• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

5. Metode Role Play

a. Pengertian Metode Role Play

Menurut Zaini (2008:98-99), role play dapat membuktikan diri sebagai suatu media pendidikan yang ampuh, di mana saja terdapat peran-peran yang dapat didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin dieksplorasi dalam keadaan yang bersifat simulasi (skenario).

Sedangkan menurut Sugihartono (2007:83), role play adalah metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh baik tokoh hidup atau mati. Metode ini dapat mengembangkan penghayatan, tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari.

Metode bermain peran atau role play merupakan suatu metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang (Sanjaya, 2006:159).

Para ahli di atas mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda mengenai metode role play, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode role play adalah suatu metode pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu untuk memperoleh pemahaman materi yang dipelajari.

b. Tujuan Metode Role Play

Hamalik (dalam Taniredja, 2011:40), mengatakan bahwa tujuan bermain peran, sesuai dengan jenis belajar adalah :

1) Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif.

2) Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.

3) Belajar melalui balika. Para pengamat mengomentari atau menanggapi perilaku para pemain/pemegang peran yang telah

ditampilkan. Tujuannya untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan.

4) Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.

c. Langkah-Langkah Metode Role Play

Menurut Supardi (2011:207), langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran bermain peran adalah :

1) Menentukan topik serta tujuan yang ingin dicapai. 2) Memberikan gambaran situasi yang ingin disimulasikan. 3) Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing. 4) Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi.

5) Melaksanakan simulasi. 6) Melakukan penilaian. 7) Membuat kesimpulan.

Menurut Suyatno (2009:123), langkah-langkah dalam melakukan role play adalah sebagai berikut :

1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari

sebelum KBM.

4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. 5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan

skenario yang sudah dipersiapkan.

6) Setiap siswa duduk di kelompoknya, sambil memperhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan.

7) Setelah selesai dipentaskan, setiap siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas.

8) Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. 9) Guru memberikan kesimpulan secara umum.

10) Evaluasi. 11) Penutup.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka peneliti akan melakukan pembelajaran role play dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menentukan topik serta tujuan yang ingin dicapai.

2) Menyusun / menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 3) Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing. 4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. 5) Setiap siswa duduk di kelompoknya, sambil memperhatikan dan

mengamati skenario yang sedang diperagakan.

6) Setelah selesai melakukan simulasi kegiatan, siswa membahas lembar kerja bersama kelompok.

8) Guru memberikan kesimpulan secara umum.

9) Evaluasi, kegiatan ini dilakukan hanya sekali pada setiap siklusnya.

10) Penutup.

d. Keuntungan Metode Role Play

Menurut Djamarah dan Zain (2010:89-90), role play memiliki keuntungan yaitu :

1) Sebagai pemain siswa harus memahami, menghayati, mengingat isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk meteri yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan lama.

2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai waktu yang tersedia.

3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.

4) Kerjasama antar pemain dapat ditimbulkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.

5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.

6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (dalam Taniredja, 2011:40-41), bermain peran (role play) memiliki banyak keuntungan yaitu :

1) Menyenangkan, sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi;

2) Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas bermain peran;

3) Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya;

4) Memvisualkan hal-hal yang abstrak;

5) Tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang pelik; 6) Memungkinkan terjadinya interaksi antarsiswa;

7) Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasi;

8) Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses, kemajuan bermain peran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang didapat dari metode role play (bermain peran) adalah :

1) Menyenangkan, sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi;

2) Memvisualkan hal-hal yang abstrak;

3) Memungkinkan terjadinya interaksi antarsiswa;

4) Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasi;

5) Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses, kemajuan bermain peran.

6) Murid akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.

7) Bakat yang terpendam pada murid dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau timbul bibit seni dari sekolah.

e. Kekurangan Metode Role Play

Menurut Aman (2011:114-115), metode role play memiliki kekurangan yaitu :

1) Adanya kurang kesungguhan para pemain yang menyebabkan tujuan tidak tercapai;

2) Pendengar atau siswa yang tidak berperan sering menertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana.

Kekurangan dari metode role play menurut Sagala (dalam Taniredja, 2011:42) adalah :

1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang aktif;

2) Banyak memakan waktu, persiapan, pemahaman isi bahan pelajaran, dan pelaksanaan pertunjukan;

3) Memerlukan tempat yang cukup luas;

4) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan yang didapat dari metode role play adalah :

1) Banyak memakan waktu, persiapan, pemahaman isi bahan pelajaran, dan pelaksanaan pertunjukan;

2) Memerlukan tempat yang cukup luas;

3) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain.

4) Adanya kurang kesungguhan para pemain yang menyebabkan tujuan tidak tercapai;

5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

Dokumen terkait