• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Untuk Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta

a. Memperbaiki kurikulum art therapy yang digunakan untuk pemulihan pasien dual diagnosis.

b. RSKO mengadakan pelatihan bagi Pekerja Sosial atau Terapis terkait dengan art therapy.

c. Membuat modul khusus program art therapy agar pelaksanaan kegiatannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

d. RSKO menyediakan ruangan khusus untuk kegiatan art therapy agar fokus pasien tidak terbagi, sehingga tidak menggunakan ruang tamu

Special Program (SP).

e. Menambah peralatan yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan art therapy.

2. Untuk Pasien Dual Diagnosis di RSKO Jakarta

a. Melanjutkan program art therapy sebagai terapi penunjang bagi pemulihan diri.

137

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: FEUI Press, 2003.

Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara, 1998.

Brooker, Christine Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC, 2001.

Case, Caroline and Dalley, Tessa. The Handbook of Art Therapy. London and New York: Rouledge, 1992.

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Djohan, Bahder. Hubungan Antara Dokter, Perawat dan Pasien dalam Pembangunan Mental Bangsa Kita. Jakarta: PT. Sinar Hudaya, 1972.

Ghony, M. Djunaidi dan Almanshur, Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo, 2002.

Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Universitiy, 1992.

Hawari, Dadang. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima yasa, 2004.

__________ Pelatihan Relawan Bimbingan Rohani Pasien (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika, 2003.

__________ Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotik, Alkohol, dan Zat Adiktif. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2006. Irawan, Prasetya. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu

Sosial.Depok: FISIP UI, 2006.

J, Benjamin dan Sadock, Virginia A. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran/EGC, 2010.

Johnston, Mary. Relasi Dinamis antara Pekerja Sosial dengan Klien dalam Setting Rumah Sakit. Surakarta: Tim RM Rumah Sakit Orthopedi dan Prothese Prof.DR.R.Soeharso, 1988.

Mallo, Monasse. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit Karunika, 1998.

Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa; Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Departemen, t.t.

Mintarti, Nana dkk. Zakat & Empowering, Kajian Perumusan Performance Indicator bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat. Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1993.

__________ Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004.

__________ Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Naunghelarta, Yanti. Buku Seri Penyakit Saraf dan Kejiwaan. Jakarta: LARAS ADV, 2012.

Partanto, Pius A dan Al Barry, M Dahlan. Kamus Ilmiah Popoler.

Surabaya: Arloka, 1994.

Partodiharjo, Subagyo Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya.

T. Tp. : LKP Yayasan Karya Bhakti, 2004.

Prayitno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rincka Cipta, 2004.

Rubin, Judith Aron. Child Art Therapy. New York: Van Nostrand Reinhold Company Inc, 1984.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010. __________ Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta, 2010.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005. Sugiyono.

Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta, 2010.

Soeharto, Irawan. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2004.

Solichin, Jusni Ichsan, dkk. Buku Pedoman Kesehatan Jiwa. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2003.

Suhardja, Gai. Drawing as Art therapy (In Progress. FSRD UK Maranantha Peneliti Kajian Ilmiah, 2003.

Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Thaha, Idris, ed. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN. Jakarta, UIN Jakarta Press: 2007.

Uditomo, Purwa dkk. Zakat & Empowering, Evaluasi dan Kaji Dampak Program Layanan Kesehatan Cuma-Cuma. Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009.

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.

Warjowarsito, S. dan W, Tito. Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. Bandung: T.p.n.,1980.

Weller, Barbara F. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC, 2005.

Wiramihardja, Sutardjo A. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: PT. Refika Aditama 2007.

BULETIN

Elly Hotnida Gultom. “Buletin Ilmiah Populer RSKO Tantangan

Penanganan Masalah Adiksi NAPZA (Peran Perawat dalam Program Terapi dan Pemberdayaan Pasien dengan Dual

Diagnosis”. Jakarta: Instalasi Penelitian dan Pengembangan RSKO.

Fauzy Masjhur, “Buletin Ilmiah Populer RSKO Jakarta: Peran Rumah Sakit Ketergantungan Obat Dalam Penanganan Masalah NAPZA

di Indonesia”. Jakarta: Instalasi Penelitian dan Pengembangan RSKO, 2008.

JURNAL

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Art Therapy. No. 39 vol. 10 April-Juni. Surabaya: Anima 1995.

KAMUS

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.

UNDANG-UNDANG

Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (pasal 6)

INTERNET

Adam. “Arti Definisi/Pengertian Zat Adiktif.” Artikel diakses pada 23 Februari 2014 dari http://www.organisasi.org/2014/0223/arti-def.html

Al. Qur’an Online. “Surah Al-Maidah (Ayat 90 dan 91)”. Artikel diakses pada 3 Januari 2014 dari

http://m.alquranonline.web.id/alquran.php

American Art Therapy Association (AATA). “The History of Art

Therapy.” Artikel diakses pada 10 Mei 2014 dari

http://www.Arttherapyjournal.org/2014/0510/index.html

Collingwood, Jane. “Art Therapy: Beneficial Schizophrenia Treatment?.”

Artikel diakses pada 10 Mei 2014 dari

http://psychcentral.com/lib/art-therapy-beneficial-schizophrenia-treatment/00015622

Dedi. “Dampak Langsung dan Tidak Langsung Penyalahgunaan

Narkoba.” Artikel diakses pada 3 Januari 2014 dari

http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/dampak-langsung-dan-tidak-langsung-penyalahgunaan-narkoba

Fajrin, Yan. “Skizofrenia Diagnosis.” Artikel diakses pada 23 Februari 2014 dari

http://www.news-medical.net/health/Schizophrenia-Diagnosis-%28Indonesian%29.aspx

Fitranta, Johny Bayu. “Klasifikasi Gangguan Jiwa.” Artikel diakses pada 3 januari 2014 dari

http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/neurosains-kedokteran-klinis/klasifikasi-gangguan-jiwa/ Kardenti, Denti. “Metode-Metode Pekerjaan Sosial,” Artikel diakses pada

27 Agustus 2014 dari

http://scribd.com/Metode-metode/PekerjaanSosial/2014/0827-html

Kelompok Perawat. “Asuhan Keperawatan Klien dengan Sindrom Putus

Zat (NAPZA).” Artikel diakses pada 3 Januari 2014 dari

http://madiun-gleekapay.blogspot.com/2014/0103/index.html

Lestari, Iis “Narkoba dan NAPZA serta Psikotropika.” Artikel diakses

pada 3 Januari 2014 dari http://www.kamuslife.com/index.html Morgan, Lee. “Art Therapy.” Artikel diakses pada 10 Mei 2014 dari

http://www.healthline.com/2014/0510/html

Nawazir. “Pengertian Terapi.” Artikel diakses pada 8 Mei 2014 dari

http://www.id.shvoong.com/pengertian-terapi/2014/0508/html.

Noegraha, Agoes. “Mengenal Penggolongan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya.”Artikel diakses pada 23 Februari 2014 dari

http://web.unair.ac.id/artikel_Napza-Mengenal/Penggolongan/Narkotika/PsikotropikadanZatAdiktifLa innya.html

Priya. “Definisi NAPZA.” Artikel diakses pada 23 Februari 2014 dari

https://www.k4health.org/sites/default/files/NAPZA/LENGKAP/

Purwanto. S, Admin Setiyo. “Mengenali dan Mengembangkan Kreativitas

Peserta Didik.” Artikel diakses pada 23 Februari 2014 dari

www.elearn.bpplsp-reg5.go.id/2014/0223.html

Raharjo, Santoso Tri. “Pendekatan Sistem dalam Praktik Pekerjaan

Sosial,” artikel diakses pada 27 Agustus 2014 dari

http://kesos.unpad.ac.id/2014/0827/p=578.html

Rakyat Media. “Kepala BNN:Tahun 2014-2015 Pengguna Narkoba

Meningkat.” Artikel diakses pada 3 Januari 2014 dari

http://rakyatmedia.com/2014/0103.html

Sandra, Arsepta Kurnia. “Art Therapy.” Artikel diakses pada 3 Januari 2014 dari http://www.goodtherapy.org/art-therapy.html

Servasius. “Dual Diagnosis Treatment.” Artikel diakses pada 23 Februari 2014 dari http://www.dualdiagnosis.org/you-should-know-about-treatment/

Syaifudin, Achmad. “Mengenal Dampak Narkoba.” Artikel diakses pada

23 Februari 2014 dari

http://www.Makassarkota.go.id/2014/0223/index.html.

Tuasikal, Muhammad Abduh. “Narkoba Dalam Pandangan Islam.” Artikel diakses pada 3 Januari 2014 dari http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/narkoba-dalam-pandangan-islam.html

Universitas Sumatera Utara (USU). “Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa,” artikel diakses pada 3

Januari 2014 dari

http://usupress.usu.ac.id/AsuhanKeperawatanKliendenganMasala hPsikososialdanGangguanJiwa/

SKRIPSI

Melawati, Lidya. “Evaluasi Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin

Gratiis (RBG) bagi Orang Miskin di Jakarta Timur.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011.

Mulyana, Fitrah. “Aplikasi Art Therapy Karoke Bersama Terhadap

Psikososial Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Karya Wanita Pasar Rebo Jakarta Timur.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Mutmainah, Siti. “Pelaksanaan Terapi Seni Dalam Pengembangan Kreatifitas Pasien NAZA di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur.” Skripsi S.1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Suryati. “Evaluasi Program Unit Usaha Bisnis Barang Bekas Berkualitas (BARBEKU) di Yayasan Imdad Mustadh’afin (YASMIN)

Cirendeu.” Skripsi S.1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

DOKUMENTASI

Studi Dokumen. Buletin RSKO Tahun 2008.

Studi Dokumen. Brosur Profil RSKO.

Studi Dokumen. Instalasi Rekam Medik. Total Data Rekap Pasien RSKO Jakarta.

Studi Dokumen, Buku Rekam Medik Pasien RSKO. Klien “AHG”. Studi Dokumen. Buku Rekam Medik Pasien RSKO,.Klien “IW”. Studi Dokumen. Buku Rekam Medik Pasien RSKO, klien “T”.

Studi Dokumen Buku Standar Pelayanan Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.

Art Therapy : Terapi yang menggunakan seni sebagai alat/sarana untuk mengekspresikan diri, terutama bagi orang-orang yang sulit mengkomunikasikan diri secara verbal.

Dual Diagnosis : Istilah yang digunakan untuk menggambarkan pasien dengan kedua penyakit mental berat (terutama gangguan psikotik) dan bermasalah obat dan/atau penggunaan alkohol.

Narkoba : Narkotika dan Obat-obatan Terlarang.

NAPZA : Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya. BNN : Badan Narkotika Nasional.

Skizofrenia : Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

Ansietas : Kondisi yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran berlebihan atas peristiwa kehidupan sehari-hari tanpa alasan yang jelas untuk mencemaskan/mengkhawatirkannya.

Depresi : Gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berubah dan energi rendah.

Halusinasi : Persepsi yang kuat atas suatu peristiwa atau objek yang sebenarnya tidak ada.

Delusi : Kesalahpahaman tentang apa yang mereka lihat, dengar, atau pikir.

Anti Sosial : Gangguan di mana penderitanya tidak peduli dengan hak orang lain.

Gangguan Klinis : Pola perilaku abnormal (gangguan mental) yang menyebabkan kendala fungsi dan perasaan tertekan pada individu.

Intoksikasi : Dikenal dengan keracunan, yaitu masuknya zat/senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang terkena.

Detoksifikasi : Penghapusan toksik (zat beracun) dari dalam tubuh seseorang. Rehabilitasi : Upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologi, sosial, dan religi agar pengguna narkoba yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Rehabilitasi Medis : Cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada pemulihan

agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali normal.

Primary : Fase awal yang bertujuan untuk mengarahkan residen menerima dan menyadari bahwa dirinya adalah seorang pecandu yang membutuhkan pertolongan.

Re-Entry : Fase lanjutan guna mengembangkan sikap dan perilaku bertanggung jawab dan proses pengenalan serta pemantapan sikap dan perilaku hidup sehat di dalam keluarga dan lingkungan sosial.

Special Programme : Fase ini diperuntukan bagi residen yang mempunyai maslaah kecanduan terhadap narkoba dan dengan diagnosa gangguan fisik dan atau gangguan mental.

Aftercare Programme : Fase ini merupakan satu tingkat dimana seorang pecandu kembali membangun hidup dengan keluarga di lingkungan masyarakat.

Residen : merupakan sebutan untuk pasien yang menjalani rehabilitasi di RSKO.

TC : Therapeutic Community merupakan sekelompok orang yang mempunyai masalah yang sama dan mereka berkumpul untuk saling membantu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

Preventif : Cabang kedokteran yang terutama berkaitan dengan pencegahan penyakit.

Kuratif : Pengobatan yang diarahkan untuk memberantas satu atau lebih penyebab kondisi pasien.

Intravena : Secara harfiah berarti “dalam pembuluh darah”. Sebuah jalur

intravena mengacu ke tabung yang dimasukkan ke dalam vena, yang memungkinkan pemberian solusi obat.

Putauw : Heroin yang termasuk kedalam golongan Narkoba.

Shabu : Psikotropika yang sangat berbahaya karena potensi menimbulkan ketergantungannya kuat.

Amphetamine : Sejenis obat-obatan yang berbentuk pil, kapsul, dan serbuk yang dapat memberikan rangsangan bagi perasaan manusia. Sakaw : Rasa sakit karena ketagihan atau gejala putus obat.

Remisi : Hilangnya secara lengkap atau parsial dari tanda-tanda dan gejala penyakit sebagai respon terhadap pengobatan, masa di mana penyakit berada di bawah kontrol. Remisi tidak selalu berarti kesembuhan.

Prevalensi : Seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang.

Zat Psikoaktif : Zat atau bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan perubahan aktivitas mental-emosional dan perilaku.

1. Melakukan observasi kondisi Instalasi Rehabilitasi Medik di RSKO Jakarta. 2. Melakukan observasi kondisi pasien dual diagnosis di RSKO Jakarta. 3. Melakukan observasi kondisi Pekerja Sosial medis di RSKO Jakarta.

4. Melakukan observasi sebelum berlangsungnya kegiatan art therapy di RSKO Jakarta.

5. Melakukan observasi selama proses kegiatan art therapy berlangsung di RSKO Jakarta.

6. Melakukan observasi setelah kegiatan art therapy berlangsung di RSKO Jakarta.

Lokasi : Instalasi Rehabilitasi Medik RSKO Jakarta

Alamat :Jl. Lapangan Tembak no. 75 Cibubur, Jakarta Timur.

Hari, Tanggal Observasi : Senin / 14 April 2014. Pukul

No. Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan Keterangan 1. Kondisi fisik ruangan Instalasi Rehabilitasi Medik

(IRM) Rumah Sakit

Ketergantungan Obat Jakarta terletak di jalan Lapangan Tembak no. 75 Cibubur, Jakarta Timur. Letaknya berdekatan dengan pasar Cibubur. Memiliki kondisi fisik bangunan yang sudah baik dan memenuhi syarat untuk menunjang proses pelayanan kesehatan terhadap pasien rawat inap. Selain itu, RSKO juga memiliki sub divisi dalam pelayanan rehabilitasi medik, termasuk didalamnya pelayanan Pekerja Sosial Medis. 2. Potensi spesialis Memiliki kualifikasi yang

bermutu dan memadai karena spesialis merupakan Dokter profesional, Pekerja Sosial Medis, Psikolog, dan Perawat yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik.

3. Potensi karyawan Sudah lengkap mulai dari bagian loket, administrasi, Instalasi Psikososial, Instalasi Rehabilitasi Medik, hingga ke bagian pelayanan umum dan rawat inap.

4. Fasilitas / Media Sangat terfasilitasi, dengan tersedianya peralatan yang membantu proses pemulihan pasien.

5. Ruang instalasi bagian rehabilitasi

Masih terawat dengan baik. 6. Administrasi

(Karyawan)

Sudah lengkap dengan adanya koordinator Instalasi Rehabilitasi Medik dan Bagian

9. Data Dokter Spesialis Ada. 10. Data Pekerja Sosial

Medis

Ada.

11. Kesehatan lingkungan Terjamin, dengan adanya

cleaning service. Selain itu, tersedianya tempat pembuangan sampah organik dan non organik.

12. Penataan ruangan Ruangan tersususn atau tertata dengan baik.

13. Pencahayaan Ruangan sudah baik, cukup cahaya. Namun, hanya bagian lorong kamar pasien yang sedikit gelap karena tertutup dinding bangunan yang tinggi. Jika lampu dinyalakan sangat

membantu memberikan

penerangan bagi ruangan pasien. 14. Fasilitas yang

mendukung proses pelayanan

Telepon dan alat-alat tulis.

15. Jumlah Pekerja Sosial Saat ini Pekerja Sosial yang bertugas di Instalasi Psikososial ada dua orang dan satu orang bertugas di bagian Porgram Terapi Rumatan Metadon (PTRM).

16. Jumlah Konselor Saat ini Konselor yang menangani para pasien di Instalasi Rehabilitasi berjumlah 13 orang.

LEMBAR OBSERVASI KARAKTERISTIK KONDISI PASIEN

Ruangan : Instalasi Rehabilitasi Medik RSKO Jakarta Hari / Tanggal Observasi : Rabu, 16 April 2014.

Pukul : 11. 00 WIB.

No. Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan

Keterangan 1. Suasana di IRM RSKO Sangat Kondusif

3. Keluarga saling membantu pasien

Ada 4. Perilaku pasien di

dalam IRM RSKO

Baik Hubungan komunikasi baik.

LEMBAR OBSERVASI KARAKTERISTIK KONDISI PEKERJA SOSIAL MEDIS

Ruangan : Instalasi Rehabilitasi Medik RSKO Jakarta

(Pada saat Pekerja Sosial sedang melaksanakan kegiatan art therapy bersama pasien dual diagnosis)

Hari / Tanggal Observasi : Rabu / 16 April 2014.

Pukul : 11.30 WIB – 12.15 WIB.

No. Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan Keterangan 1. Suasana di ruangan Kondusif.

2. Penyampaian motivasi Baik. 3. Strategi pelayanan Baik.

4. Metode pelayanan Pengarahan atau instruksi terhadap pasien rehabilitasi. 5. Penggunaan bahasa Baik, mudah dipahami, bisa

menempatkan diri dengan berbagai kultur.

6. Penggunaan waktu Tepat waktu.

7. Teknik bertanya Mempersilahkan pasien untuk mengungkapkan perasaan sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan art therapy

(tingkat keberhasilan usaha Pekerjaan Sosial Medis). 8. Penggunaan media Laporan catatan.

9. Respon pasien terhadap Pekerja Sosial

Baik dan menerima keberadaan Pekerja Sosial.

1. Sejak kapan RSKO didirikan?

2. Siapa yang mencetuskan didirikannya RSKO? 3. Bagaimana latar belakang berdirinya RSKO? 4. Apa visi dan misi RSKO?

5. Fasilitas apa saja yang tersedia di RSKO? 6. Bagaimana struktur kepemimpinan RSKO?

7. Bagaimana deskripsi pekerjaan dari Pekerja Sosial di RSKO?

8. Seperti apakah penerapan kebijakan dan alur pengambilan keputusan di RSKO?

9. Apa rencana jangka pendek, menengah, dan panjang RSKO? 10. Siapa saja target layanan RSKO?

11. Apakah RSKO memiliki kriteria dalam memilih pasien?

12. Bagaimana proses penjangkauan dan perekrutan pasien di RSKO?

13. Bagaimana dengan penanganan pasien yang mengalami masalah ekonomi?

14. Bagaimana alur penerimaan pasien di RSKO?

15. Bagaimana latar belakang pendidikan staff atau pegawai yang bekerja di RSKO?

16. Bagiamana RSKO melakukan monitoring dan evaluasi?

17. Bagaimana cara RSKO dalam mengembangkan keterampilan staff? 18. Dari manakah sumber dana RSKO?

1. Sejak kapan RSKO didirikan?

 RSKO dahulu bernama Drug Dependence Unit (DDU). Nama tersebut diberikan pada tanggal 06 November 1971 dan letaknya belum di Cibubur. Pada tanggal 12 April 1972, DDU diresmikan untuk mulai beroperasi di kompleks Rumah Sakit Fatmawati.

2. Siapa yang mencetuskan didirikannya RSKO?

 RSKO digagas pada tahun 1971 oleh Bapak Ali Sadikin. Pada waktu itu, Bapak Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Beliau menggagas berdirinya RSKO tidak sendirian tetapi bekerjasama dengan dr. Herman Susilo, MPH sebagai kepala dinas kesehatan DKI Jakarta, Prof. Dr. Kusumanto Setyonegoro sebagai kepala DITKESWA DepKes, dan bagian psikiatri FKUI.

3. Bagaimana latar belakang berdirinya RSKO?

 RSKO didirikan pada tahun 1972, yang sebelumnya merupakan salah satu unit RSUP Fatmawati Jakarta. Semula RSKO bernama Drug

Dependence Unit (DDU) yang diresmikan oleh Bapak Ali Sadikin selaku

Gubernur Jakarta pada waktu itu. Pada tahun 1974 DDU berubah nama menjadi Lembaga Ketergantungan Obat (LKO), dimana tujuan utamanya adalah penanganan ketergantungan obat yang komperhensif dan bersifat jangka panjang, meliputi bidang preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kemudian pada tahun 1978, status LKO ditingkatkan menjadi rumah sakit tipe C dengan nama Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) di bawah Departemen Kesehatan RI sebagai unit pelaksana fungsional dari Ditjen Pelayanan Medik. RSKO di Cibubur resmi digunakan pada tanggal 15 Oktober 2002 secara bertahap dilakukan pemindahan seluruh aktivitas rumah sakit dari Fatmawati ke Cibubur. terhitung sejak tanggal 1 Februari 2007 hingga saat ini RSKO hanya berada pada satu lokasi, yaitu di Jalan Lapangan Tembak no. 75, Cibubur, Jakarta Timur.

4. Apa visi dan misi RSKO?

 Visi RSKO: sebagai pusat layanan dan kajian nasional maupun regional dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat (GBZ).

 Misi RSKO:

a. Melaksanakan upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif bagi masyarakat umum dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat (GBZ) dan penyakit terkait serta memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum.

c. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat (GBZ).

5. Fasilitas apa saja yang tersedia di RSKO?

 Fasilitas layanan kesehatan yang tersedia antara lain: Instalasi Gawat Darurat terdapat Pelayanan Umum dan NAPZA, Instalasi Rawat jalan terdapat Poliklinik Umum dan Poliklinik Spesialis meliputi; Klinik Jiwa, Klinik Napza, Klinik Penyakit Dalam, Klinik Saraf, Klinik Kebidanan dan Kandungan, Klinik Anak, Klinik Kulit dan Kelamin, Klinik Gigi dan Mulut, Klinik Psikologi dan Klinik Gizi. Kemudian Instalasi Rawat Inap terdapat Ruang perawatan Napza, yaitu Detoksifikasi (VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III) dan Rehabilitasi (Kelas III), Ruang Komplikasi Medik, Ruang High Care Unit, dan Fasilitas Penunjang Medik. Selain itu, terdapat Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium Toksiologi, Instalasi Laboratorium Patologi Klinik, Instalasi Radiologi, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Gizi, dan Instalasi Pemusalaraan Jenazah

6. Bagaimana struktur kepemimpinan RSKO?

 Pada dasarnya struktur kepemimpinan di RSKO terbagi menjadi dua Direktorat. Pertama Direktorat Medik dan Keperawatan. Kemudian yang kedua Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum. Masing-masing memiliki tugas tersendiri. Untuk lebih lengkapnya lagi dapat dilihat di brosur RSKO.

7. Bagaimana deskripsi pekerjaan dari Pekerja Sosial di RSKO?

 Deskripsi pekerjaan, atau yang dilakukan Pekerja Sosial di RSKO antara lain: melakukan evaluasi sosial, melaksanakan terapi relaksasi kepada pasien, dinamika kelompok, kunjungan rumah atau home visit,

melakukan bimbingan sosial, melakukan bimbingan rohani, melakukan terapi rekreasi, dan melaksanakan wisata alam terpadu. Selain itu, melaksanakan tugas-tugas lainnya seperti melaksanakan prevensi dan promosi pada masyarakat baik itu pelajar, guru, pekerja, pendidik serta

Dokumen terkait