Oleh Sukirno
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Jalan K.H.A.Dahlan 3 Telepon (0275) 321494 Purworejo e-mail: [email protected]
Abstrak:
Masalah umum penelitian ini adalah belum ada model perangkat pem belajaran me nulis dongeng dengan strategi belajar kuantum. Sesuai dengan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model perangkat pembelajaran menulis dongeng de ngan strategi belajar kuantum. Hasil penelitian ini berbentuk buku dan elektronik. Model ber bentuk buku terdiri atas tiga model, yaitu (1) model silabus dan sistem penilaian pem- belajaran menulis dongeng, (2) model bahan ajar pembelajaran menulis dongeng, dan (3) mo del skenario pembelajaran menulis dongeng. Model ber bentuk elektronik berupa satu keping VCD berisi visualisasi materi pelajaran menulis dongeng. Berdasarkan analisis data kualitatif, ketiga model pe rangkat pembelajaran tersebut memiliki keefektifan pada bagian materi pokok, pengalaman belajar, indikator pencapaian, sistem penilaian, dan bagian sumber serta media yang diguna kan. Berdasarkan analisis data kuantitatif diketahui bahwa perbedaan skor tes awal dan tes akhir kemam- puan menulis dongeng dengan strategi belajar kon vensional terdapat per- be daan, tetapi perbedaan itu tidak signiikan (p > 0,005). Sebaliknya, skor tes awal dan tes akhir kemampuan menulis dongeng dengan strategi belajar kuan tum terdapat perbedaan yang signiikan (p < 0,001). Jadi, ketiga model perangkat pembe lajaran tersebut terbukti efektif dan berpengaruh terhadap pening katan kemampuan menulis dongeng.
Kata Kunci : model perangkat pembelajaran, menulis dongeng, strategi belajar kuantum.
204 Prosiding Seminar Nasional
Sudjana.N.(2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiarto. I. (2004). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berikir Holistik dan Kreatif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Suhardjono. (2006). Penelitian Tindakan Kelas sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Bina Aksara.
Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: Bina Aksara.
Teti. R. Mapping Dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Dan Kreatiitas Siswa. Biology Education Study Program FKIP Unpak. Ind
Uzer. Moh Usman. (2003). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wartono. W, Raharjo. M. (2004). Materi Integrasi Sains. Jakarta : Depdiknas.
Winskle. WS.(1993). Psikologi Pengajaran, FKIP. Sanata Darma Yogyakarta. Jakarta : Grasindo
Wiriaatmadja. R (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zuriah. N. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori- Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
53 Penggunaan Gap Analisis untuk Menentukan Profesionalitas Analysis kesenjangan menjadi salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan; Bahkan juga dapat digunakan untuk menge- valuasi kinerja penyedia layanan yang paling sering digunakan di Amerika Serikat; Analisis kesenjangan bertumpu pada evaluasi diri dan obser vasi sekolah untuk mendapatkan gambaran bagaimana kondisi dan kenyataan di SD penyelenggara MBS, khususnya PAKEM dengan meng gunakan Standar MBS.
Setelah dilakukan analisis kesenjangan, ternyata tingkat profesionalitas guru SD masih rendah, adanya kesenjangan, (yang sangat tinggi 90% dari indikator Guru dan Pembelajaran). Rendahnya kualitas professional guru ber- dampak pada rendahnya prestasi belajar siswa (mencapai skor kesenjangan yang tinggi, 80%). Kondisi seperti itu terjadi karena berbagai faktor, baik faktor internal SD yang bersangkutan maupun faktor eksternal. Semua ihak ter panggil untuk mencari solusi demi perbaikan mutu pendidikan SD.
Pendahuluan
Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan nasional telah dilaku- kan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompe tensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasa rana pen didikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Secara opera sional, kebijakan desentralisasi dimulai pada 1 Januari 2001, diawali dengan pelim- pahan sebagian besar kewenangan pemerintah pusat kepada peme rintah daerah kabupaten dan kota yang membawa konsekuensi adanya restruk- turisasi kelembagaan pemerintahan, termasuk bidang pendidikan. Sejak itu Sekolah mulai menerapkan model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Implementasi MBS memiliki tujuan (Ditjen Dikdasmen, 2001; Satori, et. al., 2001) sebagai berikut: (a) meningkatkan mutu pendidikan melalui keman dirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia; (b) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyeleng garakan pendidikan melalui pengambilan kepu tusan bersama; (c) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah dan pemerintah tentang mutu sekolah; dan (d) meningkatkan kompetisi yang sehat antar-sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.
Namun sampai setelah 4 tahun berjalan, mutu pendidikan belum menun jukkan peningkatan yang berarti. Pelaksanaan MBS dipandang belum maksimal. Hasil riset ICW (2004) di DKI Jakarta menghasilkan temuan diantaranya adalah: Implementasi MBS masih top down, dan Kebijakan MBS masih belum dipahami secara baik (guru maupun masyarakat). Hasil riset yang dilaksanakan di DKI Jakarta tersebut menunjukkan bahwa komponen- komponen MBS yang meliputi: Manajemen dan SDM belum terlaksana seperti yang diharapkan. Tentu saja, selain karena cakupan wilayahnya yang berbeda, dan rentang waktu pelaksanaanya yang berbeda, juga terdapat satu komponen MBS yang belum dikaji pada riset tersebut, yaitu komponen Proses Belajar Mengajar. Bagaimana setelah 10 tahun berjalan di Salatiga?
Tujuan kegiatan analisis kesenjangan ini adalah untuk menentukan tingkat profesionalitas guru dan dampaknya terhadap prestasi belajar siswa SD khususnya SD pelaksana MBS Kota Salatiga. Hasil analisis ini bermanfaat dalam pengembangan profesi guru atas dasar perbandingan kondisi ideal dan kenyataan yang ada, faktor pendukung dan penghampat, serta perlunya pemberdayaan guru di lingkungan SD dan stakeholder yang akan terlibat.
Guru Profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mengor- ganisasikan lingkungan belajar yang produktif. Kata “profesi” secara terminologi diartikan suatu pekerjaan yang mempersyarat kan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan peker jaan manual. Kamampuan mental yang dimaksudkan di sini adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.
Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional. Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualiikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis. Peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis ini harus sejalan dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai guru. Dalam UU No. 14 tahun 2005, kata profesional diartikan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang
Daftar Pustaka
Anonim, (2011), Teaching Mind-mapping, tersedia : htp://www. brainboxx.co.uk/a3_aspects/pages/mindmap_teach.htm, diakses tanggal : 26 juni 2011
Aqib. Z. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arikunto. S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Baharudin. T. (1999). Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen. Manusia. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Buzan. T.( 2004). Mind Map: Untuk meningkatkan Kreativitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik. O. (2003). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat. N. (2004). Meningkatkan Energi Belajar Melalui Belajar kuantum (Quantum Learning). Jakarta: Rineka Cipta.
Jensen. E dan Karen M. (2002). Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Bandung : Kaifa.
Makmun. A. S. (2000). Psikologi Kependidikan Remaja. Jakarta : Rosda Karya.
Porter. De Bobbi dan Hernacki.(1999). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa.
Porter. De Bobbi, Reandon, M., Singer S., Nourie. (2000). Quantum Teaching. Bandung : Kaifa.
Pribadi, A. dan Tri S., (2004), Sains Biologi, Jakarta : Yudistira
Sagala. S.( 2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sardiman A.M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Graindo Persada.
202 Prosiding Seminar Nasional
lebih semangat belajar. Siswa lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran dan mengerjakan soal post-test yang diberikan peneliti. Penelitian dengan meng gunakan strategi Mind Map menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar baik dari aspek kognitif maupun dari aspek afektif karena dalam pem belajaran, siswa terlibat aktif melalui percobaan dengan cara yang sangat menyenangkan yaitu Mind Map, dan mengemukakan ide atau gaga- sannya. Siswa membuat Mind Map secara kelompok dahulu, sehingga siswa dapat memahami aplikasi pencatatan Mind Map. Tingginya nilai rata- rata pada model pembelajaran Mind Map disebabkan karena pada proses pem belajaran siswa tidak lagi dijadikan obyek melainkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dari proses pembelajaran tersebut siswa mendapatkan pengalaman belajar sesuai dengan kajian ilmu pengetahuan yang dipelajarinya secara optimal.
Berdasarkan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan model pem- belajaran dengan penerapan Mind map, siswa mengalami peningkatan baik dari aspek kognitif maupun aspek kreativitas. Pada setiap siklus terjadi per- tum buhkan kreatiitas siswa, pengingatan siswa lebih tajam.. Kelemahan strategi Mind Map adalah catatan Mind Map hanya dapat dibaca oleh pembuatnya sendiri.