• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Metodologi Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi yang diambil oleh penulis untuk melakukan penelitian bertempat di Jalan Lapangan Tembak Nomor 75 Cibubur Jakarta Timur tempat dimana program art therapy bagi pasien dual diagnosis dilaksanakan.

Untuk memasuki lokasi penelitian penulis melakukan penjajakan ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta kemudian meminta perijinan untuk melakukan penelitian lalu penulis menyerahkan surat pengantar resmi dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dilakukan sejak 1 April 2014 hingga 30 Mei 2014.

Menurut penulis program art therapy bagi pasien dual diagnosis di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta menarik untuk diteliti karena belum pernah ada yang meneliti tentang program art therapy terkait dengan pasien NAPZA dan gangguan kejiwaan. Dalam hal ini penulis meneliti evaluasi program art therapy bagi pasien dual diagnosis di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. Selain itu, lokasi penelitian mudah dijangkau oleh penulis dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah dan menganalisa data secara kualitatif dan menafsirkannya secara kualitatif. Penulis dapat memiliki data yang akurat dari pelaksanaan program

art therapy bagi pasien dual diagnosis di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. Penulis bermaksud untuk meneliti secara mendalam mengenai pelaksanaan program art therapy dan evaluasi program art therapy

bagi pasien dual diagnosis (NAPZA-Skizofrenia) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta.

Pengertian kualitatif menurut Strauss dan Corbin seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.16

Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, pada mulanya bersumber pada pengamatan

16

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), Cetakan Ke-10, h. 3.

kuantitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif. Pengamatan kualitatif melibatkan pengukuran tingkatan (perhitungan atau angka) suatu ciri tertentu. Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.17

Sedangkan dalam penelitian sosial, dikenal adanya dua metodologi (proses, prinsip dan prosedur yang ditempuh seorang peneliti dalam mendekati permasalahan dan mencari jawabannya) yang dikenal dengan istilah kualitatif dan kuantitatif.18

Menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.19

Menurut Nawawi dalam bukunya Instrumen Penelitian Bidang Sosial, pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu

17

Lexy J. Moleong, Metodologi Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 9.

18

Monasse Mallo, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Penerbit Karunika, 1998), h. 31.

19

objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan mejadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.20

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam Metode Penelitian Pendidikan mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai istrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif (kualitatif) dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.21

Menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat.

3. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah jenis penelitian metode evaluasi.

20

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada Universitiy, 1992). h. 209

21

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

Metode evaluasi adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program atau untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan suatu program. Manfaat metode evaluasi adalah untuk memberikan rekomendasi pelaksanaan program yang lalu dan untuk memperbaiki pelaksanaan program yang akan dilaksanakan berikutnya.22

Pada tahap evaluasi dalam praktik Pekerjaan Sosial, Pekerja Sosial berupaya untuk menciptakan suatu prosedur yang dapat diterima sebagai objek evaluasi atau penilaian atas apa yang terjadi. Pada tahap evaluasi, Pekerja Sosial dapat mengetahui ketepatan intervensi yang diterapkan, selain itu Pekerja Sosial dapat memonitor faktor-faktor yang membawa keberhasilan dan mengakibatkan kegagalan.

Evaluasi telah didefinisikan sebagai “kumpulan data tentang hasil

sebuah program aksi yang berhubungan dengan tujuan-tujuan dan objektif

yang ditetapkan setelah implementasi program tersebut”. Lembaga lebih

cenderung untuk ditanya guna mempertanggungjawabkan dalam hubungan program-programnya. Pekerja Sosial bertanggung jawab kepada klien individu dan kepada lembaga. Seorang Pekerja Sosial perlu memiliki pengetahuan tentang metode-metode dan teknik-teknik riset sosial. Evaluasi merupakan suatu kegiatan terus menerus selama proses perubahan berencana berlangsung. Dalam meninjau kembali dan mengevaluasi tugas-tugas dan penyebaran perubahan pengetahuan Pekerja Sosial terdapat prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial, yaitu:23

22

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 144.

23Denti Kardenti, “Metode-Metode Pekerjaan Sosial,” artikel diakses pada 27 Agustus

a. Dalam proses peninjauan kembal dan evaluasi, Pekerja Sosial harus membuat pendapat-pendapat dengan memperhatikan variabel-variabel penting bagi permasalahan, bagi individu klien dan situasi, dan bagi sistem ekologi secara keseluruhan.

b. Pekerja Sosial harus menilai hasil baik proses dan hasil yang objektif dalam pernyataan-pernyataan yang ditetapkan empiris dan ukuran bertingkah laku.

c. Evaluasi harus objektif dan juga disetujui klien.

d. Ukuran-ukuran dan prosedur-prosedur yang diseleksi hendaknya realistis dan tepat untuk sasaran Pekerjaan Sosial.

e. Pekerja Sosial harus siap memberikan sumbangan dalam program intervensi.

f. Pendekatan yang paling baik selama evaluasi adalah setelah mendapatkan keterangan.

Dalam evaluasi program pelayanan kesejahteraan sosial, Pekerja Sosial melakukan kegiatan:24

a. Menyusun rancangan evaluasi program pelayanan, b. Instrumen evaluasi program pelayanan,

c. Melaksanakan evaluasi program pelayanan,

d. Menyusun laporan hasil program evaluasi pelayanan, dan e. Mensosialisasikan laporan hasil evaluasi program pelayanan.

24

Jadi, metode evaluasi sangat dibutuhkan untuk menilai keberhasilan dan keefektifan pelaksanaan suatu program. Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka dalam penelitian ini akan menggambarkan tentang evaluasi program art therapy bagi pasien dual diagnosis (NAPZA-Skizofrenia) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.

4. Sumber dan Data

Menurut Lofland Husaini seperti yang dikutip oleh Usman dan Purnomo Setiady Akbar, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tape, pengambilan foto atau film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.25

Walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.26

Sumber yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik dari wawancara maupun observasi. Adapun data yang penulis dapat

25

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004) Cet ke-20. h. 122.

26

peroleh dari pekerja sosial, dokter jiwa, konselor, salah satu perwakilan keluarga pasien, dan pasien dual diagnosis (NAPZA-Skizofrenia) yang dapat diajak berkomunikasidi RSKO Jakarta.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya, data-data ini diperoleh dari berbagai tulisan atau informasi lainnya yang telah ada sebelumnya.

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Relevansi yaitu need assessment, tujuan visi-misi program art therapy di RSKO, input (sumber daya manusia dan fasilitas), dan eksplorasi terkait konsistensi program art therapy di RSKO dalam mencapai tujuan.

b. Efektifitas yaitu target program art therapy di RSKO, SOP, eksplorasi dan observasi kondisi aktual.

c. Efisiensi, yaitu output program art therapy (layanan/kegiatan program, tindakan medis dan jumlah pasien) dan input (pendamping, tenaga medis, waktu dan pendanaan).

d. Dampak, yaitu output program art therapy bagi pasien dual diagnosis di RSKO, analisa perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien. e. Kesinambungan, yaitu lanjutan program, evaluasi teknis dan kualitas,

ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas, kebijakan publik di sektor kesehatan yang mempengaruhi pelaksanaan program, respon dari pasien dan keluarga.

5. Teknik Pemilihan Informan

Pemilihan informan bertujuan mempermudah peneliti sehingga tidak perlu menjadikan keseluruhan populasi sebagai informan. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, orang tersebut harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.27

Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian, yang terpenting disini bukanlah jumlah informan, melainkan potensi dari tiap kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.

Menurut Spradley dalam buku Moleong, informan harus memiliki beberapa kriteria sebagai pertimbangan pemilihan informan, yaitu:

1. Subjek telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian yang biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi secara lugas tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

3. Subjek memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.

27

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan relatif masih lugu dalam memberikan informasi.28

Berikut ini tabel informan dan objek yang terpilih dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.

Tabel 1

Rancangan Penelitian

No Informan Informasi Yang Dicari Jumlah

1. Pekerja Sosial Mengetahui keseluruhan program dan pelaksanaan program art therapy

bagi pasien dual diagnosis di RSKO.

2 orang

2. Dokter Kejiwaan Kondisi pemulihan pasien dual diagnosis secara medis.

1 orang 3. Konselor Aktivitas pasien dual diagnosis dan

pelaksanaan program art therapy di RSKO.

1 orang

4. Klien/ pasien dual diagnosis

(NAPZA-Skizofrenia) di RSKO

Pelaksanaan program art therapy dan manfaat yang didapatkan dari program tersebut. 3 orang 5. Salah satu perwakilan keluarga pasien/klien (Ibu klien “IW”)

Tanggapan keluarga mengenai dampak pasien selama menjalani pemulihan di RSKO.

1 orang

Teknik purposive (bertujuan), dimana informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi.29 Dalam hal ini, tentang program art therapy bagi

28

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) cet-ke 26 edisi revisi h. 222.

29

Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (BandungL PT. Remaja Rosdakarya 2004), h. 63.

pasien dual diagnosis (NAPZA-Skizofrenia) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.

Penulis akan menggali data yang seluas-luasnya dari pihak-pihak yang terlibat program art therapy bagi pasien dual diagnosis di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta, pihak-pihak tersebut antara lain: Pekerja Sosial selaku pelaksana program art therapy, Dokter Kejiiwaaan yang menangani pemulihan (pengobatan) pasien dual diagnosis, para Konselor yang mengontrol kegiatan seluruh pasien rehabilitasi, para pasien dual diagnosis, dan salah satu perwakilan dari keluarga pasien dual diagnosis.

6. Instrumen dan Alat Bantu

Dalam penelitian kualitatif-naturalistik penulis akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.30

Instrumen diperlukan untuk mengevaluasi program art therapy bagi pasien dual diagnosis di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. Bentuk instrumen adalah pertanyaan. Untuk itu dapat digunakan sebagai pedoman wawancara dan observasi.

7. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

30

a. Observasi

Observasi, yaitu mengadakan pengamatan terhadap obyek penelitian untuk mengetahui gejala-gejala yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti dengan harapan akan memperoleh suatu kelengkapan data.

Observasi atau pengamatan berperan serta menceritakan kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan atau observasi. Menurut Bogdan seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, mendefinisikan secara tepat observasi atau pengamatan berperan serta sebagai peneliti yang mencirikan interaksi secara sosial memakan waktu cukup lama antara peneliti dan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.31

Observasi ini dilakukan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta untuk mendapatkan data seputar penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi partisipatif, yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan atau dipahami oleh warga yang ditelitinya.32 Selain itu penulis juga menggunakan observasi tak berstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang menarik, melakukan analisis, dan

31

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 194.

32

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif

kemudian dibuat kesimpulan.33 Sedangkan tahapan penelitian penulis menggunakan observasi terfokus, dimana peneliti observasi telah dipersempit untuk memfokuskan aspek tertentu.

Penulis mengadakan pengamatan dan penelitian secara langsung di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. Observasi dilakukan untuk mengetahui program-program yang dijalankan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta, khususnya pelaksanaan program art therapy

bagi pasien dual diagnosis. b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka. Dengan wawancara, proses wawancara data yang diperoleh dapat langsung diketahui objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.34

Wawancara ini dilakukan karena penulis bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini, penulis menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaannya akan diajukan telah ditetapkan oleh peneliti sendiri secara jelas dalam suatu bentuk catatan.

Selain dengan wawancara mendalam penulis juga menggunakan jenis wawancara pembicaraan informal, dalam jenis ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara, jadi bergantung pada

33

Ghony dan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 174.

34

spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai.35

Dalam wawancara penulis melakukan tanya jawab terhadap Pekerja Sosial, Dokter Kejiwaan, Konselor, pasien dual diagnosis (NAPZA-Skizofrenia) yang dapat diajak berkomunikasi, dan salah satu perwakilan

keluarga pasien yaitu Ibu klien “IW”.

c. Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis atau foto sehingga dengan adanya bantuan dokumen penulis terbantu mendapatkan data yang sesuai dengan masalah penelitian.

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.36

Adapun dokumentasi yang terdapat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat dan penulis jadikan sumber penelitian adalah berupa dokumentasi internal, yaitu buku rekam medik pasien dan dokumentasi eksternal yaitu brosur, leaflet, artikel dan lain-lain.

35

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cetakan Ke-26 edisi revisi, h. 187.

36

8. Teknik Analisis Data

Setelah data-data diperoleh berdasarkan teknik pengumpulan data, maka selanjutnya penulis akan melakukan klasifikasi data mengenai evaluasi program art therapy.

Menurut Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Prasetya Irawan, analisis data adalah proses mencari dan mengatur data secara sistematis transkrip interview, catatan dilapangan, dan bahan-bahan lain yang didapatkan, yang kesemuanya itu dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti (terhadap suatu fenomena) dan membantu peneliti untuk menginterpretasikan penemuannya kepada orang lain.37

Didalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan bersamaan atau hampir bersamaan dengan pengumpulan data, berikut ini adalah prosedur analisis data penelitian kualitatif menurut Irawan yang digunakan dalam penelitian ini:38

a. Pengumpulan data mentah

Tahap pengumpulan data mentah dilakukan melalui wawancara, observasi lapangan dan kajian pustaka.

b. Transkrip data

Pada tahap ini, hasil yang diperoleh dari pengumpulan data mentah diubah ke bentuk tertulis seperti yang diketik persis seperti apa adanya (verbatim).

c. Pembuatan koding

37

Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Depok: FISIP UI, 2006), h. 73.

38

Pada tahap ini, bagian-bagian tertentu dari transkrip yang sudah dibuat sebelumnya, merupakan hal-hal yang penting dan dapat menjadi kata kunci diberikan kode.

d. Kategorisasi data

Yang dimaksud dengan kategorisasi data adalah peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara mengikat konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan kategori.

e. Penyimpulan sementara

Sampai tahap ini, peneliti sudah boleh mengambil kesimpulan, meskipun masih bersifat sementara, dimana kesimpulan tersebut sepenuhnya harus berdasarkan data.

f. Penyimpulan akhir

Untuk sampai pada tahap ini, ada kemungkinan peneliti akan mengulangi langkah satu sampai langkah enam berkali-kali, sebelum peneliti mengambil kesimpulan akhir dan mengakhiri penelitiannya. Kesimpulan akhir diambil ketika peneliti sudah merasa bahwa data sudah jenuh (saturated) dan setiap penambahan data baru hanya berarti ketumpangtindihan (redundant).

Dari hasil analisis tersebut akan didapatkan jawaban atas pertanyaaan penelitian ini serta mampu memberikan penilaian evaluasi program art therapy bagi pasien dual diagnosis di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data.39

Seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya Metodologi Kualitatif untuk menentukan keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi, dimana triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzim dan Moleong membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Data yang terkumpul kemudian dicek kebenarannya melalui sumber lain, yaitu dengan cara menanyakan pada orang luar responden yang dianggap mengetahui permasalahan tersebut.

Triangulasi dengan sumber, hal ini dapat diacapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan

39

Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), Cetakan Ke-6, h. 83.

menengah, orang berada, pemerintah, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkait.

Triangulasi dengan metode, (1) pengecekan dengan kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Dokumen terkait