• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.4 Metode Penelitian .1 Pengumpulan data

Metode pengumpulan data mengacu kepada pendapat Miles, Huberman, dan Saldana, (2014). Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari rekaman proses sidang pengadilan di MKRI. Dokumen tertulis terkait dengan teks UU ITE dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016. Data rekaman proses sidang

pengadilan terdiri dari delapan kali sidang dikumpulkan dalam bentuk video dan data rekaman percakapan “papa minta saham”.

Dokumen teks gugatan UU ITE ditranskripsi kembali kemudian dilakukan langkah-langkah selanjutnya seperti berikut ini:

(1) Membuat kode dan tema dari dokumen. Pada langkah ini data transkripsi rekaman proses sidang pengadilan diberi tema berdasarkan tanggal sidang pengadilan. Contoh sidang panel perkara No.20/PUU-XIV/2016 pengujian UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) serta pasal 44 huruf b (hari Rabu, tanggal 24 Pebruari tahun 2016) dengan tema pemerikasaan pendahuluan diberi kode SP I dan seterusnya sampai SP VIII. Teks UU ITE dan putusan perkara No. 20/PUU-XIV/2016 ditranskripsi masing-masing berdasarkan struktur tubuh teks;

(2) Memilah dan menempatkan data yang telah diberi kode pada kategori yang sama. Pada langkah ini data transkripsi rekaman proses sidang pengadilan mulai dari SP I sampai dengan SP VIII diklasifikasi sesuai dengan bahasa forensik sumber sikap, pemosisian, dan graduasi. Teks UU ITE, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016 juga diklasifikasi berdasarkan sumber sikap, pemosisian, dan graduasi. Masalah kedua, transkripsi pasal 5 ayat (1), (2), (3), (4), dan pasal 44 huruf b diidentifikasi tanda berdasarkan analisis triadik Peirce dan makna semiotik forensik;

(3) Memisahkan atau mengasingkan kategori-kategori tersebut dari data yang akan dikumpulkan. Mengasingkan dan menandai transkripsi

proses sidang pengadilan, teks UU ITE, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016 yang sudah diklasifikasi atau dikategorisasi sebagai persiapan pengumpulan data secara menyeluruh. Sebagai contoh bahasa forensik subsistem sikap akan dipisah dengan pemosisan dan graduasi. Sikap terdiri atas unsur afek, penilaian, dan apresiasi. Afek terdiri atas unsur keamanan, keamanan-amanah, kepuasan-kesenangan, dst. Penilaian terdiri atas unsur penghargaan sosial dan sanksi sosial. Apresiasi terdiri atas unsur kualitas, keseimbangan, kompleksitas, dan valuasi. Data semiotik forensik pada tahap ini ditandai dengan memilah ikon, indeks, dan simbol untuk memperoleh interpretasi makna semiotik forensik;

(4) Memberi keterangan singkat pada data temuan pola bahasa dan aspek linguistik forensik sumber sikap, pemosisian, dan graduasi. Pada tahap ini ditemukan pola bahasa dan aspek linguistik forensik dengan sumber sikap, pemosisian, dan graduasi. Pola bahasa dan aspek linguistik forensik ditemukan dari dominasi apraisal. Dari pola bahasa dan diinterpretasi kecenderungan atau faktor penyebab terbentuknya pola bahasa dalam gugatan UU ITE. Dari pasal yang digugat oleh SN ditemukan tanda semiotik forensik. Temuan identifikasi tanda menjadi semiosis interpretasi makna semiotik forensik dalam gugatan UU ITE.

3.4.2 Analisis data

Proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data dilakukan. Proses analisis data ditelaah dari seluruh data yang tersedia yaitu dari transkripsi teks UU ITE, rekaman proses sidang pengadilan, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016.

Untuk menjawab rumusan masalah, analisis data penelitian ini mengacu kepada pendapat Miles, Huberman, dan Saldana (2014). Analisis data (data analysis) terdiri atas tiga subproses yang saling terkait berikut ini.

a. Memilah data (data condensation)

Memilah data (data condensation) merupakan tahap seleksi, fokus, penyederhanaan, abstraksi dan proses transformasi data. Kondensasi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, menyederhanakan, fokus, seleksi data, dan pengaturan data sedemikian rupa sehingga dapat diverifikasi dan disimpulkan (Miles, Huberman, dan Saldana, 2014:8).

Data dalam penelitian ini terdiri atas data lisan dan data tulis. Data teks UU ITE, rekaman proses sidang pengadilan, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016 dianalisis dengan memilah data (data condensation) dengan tahapan berikut ini.

(1) Seleksi yaitu proses menyeleksi data seluruh teks UU ITE, seluruh rekaman proses sidang pengadilan, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016. Teks dibaca secara cermat dan hati-hati kemudian dianalisis. Dari hasil seleksi tersebut, temuan pola bahasa dan aspek linguistik forensik baik leksis, frasa, dan klausa teks UU ITE, proses sidang pengadilan, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016 dikumpulkan dan ditandai atau diklasifikasi untuk proses selanjutnya;

(2) Fokus yaitu proses memfokuskan analisis data pada teks UU ITE, proses sidang pengadilan, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016 yang mengandung pola bahasa dan aspek linguistik forensik perspektif apraisal dan makna semiotik forensik;

(3) Penyederhanaan yaitu menyederhanakan data bahasa forensik. Dalam proses menyederhanakan data temuan, data forensik diklasifikasi berdasarkan sumber sikap, pemosisin, dan graduasi. Kemudian penyederhanaan data semiotik berdasarkan pasal;

(4) Abstraksi dan transformasi yaitu mencatat seluruh hasil temuan pola bahasa, aspek linguistik forensik, dan interpretasi makna semiotik forensik dari transkripsi teks UU ITE, proses sidang pengadilan, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016 secara cermat dan mengorganisasikan (menata) semua hasil temuan pola bahasa, aspek linguistik forensik, makna semiotik forensik, dan faktor penyebab terbentuk pola bahasa dan makna forensik teks UU ITE, proses sidang pengadilan, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016.

Sebelum menampilkan hasil temuan, terlebih dahulu diberikan contoh-contoh analisis di setiap bagian. Kemudian, setiap hasil temuan ditampilkan dalam tabel yang menunjukkan jumlah dan persentase termasuk jumlah totalnya.

Kemudian besar kecilnya dijadikan dominasi bahasa sumber sikap, pemosisian, dan graduasi.

b. Penyajian data (data display)

Penyajian data merupakan data yang sudah diverifikasi, kondensasi, dan disimpulkan. Penyajian data dilakukan untuk memudahkan peneliti menarik

simpulan tentang data yang sudah dianalisis. Data display dalam penelitian ini adalah tampilan data tentang pola bahasa perspektif apraisal, aspek linguistik forensik, semiotik forensik, dan faktor penyebab pola bahasa dan semiotik forensik.

c. Menarik simpulan atau verifikasi (conclusion drawing and verification) Simpulan analisis data pada penelitian ini adalah menganalisis pola bahasa, aspek linguistik forensik, semiotik forensik, dan faktor penyebab pola bahasa dan semiotik forensik. Analisis data juga didasarkan pada teori yang mengemukakan bahwa analisis data dengan ciri kualitatif dilakukan melalui proses sintesis, pencarian pola-pola, dan penemuan makna (Bogdan dan Biklen, 1998).

Dominasi perolehan sumber apraisal digunakan untuk menjajaki, memerikan dan menjelaskan bagaimana bahasa digunakan untuk mengevaluasi, menunjukkan sikap mental, menyusun persona tekstual dan mengelola sikap dan hubungan antarpribadi. Hasil dominasi juga menjajaki bagaimana penutur dan penulis menyampaikan penilaian tentang orang pada umumnya, penulis/penutur lainnya, dan ucapan-ucapannya, objek material, peristiwa dan keadaan, sehingga membentuk aliansi dengan orang-orang yang sama-sama memiliki pandangan ini dan memasang jarak dengan orang-orang yang berpandangan berbeda.

Hasil temuan makna semiotik forensik diuraikan dari setiap pasal 5 ayat (1), (2), dan pasal 44 huruf b serta deskripsi pihak-pihak yang hadir dalam proses sidang pengadilan. Hasil temuan makna semiotik forensik dianalisis secara semiotik Pierce.

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Seiddel (1998) dalam Moleong (2006: 248), proses penganalisisan data berjalan sebagai berikut: (1) mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah mengklasifikasikan, mensintesiskan, dan membuat indeksnya, (3) berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari, dan menemukan bentuk pola bahasa dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

Bahasa forensik gugatan UU ITE dengan parameter kategori apraisal, data yang dianalisis dan didistribusikan dan dinterpretasikan untuk melihat status dan tipe kategori semantik dan gramatikal yang muncul sesuai dengan konteks berdasarkan sistem apraisal. Konteks berpengaruh pada makna evaluatif karena kajian evaluatif berkaitan dengan ruang yang melibatkan makna harfiah, figuratif, dan fungsional. Analisis makna semiotik forensik setiap data gugatan UU ITE diperoleh dari pasal yang disidangkan, teks pasal UU ITE diidentifikasi dan diinterpretasi dari perspektif semiotik.

Berikut contoh analisis yang digunakan dalam penelitian ini terkait dengan pola bahasa perspektif apraisal.

(17) Tafsir Mahkamah Konstitusi terhadap konstitusionalitas yang terdapat dalam ayat atau pasal merupakan tafsir satu-satunya yang mempuyai kekuatan hukum sehingga terdapat dalam ayat pasal atau bagian UU yang memiliki makna ambigu tidak jelas atau multitafsir dapat pula dimintakan penafsirannya kepada mahkamah konstitusi.

(DL SP I 21)

(sikap>penilaian>sanksi sosial>kapasitas>positif) (sikap>apresiasi>kompleksitas>negatif)

(sikap>apresiasi>kompleksitas>negatif) (sikap>apresiasi>kompleksitas>negatif)

(pemosisian>heteroglos>intravokalisasi>terbuka>modalitas)

Berdasarkan contoh di atas, secara apraisal dapat dijelaskan bahwa dalam klausa tersebut terdapat leksis kekuatan, ambigu, tidak jelas, multitafsir, dan dapat dicetak tebal dengan keterangan bahwa leksis yang bercetak tebal adalah bahasa evaluatif dan diberi penomoran dalam analisis sumber apraisal.

Contoh analisis semiotik forensik dengan triadik dalam pasal 5 ayat (1) gugatan UU ITE berikut ini.

Pasal 5

(18) [1] Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

Segitiga makna atau triadik memiliki tiga titik inti yaitu Representamen (R), Objek (O), dan Interpretan (I). Dari segitiga makna atau triadik di atas diinterpretasi makna semiotik forensik.

3.4.3 Penyajian hasil analisis data

Validitas analisis harus didukung sepenuhnya dengan penyajian data yang cukup terfokus sehingga seluruh data dapat diamati di satu lokasi tertentu dan secara sistematis disusun untuk menjawab pertanyaan penelitian yang sedang dihadapi. Penyajian hasil analisis data menggunakan dua metode, yaitu metode yang bersifat informal dan metode formal (Sudaryanto, 1993:145; Mahsun, 2005:

116).

Metode jenis pertama dilakukan dengan leksis dan klausa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis. Metode kedua perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang. Tanda-tanda yang dimaksud yaitu tanda

tambah (+), tanda kurang (-), tanda kurung biasa (( )), tanda diikuti oleh (>), tanda inti/superior (^), tanda kurung siku [ ] dan seterusnya.

Dalam penyajian data ditetapkan teori dan metode penganalisisan data sebagaimana ditetapkan dalam subbab landasan teori. Cara yang dirancang dalam penyajian hasil analisis data adalah sebagi berikut:

(1) Dengan menyeleksi hasil analisis ke dalam klausa dan leksis kemudian dilakukan seleksi sumber sikap, pemosisian, dan graduasi.

Berdasarkan hasil analisis sumber apraisal data bahasa dan aspek linguistik forensik dipolakan dan diinterpretasi kecenderungan bahasa evaluatif dalam bahasa forensik gugatan UU ITE;

(2) Mengidentifikasi tanda yang muncul dari pasal 5 ayat (1), (2), dan pasal 44 huruf b dan menginterpretasi makna semiotik forensik;

(3) Dari hasil pola bahasa dan aspek linguistik forensik serta dominasi perolehan sumber apraisal sikap, pemosisian, dan graduasi dideskripsi faktor penyebab terbentuknya pola bahasa gugatan UU ITE.

Selanjutnya dalam bab yang sama dideskripsi faktor penyebab interpretasi makna semiotik forensik dalam gugatan UU ITE.

Saat penyajian hasil analisis nomor dihilangkan dan diberi lambang yang digunakan untuk mengapit keterangan sumber sikap, pemosisian, dan graduasi.

Hasil analisis direkapitulasi berdasarkan sumber dan disajikan dalam bentuk tabel dan model. Hasil rekapitulasi menjadi dominasi untuk menemukan pola bahasa produk dan menginterpretasi kecenderungan-kecenderungan pesan dan makna yang terdapat dalam gugatan UU ITE.

Dokumen terkait