• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Pasien Dual Diagnosis ( NAPZA-Skizofrenia )

2. NAPZA

a. Pengertian NAPZA

NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya. NAPZA adalah obat/bahan/zat yang bukan tergolong makanan. Jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak (susunan syaraf pusat, dan menyebabkan ketergantungan.43

1. Narkotika

Narkotika berasal dari bahasa Inggris “Narcotics” yang berarti obat

yang menidurkan atau obat bius.44 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Narkotika adalah “Obat untuk menenangkan syaraf, menghilangkan rasa

sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau rangsangan (opium, ganja, dsb).”45 Menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika: “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.46

2. Psikotropika

Psikotropika menurut Pasal 1 butir (1), Undang-Undang No. 5 tahun

1997 tentang psikotropika (UU No. 5/1997): “Psikotropika adalah zat atau

43

Priya, “Definisi NAPZA, artikel diakses pada 23 Februari 2014 dari

https://www.k4health.org/sites/default/files/NAPZA/LENGKAP/

44

S. Warjowarsito dan Tito. W, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris (Bandung: 1980), h. 122.

45

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 609.

46

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (pasal 1)

obat, baik alamiah sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sistem saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.”47 3. Zat Adiktif

Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa, atau zat yang bukan narkotika dan psikotropika tetapi menimbulkan ketagihan.48

b. Jenis NAPZA

Dalam Pasal 6 Undang-Undang No. 35 tahun 2009, Narkotika dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu:49

1. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dalam jumlah terbatas dan dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: opium, ganja, heroin, kokain, dan lain-lain.

2. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

47

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya (T. Tp. : LKP Yayasan Karya Bhakti, 2004), h. 7.

48Adam, “Arti Definisi/Pengertian Zat Adiktif,” artikel diakses pada 23 Februari 2014

dari http://www.organisasi.org/2014/0223/arti-def.html

49

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (pasal 6)

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: benzetidin, betametadol, difenoksilat, hidromorfinol, metadon, morfin, petidin dan turunannya, dan lain-lain. 3. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: kodein, norkodina, propiran dan lain-lain.

Adapun jenis-jenis psikotropika berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Psikotropika dibedakan menjadi empat golongan, yaitu: 1. Psikotropika Golongan I adalah Psikotropika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: LSD, MDMA, STP dan lain-lain.

2. Psikotropika Golongan II adalah Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya, amfetamin, metamfetamin, metakulon, dan lain-lain.

3. Psikotropika Golongan III adalah Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahua serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: butalbinal, buprenorfina, flunirazepam, dan lain-lain.

4. Psikotropika Golongan IV adalah Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: diazepam, lefetamina, nitrazepim dan lain-lain.50

Berdasarkan ilmu Farmakologi, Psikotropika dikelompokkan kedalam tiga golongan:

1. Kelompok Depressant/Penekan Saraf Pusat/Penenang/Obat Tidur; bila diminum memberikan rasa tenang, mengantuk, tentram, damai, menghilangkan rasa takut, was-was dan gelisah. Contoh: valim, BK, rohipnol, megadon, dan lain-lain.

2. Kelompok Stimulans/Perangsang Saraf Pusat/Anti Tidur; bila diminum mendatangkan rasa riang gembira, hilang rasa bermusuhan, hilang rasa marah, ingin selalu aktif dan badan merasa fit tidak terasa lapar. Daya kerja otak menjadi lebih cepat namun kurang terkendali, kurang terkontrol. Contoh: amfetamin, ectasy, shabu.

3. Kelompok Halusinogen, Halusinogen adalah obat atau zat atau tanaman atau makanan atau minuman yang dapat menimbulkan hayalan. Bila diminum dapat mendatangkan ilusi atau hayalan tentang peristiwa-peristiwa yang mengerikan, menakutkan, kadang-kadang hayalan nikmat, seks, dan sebagainya. Contoh: LSD (Lysergic Acid Diethyltamide), getah tanaman kaktus, kecubung, jamur tertentu (misceline), ganja.51

50

Partodiharjo, Kenali Narkoba, h. 19-23.

51

Yang termasuk zat adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi:

1. Minuman Alkohol: mengandung etanol etil alkohol yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan narkotika atau psikotropika akan memperkuat pengaruh obat/zat itu di dalam tubuh manusia. Ada tiga golongan minuman beralkohol:

a. Golongan A: kadar etanol 1 – 5 % (Bir).

b. Golongan B: kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai minuman anggur). c. Golongan C: kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca, Manson

House, Johny Walker).

2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang tedapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumnas mesin. Zat yang sering disalahgunakan adalah lem, tiner, penghapus cat kuku (asetone),dan bensin.

3. Tembakau; pemakai tembakau yag mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.52 Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakai rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan (preventif) karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA.

52

Agoes Noegraha, “Mengenal Penggolongan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif

Lainnya,” artikel diakses pada 23 Februari 2014 dari http://web.unair.ac.id/artikel_Napza-Mengenal/Penggolongan/Narkotika/PsikotropikadanZatAdiktifLainnya.html

3. Pasien Dual Diagnosis (NAPZA-Skizofrenia)

Dokumen terkait