berbeda..
Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Dalam siklus II ini direncanakan mengambil materi pokok Alat Optik dengan indikator : Menjelaskan cara kerja produk teknologi yang relevan, seperti : mikroskop. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam tahapan perencanaan ini sama seperti pada siklus I yaitu : 1) Pembuatan RPP. 2) Pembuatan Lembar Kegiatan Siswa. 3) Pembuatan kisi-kisis soal evaluasi. 4) Pembuatan soal evaluasi. 5) Pembuatan lem-bar observasi. 6) Pemilihan guru model. 7) Pemilihan petugas perekam gambar pelaksanaan pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan.
Pelaksanaan pembelajaran IPA Fisika dengan rancangan lesson study Siklus II dilaksanakan tanggal 1 Juni 2009.
1) Guru model : (a) Melaksanakan pembelajaran IPA Fisika sesuai dengan RPP-2 yang telah disusun bersama.(b) Memulai pembelajar-an dengan memberikan motivasi pada siswa (c) Membimbing siswa membentuk kelompok (d) Mengarahkan siswa untuk melaksanakan eksperimen seperti yang tertuang dalam LKS-2. (e) Memimpin siswa presentasi dan membuat kesimpulan bersama.(f) Memberikan soal tes untuk mengu- kur tingkat keberhasilan
2) Siswa : (a) Melaksanakan eksperimen sesuai dengan (LKS-2). (b) Mempresentasikan hasil belajar, siswa dari kelompok lain memberikan tanggapannya. (c) Mengerjakan soal evaluasi . 3) Observer : (a) Melakukan pengamatan secara teliti terhadap
interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, dan siswa- ling kungan, dengan menggunakan lembar observasi.(b) Melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pro ses pembelajaran berlangsung, yaitu tentang komentar atau diskusi siswa. (c) Melakukan pencatatan nilai hasil belajar siswa.
c. Tahap Releksi
Dalam tahap releksi siklus II diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Guru model sudah mengkondisikan siswa untuk siap belajar
kemudian pembelajaran baru dimula sesuai dengan rencana. 2) Aktivitas siswa ditunjukkan dengan tabel di bawah ini :
No Aktivitas Siswa Jml Siswa Aktiv
Siklus II 1 Siswa tidak memperhatikan proses
pembelajaran 10%
2.. Siswa mengajukan pertanyaan pada
guru/sesama siswa 50%
3. Siswa menjawab pertanyaan dari
guru atau siswa 42,5%
4 Siswa bekerja sama untuk menye le-
sai kan soal 75 %
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Fisika dengan menggunakan metode pengajaran eksperimen dilengkapi pemberian umpan balik tugas terstruktur pada siklus I ada 24 siswa atau 68,57 % terlampaui dari KKM, ada peningkatan yang optimal 17,14 % dari kondisi awal 51,43 % dan pada siklus II ada 30 siswa atau 85,71 % terlampaui dari KKM, ada peningkatan yang cukup signiikan sebesar 17,14 % dari siklus I. Kesimpulan: Dengan metode pengajaran eksperimen dilengkapi pemberian umpan balik tugas terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar isika materi besaran dan satuan pada siswa kelas VIIG SMP Negeri 15 Surakarta.
Kata kunci : metode pengajaran eksperimen, umpan balik tugas terstruktur, hasil belajar isika.
1. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pebgetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Permendiknas, 2006 :377).
Mata pelajaran Fisika di tingkat SMP merupakan cabang dari IPA, yaitu pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta, fenomena-fenomena alam, hasil pemikiran, dan hasil eksperimen yang dilakukan para ahli. Dalam perkembangannya, Fisika tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, melainkan juga ditandai munculnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, khususnya di kelas yang penulis ampu hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika pada materi besaran dan satuan masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 61 dan masih banyak terlihat siswa yang
132 Prosiding Seminar Nasional