• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Bahasa dalam Gugatan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

BAB IV PAPARAN DATA

DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

5.2 Pola Bahasa dalam Gugatan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

Sistem dalam gugatan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik berkenaan dengan wilayah makna yang merujuk pada sikap, pemosisian, dan graduasi. Kerangka apraisal terdiri dari tiga subsistem yang

Gambar 5.1 Jaringan sistem (network system) gugatan UU ITE

Sistem sikap menunjukkan bagaimanakah sikap penutur atau penulis dalam menyampaikan pesannya kepada para pendengar dan pembaca baik melalui teks UU ITE, proses sidang pengadilan, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016.

Subsistem apraisal sikap terdiri atas afek, penilaian, dan apresiasi memiliki turunan kajian yang bervariasi. Secara keseluruhan teks UU ITE, proses sidang pengadilan, dan putusan gugatan perkara No. 20/PUU-XIV/2016 terangkum dalam diagram sistem dan subsistem apraisal sikap berikut ini.

Gambar 5.2 Sikap dalam Gugatan UU ITE

Dari diagram di atas sikap dalam gugatan UU ITE didominasi oleh unsur penilaian dari ketiga teks. Hal tersebut menggambarkan gugatan UU ITE merupakan wilayah makna yang merujuk pada sikap pembuat, perumus, dan pihak-pihak yang hadir dalam proses sidang pengadilan gugatan UU ITE berorientasi pada penghargaan sosial dan sanksi sosial.

Sistem pemosisian berkaitan dengan siapa yang membuat evaluasi di dalam teks UU ITE, proses sidang pengadilan, dan putusan gugatan. Kerangka orientasi dari pemosisian ini lebih mengacu pada makna dalam konteks dialog dan

51,8

Sikap dalam Gugatan UU ITE Perkara No. 20/PUU-XIV/2016 UU ITE SP Putusan No.20/PUU-XIV/2016

juga mengacu pada efek retorik dalam gugatan UU ITE. Secara keseluruhan teks UU ITE, proses sidang pengadilan, dan putusan No. 20/PUU-XIV/2016 terangkum dalam diagram sistem dan subsistem apraisal pemosisian berikut ini.

Gambar 5.3 Pemosisian dalam Gugatan UU ITE

Pemosisian dalam gugatan UU ITE didominasi oleh unsur penyangkalan dan modalitas. Hal ini menggambarkan bahwa ketiga teks menggunakan sumber daya bahasa untuk memposisikan suara pembuat, perumus, dan pihak-pihak yang hadir dalam proses sidang pengadilan sebagai sesuatu yang ganjil atau penolakan, beberapa posisi yang berlawanan berkaitan dengan proposisi dan proposal yang terdapat dalam bahasa teks UU ITE, putusan, dan proses sidang pengadilan.

Modalitas menggambarkan pembuat, perumus, dan pihak-pihak yang hadir dalam proses sidang pengadilan menggunakan bahasa untuk merealisasikan dan menyatakan sikap, pandangan, pertimbangan, dan keinginan.

Sistem graduasi berkaitan dengan penggunaan fungsi bahasa menguatkan atau melemahkan sikap dan pemosisian yang dihubungkan oleh teks gugatan UU ITE. Secara keseluruhan teks UU ITE, proses sidang pengadilan, dan putusan No.

20/PUU-XIV/2016 terangkum dalam diagram sistem dan subsistem apraisal graduasi berikut ini.

Gambar 5.4 Graduasi dalam Gugatan UU ITE

Secara keseluruhan graduasi dalam gugatan UU ITE didominasi oleh unsur waktu. Unsur metafora didominasi oleh putusan No. 20/PUU-XIV/2016.

Hal ini menggambarkan bahwa dalam gugatan UU ITE, waktu digunakan sebagai pengukuran ketentuan pidana dan rujukan terhadap undang-undang. Metafora dalam putusan menggambarkan atau melibatkan perubahan UU ITE berdasarkan keadaan.

5.2.1 Pola bahasa dalam UU ITE

Dari hasil analisis ditemukan pola bahasa teks UU ITE Sikap ^ Pemosisian ^ Graduasi seperti jaringan sistem berikut ini.

Gambar 5.5 Jaringan sistem (network system) UU ITE

5.2.1.1 Sikap dalam UU ITE

Dari hasil analisis sikap dalam teks UU ITE terbentuk pola Penilaian ^ Afek ^ Apresiasi. Dari sistem tersebut menunjukkan teks UU ITE memiliki wilayah makna yang merujuk pada sikap pemerintah yang menggambarkan bagaimana masyarakat harus mematuhi norma yang berlaku dalam UU ITE dan sanksi yang akan muncul jika terbukti melanggar UU ITE.

Sikap dalam teks UU ITE dapat dilihat dari contoh berikut ini.

(19) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA menimbang bahwa pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap terhadap berbagai dinamika yang terjadi di masyarakat. (DT UU ITE 2008 1) (sikap> penilaian>sanksi sosial>proprietas>positif)

(sikap>afek>ketidakamanan>kegelisahan>negatif)

(20) Bahwa globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan informasi dan transaksi elektronik di tingkat nasional sehingga pembangunan teknologi informasi dapat dilakukan secara optimal, merata, dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa. (DT UU ITE 2008 3)

(sikap>afek>irealis>keinginan>positif) (sikap>afresiasi>kualitas>positif) (sikap>afresiasi>keseimbangan>positif) (sikap>afresiasi>keseimbangan>positif)

Secara apraisal leksis Esa, dinamika, mengharuskan, optimal, merata, dan menyebar adalah leksis bahasa evaluatif yang merupakan sumber daya mengungkapkan keadaan. Leksis Esa memiliki makna „satu‟ merupakan sumber sikap unsur proprietas/etika bermakna positif. Frasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ditulis dengan menggunakan huruf kapital memiliki makna untuk menegaskan bahwa UU ITE mencerminkan Indonesia dengan keberagaman menjadi „satu‟ di mata hukum dalam menegakkan keadilan sebagai wujud

perdamaian. Leksis dinamika merupakan sumber daya yang menunjukkan perasaan ketidakamanan atau kegelisahan bermakna negatif. Kegelisahan pemerintah akan perkembangan teknologi sehingga mengharuskan untuk diterbitkannya UU ITE sebagai salah satu norma hukum dalam masyarakat.

Leksis mengharuskan merupakan unsur irealis atau keinginan bermakna positif. Leksis mengharuskan merupakan keadaan meliputi maksud dan tujuan atau reaksi yang berhubungan dengan stimulus yang irialis. Ketiga leksis optimal, merata, dan menyebar adalah sumber apraisal sikap yang merupakan unsur apresiasi. Leksis optimal, merata, dan menyebar merupakan wilayah makna yang merujuk evaluasi terhadap pengelolaan teknologi informasi. Leksis optimal merupakan reaksi kualitas bermakna positif. Leksis merata dan menyebar merupakan komposisi keseimbagan yang bermakna positif.

Dari tabel sikap UU ITE tahun 2008 terbentuk sumber sikap Penilaian ^ Afek ^ Apresiasi. Penilaian mendominasi sumber sikap dalam teks UU ITE dengan jumlah 51,80%, diikuti afek dengan jumlah 25,60%, dan terkecil diperoleh apresiasi dengan jumlah 22,60%. Dari hasil analisis ketiga komponen di atas ditemukan bahwa teks UU ITE memiliki tipologi sikap dari penulis UU ITE yang sesungguhnya seperti gambar berikut ini.

Gambar 5.6 Tipologi sikap dalam teks UU ITE

Dari gambar di atas dapat disimpulkan sikap dalam teks UU ITE didominasi unsur penilaian yang terdiri atas dua kategori yang berorientasi pada penghargaan sosial dan sanksi sosial. Kerangka kerja apraisal dalam parameter sikap unsur penilaian dalam teks UU ITE terdiri atas unsur penilaian penghargaan sosial bermakna kapasitas dan tenasitas. Penilaian saksi sosial bermakna verasitas dan proprietas.

Afek terdiri atas dua subkategori makna positif dan negatif. Afek teks UU ITE tersebut terdiri dari afek unsur irialis (hasrat)-keinginan, ketidakamanan-kegelisahan, kepercayaan, dan ketidakpuasan-ketidaksenangan. Apresiasi dalam teks UU ITE dibagi kedalam reaksi, komposisi, dan valuasi. Reaksi dalam teks bermakna dampak dan kualitas, komposisi bermakna keseimbangan, dan valuasi.

Ketiga unsur teks UU ITE di atas akan diuraikan secara rinci berikut ini.

a. Penilaian dalam teks UU ITE

Penilaian dalam teks UU ITE merupakan wilayah makna yang merujuk pada sikap unsur proprietas/etika bermakna negatif dengan jumlah 71,80%. Dari persentase penilaian pada UU ITE tergambar sumber sikap didominasi oleh proprietas/etika bermakna negatif sebanyak 71,80%. Hal ini menggambarkan UU ITE merupakan wilayah makna yang merujuk pada sikap dan norma yang mengatur bagaimana pengguna teknologi informasi harus berprilaku. Penilaian dalam UU ITE terbagi atas dua kategori yaitu yang berhubungan dengan penghargaan sosial dan sanksi sosial. Akan tetapi, penilaian yang didominasi UU ITE adalah penilaian dalam kategori sanksi sosial.

Persentase perolehan penilaian berikutnya diikuti oleh proprietas/etika bermakna positif dengan jumlah 8,20%. Hal ini menggambarkan penilaian sanksi sosial bagaimana etika dalam menggunakan teknologi informasi dan penilaian penghargaan sosial bagaimana tegasnya hukum dalam menjalankan keadilan demi perdamaian. Ketiga verasitas/kebenaran bernilai positif dengan jumlah 7,00%.

Dari ketiga sumber tersebut penilaian dalam teks UU ITE memiliki wilayah makna yang merujuk pada sikap penulis terhadap sesuatu yang dibutuhkan masyarakat dalam menggunakan teknologi informasi. Lebih jelasnya lihat contoh sumber daya penilaian dalam teks UU ITE sebagai berikut.

(21) Bahwa pemanfaatan teknologi informasi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. (DT UU ITE 2008 6)

(sikap>penilaian>penghargaan sosial>tenasitas>positif)

(22) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman. (DT UU ITE 2008 128)

(sikap>penilaian>sanksi sosial>proprietas/ etika>negatif)

Leksis penting merupakan wilayah makna yang merujuk pada sikap terhadap pentingnya pemanfaatan teknologi informasi. Leksis penting merupakan penghargaan sosial bermakna tenasitas bernilai positif akan tegasnya kemanfaatan teknologi informasi dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional.

Contoh di atas merupakan pasal 27 ayat 4 yang terdapat pada Bab VII mengenai perbuatan yang dilarang. Leksis pemerasan dan pengancaman bermakna negatif.

Kedua leksis merupakan sanksi sosial bermakna proprietas/etika yang akan dikenakan jika melanggar hukum sesuai dengan yang tertera pada pasal 27 ayat 4.

Leksis penilaian bermakna positif antara lain kekuatan, memberikan, mengaudit, mengeluarkan, andal, berkewajiban, penting, mengambil alih, akurat, benar, dipercaya, jelas, kebenaran, baik, esa, keadilan, terlibat dan melakukan.

Makna negatif apraisal sikap penilaian antara lain bohong, menyesatkan, bobolnya, dibobol, eksploitasi, intersepsi, kesalahan, kelalaian, kebencian, kesusilaan, perjudian, penghinaan, pencemaran nama baik, permusuhan, perbuatan, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengerusakan, penyalahgunaan, menyebarkan, memaksa, melanggar, menerobos, melampaui, menjebol, mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan, memfasilitasi, manipulasi, mengganggu, melakukan, dan menyimpang. Unsur penilaian UU ITE secara umum dapat dibagi dalam dua kategori yaitu yang berhubungan dengan penghargaan sosial dan yang berorientasi kepada sanksi sosial yang terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.1 Penilaian dalam teks UU ITE Penghargaan Sosial Positif Negatif

kapasitas kekuatan,

proprietas/etika baik, esa, keadilan, terlibat penghargaan sosial kapasitas atau kemampuan bernilai positif memiliki leksis kekuatan, memberikan, mengaudit, dan mengeluarkan. Keempat leksis kapasitas tersebut menggambarkan kapasitas UU ITE sebagai payung hukum bagi masyarakat pengguna teknologi informasi. Unsur berikutnya tenasitas/kegigihan

dalam UU ITE memiliki leksis andal, berkewajiban, penting, dan mengambil alih bernilai positif. Leksis tenasitas/kegigihan tersebut merupakan penilaian sikap terhadap ketegasan isi teks UU ITE.

Dari tabel penilaian-sanksi sosial dalam teks UU ITE di atas dapat digambarkan teks UU ITE memiliki verasitas/kebenaran dengan leksis akurat, benar, dipercaya, kebenaran, dan jelas bermakna positif. Unsur verasitas bermakna negatif bohong dan menyesatkan. Unsur proprietas dengan leksis baik, esa, keadilan, terlibat, dan melakukan bermakna positif dan proprietas bermakna negatif dengan leksis bobolnya, dibobol, eksploitasi, intersepsi, kesalahan, kelalaian, kebencian, kesusilaan, perjudian, penghinaan, pencemaran nama baik, permusuhan, perbuatan, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengerusakan, penyalahgunaan, menyebarkan, memaksa, melanggar, menerobos, melampaui, menjebol, mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan, memfasilitasi, manipulasi, mengganggu, melakukan, dan menyimpang.

b. Afek dalam teks UU ITE

Dari hasil analisis unsur afek dalam UU ITE didominasi oleh unsur kepercayaan sebanyak 30,96%. Dari persentase tersebut menyimpulkan harapan pemerintah untuk memberi pelindungan hukum kepada masyarakat sebagai nilai yang positif. Dari persentase afek dapat digambarkan secara umum sumber sikap paling dominan adalah kepercayaan dengan jumlah 30,96%. Kedua diikuti oleh sumber sikap dengan unsur kecenderungan merasa takut dengan jumlah 16,66%.

Ketiga unsur keamanan dan ketidakamanan dengan jumlah 14,28%. Dari jumlah

melidungi hak-hak masyarakat. Sebagai contoh kalimat yang menggambarkan unsur afek teks UU ITE adalah sebagai berikut.

(23) Bahwa pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap terhadap berbagai dinamika yang terjadi di masyarakat. (DT UU ITE 2008 2)

(sikap>afek>ketidakamanan>kegelisahan>negatif)

(24) Bahwa perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah memengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru.

(DT UU ITE 2008 4)

(sikap>afek>keamanan>kepercayaan>positif)

(25) Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(DT UU ITE 2008 36)

(sikap>afek>keamanan>yakin>positif)

(sikap>afek>ketidakamanan>kegelisahan>positif)

Dari contoh di atas, leksis dinamika merupakan leksis afek yang bermakna negatif. Leksis dinamika merupakan jenis ketidakamanan unsur gelisah. Kategori ini sesuai dengan makna dinamika yaitu kegelisahan pemerintah akan gerak masyarakat yang menimbulkan perubahan atau dampak dari teknologi yang terus berkembang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat.

Pemerintah harus tanggap atas segala kejadian yang terjadi. Sebagai salah satu upaya pembangunan nasional yang harus terus berkelanjutan dan berkembang sehingga UU ITE diterapkan sebagai salah satu norma untuk mengatur penggunaan teknologi informasi dan elektronik secara benar.

Leksis menyebabkan merupakan leksis afek unsur kepercayaan berdasarkan konteksnya bermakna positif. Leksis menyebabkan dalam kalimat tersebut bermakna kearah dampak dari perkembangan teknologi yang mengakibatkan perubahan kehidupan manusia dalam berbagai bidang.

Leksis memengaruhi merupakan unsur kepercayaan yang bermakna positif. Leksis memengaruhi secara langsung membutuhkan bentuk-bentuk perbuatan hukum baru sebagai perlindungan hukum dan norma bagi pengguna media teknologi informasi. Untuk mengembangkan, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat UU ITE dibutuhkan sebagai payung hukum perlindungan masyarakat dalam menggunakan teknologi.

Dari segi polaritasnya, afek memiliki dua subkategori yaitu positif dan negatif. Afek digunakan untuk mengekspresikan emosi dan perasaan. Leksis yang bermakna positif dalam kategori sumber afek teks UU ITE antara lain aman, dibuat, dikuasakan, diberi wewenang, kuasa, memercayai, memberikan, membuka, meningkatkan, menyebabkan, menangani, mengembangkan, meminta bantuan ahli, pengamanan, penyidikan, mewujudkan, melindungi, kebasan dan perlindungan. Dalam menyampaikan perasaan dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam UU ITE unsur irealis kecenderungan/ketidakcenderungan direalisasikan oleh arus (prilaku).

Tabel 5.2 Afek dalam teks UU ITE Kecendrungan/

Ketidakcenderungan Arus (Perilaku) Watak hasrat/keinginan mengharuskan, menawarkan -

takut ancaman, diancam

keamanan kebebasan, perlindungan - - kepercayaan aman, dibuat, dikuasakan,

diberi wewenang, kuasa,

ketidaksenangan perselisihan, diperselisihkan -

Unsur realis kecenderungan/ketidakcenderungan bermakna hasrat keinginan merupakan arus (prilaku) terdapat pada leksis mengharuskan dan menawarkan merupakan reaksi terhadap stimulus yang ada atau yang lampau.

Kecenderungan/ketidakcenderungan bermakna takut merupakan arus (prilaku) terdapat pada leksis ancaman, diancam kehati-hatian, menakut-nakuti, dan pengancaman. Agar lebih jelas mengenai irealis lihat contoh berikut.

(26) Bahwa globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan informasi dan transaksi elektronik di tingkat nasional sehingga pembangunan teknologi informasi dapat dilakukan secara optimal, merata, dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa. (DT UU ITE 2008 3)

(sikap>afek>realis>keinginan>positif)

Dari contoh teks konsiderans di atas terdapat leksis mengharuskan yang merupakan leksis realis. Leksis tersebut memiliki makna hasrat atau keinginan untuk dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan transaksi elektronik karena reaksi terhadap stimulus yang sedang berlangsung atau yang sudah terjadi. Hal ini sekaitan dengan variabel keamanan/ketidakamanan meliputi keadaan yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan ekososial-kecemasan, ketakutan percaya diri dan kepercayaan.

Unsur keamanan/ketidakamanan dalam teks UU ITE memiliki tiga unsur yang merupakan arus (prilaku). Unsur tersebut antara lain (1) ketidakamanan-kegelisahan yang memiliki leksis dinamika. Leksis tersebut berhubungan dengan masalah keadaan ekososial pengguna teknologi informasi meliputi kegelisahan, kecemasan, ketakutan akan masalah yang akan muncul sehingga perlu adanya meningkatkan perlindungan terhadap pengguna teknologi informasi. (2) keamanan dengan leksis kebebasan dan perlindungan. Leksis keamanan tersebut meliputi perasaan damai dan kecemasan yang berhubungan dengan lingkungan (masyarakat) pengguna teknologi informasi. (3) kepercayaan dengan leksis aman, dibuat, dikuasakan, diberi wewenang, kuasa, memercayai, memberikan, membuka, meningkatkan, menyebabkan, menangani, mengembangkan, meminta bantuan ahli, pengamanan, penyidikan, mewujudkan, melindungi. Leksis keamanan-kepercayaan merupakan leksis yang meliputi keadaan damai dan kecemasan yang berhubungan dengan UU ITE.

Unsur kepuasan dalam teks UU ITE terdiri atas makna ketidakpuasan dan ketidaksenagan. Leksis perselisihan dan diperselisihkan merupakan dua leksis yang sama namun memiliki dua makna yang berbeda dari segi nosi imbuhan.

Pengulangan leksis tersebut menunjukkan bahwa pada leksis selisih merupakan penegasan. Perselisihan dan diperselisihkan merupakan arus (prilaku) bermakna ketidaksenagan. Ketidaksenangan akan menimbulkan perselisishan. Untuk menghindarkan perselisihan maka dibutuhkan payung hukum UU ITE, akan tetapi terkadang pemahaman makna yang berbeda di masyarakat menimbulkan perselisihan baru dari realisasi UU ITE.

c. Apresiasi dalam teks UU ITE

Unsur apresiasi dalam teks UU ITE didominasi oleh ungkapan dengan sistem sikap jenis apresiasi berdampak negatif dengan jumlah 37,84%. Leksis atau ungkapan dampak yang bermakna negatif merupakan wilayah makna yang merujuk pada evaluasi terhadap sesuatu yang dibuat dan penampilan yang dilakukan jika melanggar pasal dalam UU ITE.

Dari persentase pilihan sumber apresiasi terlihat jelas bahwa dampak bermakna negatif mendominasi teks. Hal ini karena isi butir pasal dalam UU ITE merupakan dampak dari pelanggaran UU ITE. Lebih jelasnya lihat contoh yang menggambarkan unsur apresiasi teks UU ITE bermakna positif dan negatif berikut ini.

(27) Nama domain adalah alamat internet penyelenggara negara, orang, badan usaha, dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet. (DT UU ITE 2008 29)

(sikap>apresiasi>kualitas>positif)

(28) Undang-undang ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, baik yang berada di wilayah hukum indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hokum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia. (DT UU ITE 2008 33)

(sikap>apresiasi>dampak>negatif)

Dari contoh di atas terdapat leksis apresiasi unik dengan makna kualitas bermakna positif. Leksis unik merupakan wilayah makna yang merujuk pada bahasa evaluasi terhadap benda atau sesuatu, khususnya kode atau susunan karakter untuk menunjukkan lokasi tertentu di dunia maya. Leksis unik adalah reaksi yang menarik perhatian terhadap sesuatu.

Leksis akibat merupakan wilayah makna yang merujuk pada dampak negatif dari orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam UU ITE. Leksis akibat merupakan merupakan dampak negatif dari tindakan perbuatan pelanggaran hukum yang merugikan kepentingan Indonesia.

Dari contoh di atas terdapat juga leksis apresiasi bermakna positif dalam teks UU ITE yang terdiri atas efektivitas, efisiensi, meningkatkan,optimal, strategis, dan unik. Makna negatif antara lain akibat, konsekuensi, kesalahan, kelalaian, dan memaksa.

Tabel 5.3 Apresiasi dalam teks UU ITE

Apresiasi Positif Negatif

dampak - akibat, konsekuensi,

kesalahan

kelalaian, memaksa kualitas optimal, layak,

meningkatkan - keseimbangan merata, menyebar,

strategis,

mempertahankan

bertentangan

valuasi efektivitas, efisiensi, unik, sesuai -

Dari segi parameter apresiasi terdapat sumber sikap antara lain (1) apresiasi memiliki polaritas reaksi yang berdampak positif dan negatif. Dalam

teks UU ITE terdapat dampak negatif dengan leksis akibat, konsekuensi, kesalahan, kelalaian, memaksa. Dalam teks UU ITE tidak terdapat dampak positif. (2) apresiasi bermakna kualitas memiliki polaritas reaksi kualitas positif.

Reaksi kualitas positif memiliki leksis optimal, layak, dan meningkatkan. (3) apresiasi bermakna keseimbangan memiliki polaritas komposisi keseimbagan positif. Komposisi keseimbangan positif memiliki leksis merata, menyebar, mempertahankan dan strategis. (4) apresiasi bermakna valuasi memiliki polaritas valuasi positif. Leksis yang memiliki polaritas valuasi positif antara lain efektivitas, efisiensi, sesuai dan unik.

5.2.1.2 Pemosisian dalam teks UU ITE

Dari hasil penelitian ungkapan pemosisian dalam teks UU ITE didominasi oleh sistem pemosisian unsur modalitas dengan persentase 41,20%. Ditemukan bahwa unsur heteroglos digunakan untuk menyatakan suara penulis. Hal ini menunjukkan bagaimana penulis menggunakan sumber daya bahasa untuk memosisikan suara penulis berkaitan dengan proposisi dan proposal yang dibawakan bahasa dalam teks UU ITE.

Dari perolehan dominasi modalitas menggambarkan bahwa penulis UU ITE menggunakan bahasa untuk merealisasikan dan menyatakan sikap, pandangan, pertimbangan, dan keinginan. Dari persentase pilihan sumber pemosisian di atas dominasi kedua diperoleh pemosisian unsur penyangkalan dengan jumlah 31,30%. Ketiga sumber pemosisian bermakna asimilasi sebanyak 20,00%. Keempat sistem pemosisian bermakna proklamasi dengan jumlah 5,60%

dan jumlah terkecil diperoleh sumber pemosisian bermakna indrawi sebanyak 1,90%.

Penulis UU ITE menggunakan bahasa untuk mempertimbangkan posisi penulis untuk menyatakan penyangkalan, pernyataan, penerimaan, dan perujukan.

Sebagai contoh kalimat yang menggambarkan sumber pemosisian teks UU ITE sebagai berikut.

(29) Setiap orang yang menyatakan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak orang lain berdasarkan adanya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik harus memastikan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang ada padanya berasal dari sistem elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan peraturan perundang-undangan. (DT UU ITE 2008 48)

(pemosisian>heteroglos>intravokalisasi>tertutup>proklamasi) (pemosisian>heteroglos>ekstravokalisasi>asimilasi)

(pemosisian>heteroglos>intravokalisasi>terbuka>modalitas) (pemosisian>heteroglos>ekstravokalisasi>asimilasi)

(30) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. (DT UU ITE 2008 125)

(pemosisian>heteroglos>intravokalisasi>tertutup>penyangkalan) (pemosisian>heteroglos>intravokalisasi>terbuka>modalitas)

(31) Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

(DT UU ITE 2008 13)

(pemosisian>heteroglos>intravokalisasi>terbuka>indrawi) (pemosisian>heteroglos>intravokalisasi>tertutup>penyangkalan) (pemosisian>heteroglos>intravokalisasi>tertutup>penyangkalan) Contoh pasal 7 Bab III tentang informasi, dokumen, dan tanda tangan elektronik. Leksis menyatakan, berdasarkan, harus, dan bahwa merupakan sumber daya untuk memosisikan suara penulis. Kalimat pasal 7 terdapat leksis berdasarkan dengan makna yang berbeda. Leksis berdasarkan yang pertama

Dokumen terkait