• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASYARAKAT MINORITAS MUSLIM DI BARAT DAN

B. Masyarakat Minoritas Muslim di Barat: Sketsa Demografis Umat Islam di Amerika dan Inggris

1. Minoritas Muslim di Amerika

Fiqh Minoritas memperjelas, berikut ini adalah deskripsi perkembangan masya-rakat muslim di Amerika dan Inggris.

1. Minoritas Muslim di Amerika

Sebelum tahun 1980-an, kajian tentang muslim di Amerika tidak begitu banyak karena tiga hal: pertama, fakta bahwa sampai tahun 1966, jumlah muslim di Amerika masih kecil. Kebanyakan mereka adalah imigran yang masuk ke Amerika pasca liberalisasi undang-undang migrasi pada tahun 1965, dan kebanyakan mereka adalah imigran generasi pertama. Kedua, mereka bukan meru-pakan bagian dari kelompok etnis tradisional Amerika. Ketiga, muslim di Amerika tidak memiliki large ethnic ghettos yang sama dengan kelompok imigran tradisional.23

Seiring dengan perjalanan waktu, jumlah muslim di Amerika berkembang secara signifikan. Peran mereka pun dalam percaturan politik, ekonomi, dan budaya semakin kelihatan. Hal ini tampak jelas dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh The Pew Research Center yang berjudul Muslim Americans Middle Class and Mostly

Mainstream,24 yang menunjukkan data kontemporer

perkembang-an muslim di Amerika, baik dari sisi kuperkembang-antitas maupun kualitas, yang lebih baik dari generasi pertama muslim imigran.

Sejarah mencatat fase-fase penting berkembangnya Islam di Amerika. Hampir semua menyatakan bahwa sejarah awal Islam di Amerika adalah sejarah perbudakan, yakni para imigran pada masa awal Islam di Amerika adalah kelas budak.25 Sedikit sekali yang

23M. Arif Ghayur, “Muslims in the United States: Settles and Visitors” dalam

Annals of the American Academy of Political and Social Sciences, Vol. 454,

Maret 1981, hlm. 151.

24The Pew Research Center, Muslim Americans Middle Class and Mostly

Main-stream (2007).

25M. Arif Ghayur, “Muslims in the United States,” hlm. 152. Hal ini bisa dimaklumi karena pada tahun-tahun sebelum 1800, memang terjadi perdagangan budak. Bahkan pada tahun 1520-an perdagangan budak menjadi fenomena besar-besaran.

melacak kehadiran Islam di Amerika melalui para pelancong ataupun ekspedisi pelayaran sebagaimana yang diungkapkan dalam Richard’s Eaton’s Islamic History as Global History. Buku ini mencatat bahwa kehadiran Islam di Amerika bisa dilacak sejak zaman Perang Salib dan Inkuisisi Spanyol ketika beberapa orang Arab mengarungi lautan. Pada tahun 1527 diperoleh data tentang ekspedisi Spanyol Narvaez yang menjelajah ke daerah yang saat ini dikenal dengan Arizona dan New Mexico dengan membawa seorang keturunan Afrika Utara yang beragama Islam bernama Estevanico. Pada ekspedisi ini, Estevanico tertangkap, namun bisa melepaskan diri melalui gurun Mexico. Kedatangan kedua Estevanico adalah pada tahun 1539 ketika membimbing orang-orang Spanyol lainnya ke wilayah yang saat ini dikenal dengan Southwestern United States.26

Gelombang migrasi sukarela umat Islam yang pertama ke Amerika sebenarnya baru terjadi sejak akhir abad ke-19. Migrasi kali ini banyak yang berasal dari negara Timur Dekat—Turki, Lebanon, Palestina, dan Syria—dan dari Yugoslavia, Rusia, Alba-nia, Polandia, dan sejumlah kecil dari negara-negara Eropa Timur. Kebanyakan mereka berprofesi sebagai buruh, petani, dan peternak. Pada masa ini dan masa sebelumnya, identitas keislaman mereka memudar dengan hilangnya kemungkinan pembinaan keagamaan dan keharusan asimilasi mereka dengan psikologi geografis lokal yang sangat dominan di daerah baru mereka ini.27 Fase berikutnya adalah sejak Perang Dunia II sampai pada tahun 1965. Walaupun pada tahun-tahun ini tidak mengalami penambahan jumlah migrasi secara signifikan, dengan merdekanya

26Said El-Kacimi, “Identity and Social Integration: Exploratory Study of Muslim Immigrants in the United States,” (Disertasi pada Claremont Graduate University dan San Diego State University, San Diego, 2008).

27M. Arif Ghayur, “Muslims in the United States,” hlm. 152-153.

Fiqh Minoritas beberapa negara ketiga yang merupakan negara asal kebanyakan imigran, ada pengaruh positif terhadap bangkitnya identitas keberagamaan kaum imigran. Pada masa ini, para diplomat, peng-usaha, dan kelas menengah muslim mulai banyak berdatangan. Semangat dan harga diri keberagamaan kaum muslim minoritas mulai menemukan bentuk baru. Pada tahun-tahun inilah masjid dan pusat keislaman mulai pertama kali didirikan di beberapa kota di Amerika Utara. Lebih jauh lagi, pada fase inilah, tepatnya pada tahun 1952, Muslim Student Association (MSA) didirikan oleh mahasiswa muslim di Amerika dan Kanada.28

Fase berikutnya adalah pasca 1965 sampai sekarang. Setelah terjadi liberalisasi undang-undang migrasi pada tahun 1965,

pattern migrasi ke Amerika mulai mengalami perubahan yang

sangat berarti. Para imigran sudah mulai mengukuhkan diri sebagai penduduk atau warga negara Amerika. Bagi sebagian orang dari berbagai negara muslim, tinggal di Amerika dan atau menjadi warga negara Amerika adalah suatu kebanggaan. Hal ini bisa dilihat dari animo masyarakat terhadap Green Card (kartu undian untuk menjadi warga negara Amerika) yang ditawarkan oleh pemerintah Amerika setiap tahunnya, yang mendapatkan respons sangat besar. Isu rasial, diskriminasi, dan terorisme bahkan bukan menjadi penghalang mereka untuk tinggal di Amerika. Menurut sejumlah pengamat, jumlah umat Islam di Amerika saat ini berkisar 6 sampai 10 juta orang, berkembang pesat jika

dibanding-28Ibid., hlm. 153. Khusus untuk minoritas muslim dari kelompok kulit hitam,

Afrika, pada fase ini bisa disebutkan pendiri The Moorish Scince Temple yang dibangun oleh Noble Drew Ali pada tahun 1913, yang merupakan gerakan pertama mengenalkan Islam pada masyarakat Amerika kulit hitam. Lembaga ini membangun hubungan dengan kelompok African Americans dan nenek moyangnya serta dengan suku Moors dari Maroko yang beragama Islam. Prinsip utamanya adalah cinta, kebenaran, kedamaian, dan keadilan; prinsip-prinsip yang menurut mereka adalah respons terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh budak.

kan dengan tahun 1981 yang, menurut Arif Ghayur, berkisar 1.203.500 orang.

Potret umat Islam di Amerika saat ini dipaparkan oleh hasil penelitian The Pew Research Center tahun 2007, yang tidak hanya meneliti tentang latar belakang dan jumlah umat Islam di Amerika, tetapi juga pengalaman keberagamaannya, stratifikasi sosial, dan keterlibatannya dalam bidang sosial dan politik serta nilai-nilai hidup yang dipegangnya. Temuan dari survei nasional yang lengkap tentang mereka menunjukkan bahwa muslim Amerika secara umum hidup bahagia dan moderat dalam hal pandangan hidup. Pola pandang, nilai, dan perilaku mereka telah terasimilasi secara baik dengan pola pandang dan nilai yang hidup di Amerika secara umum.29

Mengenai jumlah umat Islam di Amerika, sulit diperoleh data secara ilmiah, pasti, dan akurat karena memang peraturan Amerika tidak memperkenankan mempertanyakan keberagamaan penduduknya, karena hal ini merupakan urusan privat. Namun, dari beberapa penelitian diperoleh kesimpulan bahwa jumlah mereka semakin tahun semakin meningkat dan menyatakan bahwa Islam merupakan agama yang paling cepat perkembangannya di Amerika. Pusat penelitian ini menyatakan bahwa pada tahun 2007, jumlah penduduk dewasa (usia 18 tahun ke atas) yang memeluk Islam di Amerika sekitar 0.6% dari keseluruhan penduduk.30 Komposisi penduduk muslim di Amerika berdasarkan

29The Pew Research Center, Muslim Americans Middle Class and Mostly

Main-stream, hlm. 1-2. Mayoritas muslim di Amerika merasa Amerika sebagai tempat

yang nyaman dan menyenangkan untuk menjadi tempat tinggal. 71% dari mereka berpendapat bahwa siapapun bisa maju di Amerika sepanjang punya niat untuk bekerja keras.

30Trend peningkatannya bisa dibandingkan dengan data dari survei NES (National

Election Study) oleh University of Michigan pada tahun 2000 yang mengestimasi

0.2%, ARIS (American Religious Identification Study) oleh Barry A. Kosmin dan Egon Mayer dari City University of New York Graduate Center pada tahun 2001

Fiqh Minoritas jenis kelamin, usia, dan status keluarga secara jelas dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3.

Jenis Kelamin, Usia, dan Status Keluarga Penduduk U.S

Tabel di atas berdasarkan Data Biro Sensus US.

Dari keseluruhan masyarakat muslim di Amerika, 65% dari mereka dilahirkan di luar Amerika, dan 35% di Amerika. Dari 65% di atas, 24% berasal dari negara Arab, 8% dari Pakistan, 10% dari

yang mengestimasi 0.5%, GSS (General Social Survey) yang dilakukan oleh National Opinion Research Center University of Chicago tahun 1998, 2000, 2002, 2004, 2006, yang mengestimasi 0.5%. Lihat, ibid., hlm. 10.

Asia Selatan lainnya, 8% dari Iran, 5% dari Eropa, 4% dari Afrika, dan 6% dari wilayah lainnya.31 Mereka berimigrasi ke Amerika pada tahun yang beragam. Data Pew Research Center menunjukkan bahwa 11% dari mereka berimigrasi sebelum tahun 1980, 15% berimigrasi pada periode 1980-1989, 21% berimigrasi pada periode 1990-1999, dan 18% berimigrasi pada tahun 2000-2007. Sementara umat Islam yang lahir di Amerika yang berjumlah 35% di atas, 21% memeluk Islam karena pindah agama, dan 14% beragama Islam sejak lahir. Dari keseluruhan muslim di Amerika, 77% telah mendapatkan status kewarganegaraan, dan 23% lainnya masih belum mendapatkannya.32 Gambaran detailnya bisa dilihat pada tabel 4 dan tabel 5 berikut.

31Kalau digabung antara yang lahir di Amerika dan yang lahir di luar Amerika, komposisi etnis muslim di Amerika adalah sebagai berikut: 35-40% etnis Asia Selatan, 30% etnis African American, 25% etnis Arab, 5-10% etnis Afrika, Turki, Asia Tengah, dan Eropa. Lihat, Hillel Fradkin, “America in Islam,” dalam The

Public Interest, Spring 2004, hlm. 46.

32The Pew Research Center, Muslim Americans Middle Class and Mostly

Mainstream, hlm. 13.

Fiqh Minoritas

Tabel 4.

Tabel 5.

Komposisi Ras Penduduk Muslim U.S

Kesimpulan diprosentase ulang dengan tidak memasukkan responden yang tidak merespons. Keseluruhan data didasarkan pada lembaga sensus US.

Berbeda dengan generasi awal imigran muslim yang datang ke Amerika karena alasan ekonomi dengan menjadi budak atau buruh pekerja, para imigran generasi sekarang memiliki alasan yang beragam. Alasan mendapatkan pendidikan yang lebih baik menempati ranking pertama sebanyak 26%, diikuti oleh alasan ekonomi sebanyak 24%, alasan keluarga 24%, karena konflik atau perlakuan diskriminatif 20%, 3% karena alasan yang lain, dan 3% lainnya abstain.33 Dua alasan utama, yakni pendidikan dan ekonomi, menjadi indikator yang cukup baik atau prospek masa depan yang lebih baik dari imigran muslim di Amerika

dibanding-33Ibid., hlm. 15.

Fiqh Minoritas kan dengan para pendahulunya. Dengan pendidikan, imigran muslim tidak akan selamanya menjadi buruh atau pekerja kasar, tetapi akan bergerak menempati posisi kerja profesional. Pen-jelasan di atas dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6.

* Berdasarkan klasifikasi UNDP tentang wilayah Arab yang meliputi 22 negara Timur Tengah dan Afrika Utara.

Hillel memberikan penjelasan pendukung atas kondisi sosial ekonomi minoritas muslim di Amerika. Menurutnya, muslim di Amerika Serikat tersebar di berbagai kota besar dengan tingkat penghasilan ekonomi dan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Setidaknya, 12 kota—New York, California, Texas, Michigan, Illi-nois, Florida, New Jersey, Virginia, Ohio, Pennsylvania, Massa-chusetts, dan Maryland—memiliki lebih dari 100.000 muslim, dan 6 kota pertama memiliki masing-masing 200.000 orang. Meskipun demikian, muslim Amerika banyak yang bertempat tinggal di beberapa kota besar: New York, Los Angeles, Washington, D.C., Detroit, dan Chicago. Dengan mengecualikan muslim African-American, keluarga muslim Amerika sebenarnya tergolong kaya: lebih separo berpenghasilan lebih dari US$ 50.000 setahun, dengan rata-rata penghasilan US$ 55.000. Hal ini secara pasti menunjukkan bahwa muslim di sana banyak menempati psosisi kerja profesional, seperti insinyur, dokter, guru, manajer usaha, Masyarakat Minoritas Muslim di Barat dan Problematika Hukum Islam

Fiqh Minoritas dan sebagainya. Lebih jauh hal ini menunjukkan bahwa muslim di Amerika memiliki tingkat pendidikan yang tidak rendah.34

Catatan Hillel di atas dikuatkan dengan data berikutnya yang diambil dari riset tahun 2007, yang menunjukkan bahwa pen-didikan minoritas muslim secara umum di Amerika dapat digambarkan sebagai berikut: 10% berpendidikan pascasarjana, 14% lulusan S1, 23% sedang menjalani program S1, lulusan SMA 32%, dan yang tidak lulus SMA 21%. Sementara penghasilan mereka per tahun (income percapita) bervariasi, mulai dari yang di bawah US$ 30.000 seperti yang dialami oleh 35% minoritas muslim sampai pada yang lebih dari US$ 100.000 seperti yang didapatkan oleh 16% dari mereka. 10% dari mereka berpenghasilan antara US$ 75.000-US$ 99.999, 15% berpenghasilan di antara US$ 50.000-US$ 74.999, dan 24% berpenghasilan antara US$ 30.000-US$ 49.999,35 sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 7.

34Hillel Fradkin, “America in Islam”, hlm. 47.

35The Pew Research Center, Muslim Americans Middle Class and Mostly

Tabel 7.

Pendidikan dan Pendapatan Penduduk U.S

Hasil data pendidikan dan pendapatan diprosentase kembali untuk tidak memasukkan yang abstain. Tabel pendidikan publik didasar-kan pada Data Biro Sensus US. Tabel kependududidasar-kan rumah dari Masyarakat Minoritas Muslim di Barat dan Problematika Hukum Islam

Fiqh Minoritas April 2007 dan kondisi keuangan didapat dari survei nasional PEW pada Februari 2007.

Meskipun secara umum kehidupan muslim di Amerika cukup baik dan bahagia, tidak berarti mereka terbebas penuh dari permasalahan-permasalahan hidup. Sebagai minoritas dari sisi agama, seringkali mereka dicurigai dan bahkan pernah men-dapatkan perlakuan diskriminatif. Survei tentang pengalaman sebagai muslim Amerika menunjukkan bahwa pada masa lalu hanya 32% dari mereka yang merasa eksistensinya mendapat dukungan, 26% dicurigai, 18% mendapat perlakuan diskriminatif di bandara, 15% dipanggil dengan nama tidak sepantasnya, dan 4% diancam atau diserang. Serangan teroris ke WTC 11 September 2001 memperparah pengalaman hidup mereka; 53% dari mereka merasa hidup semakin sulit, 40% menganggap tetap tidak berubah, dan 7% abstain.36

Data di atas memberikan gambaran yang cukup jelas tentang pertumbuhan dan perkembangan masyarakat minoritas muslim di Amerika. Namun, perkembangan tersebut tidak serta merta menghilangkan kompleksitas problematika yang mereka hadapi. Secara internal, perbedaan stratifikasi sosial, pendidikan, dan ekonomi mereka memungkinkan beragamnya persoalan hidup yang dihadapi. Sedangkan secara eksternal, stereotipe sosial yang telah lama terbentuk dalam benak masyarakat umum Amerika

36Ibid., hlm. 4. Bandingkan data ini dengan hasil riset The Council of American Islamic Relation (CAIR) yang dilakukan setahun setelah tragedi WTC 11

Sep-tember 2001, yang menemukan data bahwa 57% umat Islam di Amerika mengalami pelecehan dan diskriminasi dalam berbagai bentuknya, dan 48% responden muslim menyatakan bahwa kehidupannya memburuk setelah tragedi tersebut. Lihat, Michelle D. Byng, “Complex Inequalities: The Clash of Muslim Americans After 9/11,” dalam American Behavioral Scientists, Vol. 51, No. 5, Januari 2008, hlm. 669.

dan kondisi politik nasional dan politik global berpengaruh cukup kuat atas dinamika persoalan kehidupan mereka.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa wajah problematika kehidupan yang dihadapi minoritas muslim di Amerika tidak tunggal, tetapi beragam dengan segala dimensinya. Karena itu, solusi yang komprehensif, menggunakan berbagai macam pen-dekatan sebagai pertimbangan, atas berbagai macam persoalan yang terjadi dalam kehidupan mereka, tentu sangat diperlukan.