• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mobilisasi Alat dan Bahan

Dalam dokumen amdal_h.pdf (Halaman 27-45)

a) Jenis-jenis peralatan yang dibutuhkan dan akan digunakan dalam kegiatan Reklamasi Pulau H dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Jenis Peralatan Konstruksi

No. Jenis Alat Nama Kegiatan Volume

1 Penghampar/penimbun pasir spray pontoon

Reklamasi 8

2 Pemuat tanah truck 5

3 Alat penggali exavator 15

4 Alat pancang vertikal drain perforated vertical drain 5

5 Alat Grading grading 15

6 Alat angkut pasir TSHD

Shore Protection

50

7 Alat penghampar material spray pontoon 10

8 Alat pembantu penghampar material CSD 15

b) Jenis dan volume material utama yang diperlukan untuk adalah:

No. Jenis Material KebutuhanJumlah Asal AngkutAlat

1 Batu < 1 ton 314.000 m3 Provinsi Banten dan

Provinsi Lampung Kapal Ponton

2 Batu > 1 ton 217.000 m3

3 Pasir untuk tanggul dan causeway 2,4 juta m3 Kabupaten Serang dan Kabupaten Lampung 4 Pasir untuk pulau 9,2 juta m3

5 Tanah urug (top soil) 315.000 m3 Kabupaten Lebak Truk

Pengangkutan material reklamasi berupa pasir laut dan batu, dll diangkut melalui laut menggunakan kapal tongkang dengan kapasitas 1.500-3.000 ton sebanyak ± 5 kapal/hari, sedangkan material reklamasi yang diangkut melalui jalan darat adalah tanah (top soil) serta peralatan konstruksi menggunakan truk maksimal sebesar ± 110 kendaraan/hari dari daerah Lebak, Banten, Jabodetabek melalui Jl. Tol Jakarta – Merak masuk ke kawasann Pluit – Pantai Mutiara dan akan di dumping di lahan kosong sebelah Utara Regata Apartment. (Gambar I.7). Lokasi pengambilan material direncanakan dari: (1) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan

Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n PT. Jetstar (Blok 1) Nomor 540/010/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang: - 5053’ 1.5” LS; 106011’ 50.0” BT

- 5053’ 1.5” LS; 106014’ 15.0” BT - 5051’ 49.5” LS; 106014’ 15.0” BT - 5051’ 49.5” LS; 106011’ 50.0” BT

(2) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n PT. Jetstar (Blok 2) Nomor 540/011/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang: - 5053’ 11.50” LS; 106011’ 50.00” BT - 5054’ 26.10” LS; 106011’ 50.00” BT - 5054’ 26.10” LS; 106012’ 10.00” BT - 5054’ 35.50” LS; 106012’ 10.00” BT - 5054’ 35.50” LS; 106013’ 7.60” BT - 5053’ 59.80” LS; 106013’ 7.60” BT - 5053’ 59.80” LS; 106014’ 15.00” BT - 5053’ 11.50” LS; 106014’ 15.00” BT

(3) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n PT. Jetstar (Blok 3) Nomor 540/012/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang, dengan koordinat: - 5054’ 09.80” LS; 106013’ 17.60” BT - 5054’ 09.80” LS; 106014’ 55.90” BT - 5054’ 26.10” LS; 106014’ 55.90” BT - 5054’ 26.10” LS; 106017’ 27.00” BT - 5054’ 58.40” LS; 106017’ 27.00” BT

- 5054’ 58.40” LS; 106014’ 40.00” BT - 5054’ 42.10” LS; 106014’ 40.00” BT - 5054’ 42.10” LS; 106013’ 43.10” BT - 5054’ 35.50” LS; 106013’ 43.10” BT - 5054’ 35.50” LS; 106013’ 17.60” BT

(4) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n PT. Jetstar (Blok 4) Nomor 540/008/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang, dengan koordinat: - 5054’ 26.10” LS; 106017’ 27.00” BT - 5054’ 58.40” LS; 106017’ 27.00” BT - 5054’ 58.40” LS; 106017’ 47.00” BT - 5056’ 22.00” LS; 106017’ 47.00” BT - 5056’ 22.00” LS; 106019’ 11.40” BT - 5056’ 37.60” LS; 106019’ 11.40” BT - 5056’ 37.60” LS; 106019’ 30.00” BT - 5055’ 08.10” LS; 106019’ 30.00” BT - 5055’ 08.10” LS; 106018’ 54.40” BT - 5054’ 35.50” LS; 106018’ 54.40” BT - 5054’ 35.50” LS; 106017’ 40.00” BT - 5054’ 26.10” LS; 106017’ 40.00” BT

(5) Lokasi pasir di Provinsi Lampung dengan Keputusan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung Nomor 540/3710/KEP/II.07/2015 tentang Persetujuan Peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Pasil Laut Kepada PT. Lautan Indonesia Persada; serta Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/130/II.05/HK/2015 tentang Izin Lingkungan Rencana Kegiatan Penambangan Pasir Laut Di Kecamatan RajaBasa Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung oleh PT. Lautan Indonesia Persada, dengan koordinat:

- -600’ 58.89” LS; 105036’ 16.19” BT - -600’ 58.89” LS; 105037’ 59.99” BT - -602’ 38.58” LS; 105037’ 59.99” BT - -602’ 38.58” LS; 105036’ 16.19” BT

(6) Lokasi batu di Provinsi Banten dan Provinsi Lampung, dengan koordinat: - 5054’ 11.17” LS; 10601’ 14.91” BT

- 5053’ 31.30” LS; 10604’ 25.73” BT - 5053’ 11.53” LS; 10602’ 41.00” BT - 601’ 54.44” LS; 105056’ 52.12” BT - 5046’ 4.05” LS; 105047’ 13.24” BT

3) Reklamasi

Pekerjaan reklamasi meliputi pengangkutan pasir hingga lokasi yang akan di reklamasi, pengurugan pasir dan pembangunan tanggul. Aktivitas pengengkutan pasir dilakukan dari lokasi sumber material urug menuju lokasi Pulau H menggunakan TSHD. Kegiatan pengurugan dan pembangunan tanggul direncanakan bertahap, dimana tanggul dilaksanakan pada tahap awal hingga mencapai sekitar elevasi muka air laut dan selanjutnya diikuti oleh pemasangan bund dan pekerjaan tanggul. Secara garis besar pekerjaan reklamasi dilakukan sebagai berikut (Gambar I.12):

a) Pengurugan

(1) Uraian Tentang Pengerukan dan Proses Pengangkutan

Pasir dikeruk dari area konsesi. Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD) ukuran sedang dan besar, kapasitas 10.000- 40.000 m3 dapat mengeruk pada kedalaman ini dan sepertinya ukuran inilah yang dipakai oleh para kontraktor. TSHD menggunakan satu atau dua pipa isap untuk mengeruk bahan pasir ini dan menempatkan kerukan ini ke hopper. Air yang berlebih, yang digunakan untuk memompa pasir ke hopper diarahkan ke pinggir kapal melalui sistem pelimpah. Dalam area galian pasir yang bagus, THSD ini akan terisi penuh dalam waktu 1,0-2,0 jam. Dalam area galian dengan komposisi lanau dan lempung yang banyak, pengisian THSD akan berlangsung lebih lama, hingga beberapa jam, sementara bahan-bahan halusnya akan dihanyutkan ke pinggir kapal. Setelah pengisian, THSD ini berlayar ke lokasi reklamasi.

Di tempat reklamasi THSD ini mengeluarkan muatannya ke urugan atau ke tempat penumpukan bawah laut yang dengan melalui Pengeruk Isap (stasioner) dimana pasir akan menuju ke sinker line, lalu ke urugan.

(2) Uraian Proses Pengurugan

Proses pengurugan adalah sebagai berikut: (a) Proses pengurugan

Metode pengurugan dilakukan dengan system gravitasi. Pasir akan diangkat dengan menggunakan TSHD dari lokasi borrow area ke lokasi proyek. Setelah TSHD yang berisi muatan pasir sampai ke lokasi proyek, system penyemprotan pasir akan disambungkan dengan TSHD. Pasir dipompa melalui pipa untuk kemudian disebarkan pada lokasi penimbunan menggunakan spray pontoon atau spray barge. Pontoon ini menyebarkan campuran air dan pasir secara vertikal ke dalam air. Pada lokasi perairan dalam, pasir

demi lapis. Lapisan pasir yang pertama disebar jangan terlalu tebal untuk mencegah ketidakstabilan dasar laut. Dua lapisan pasir yang terletak paling bawah harus memiliki ketebalan tidak lebih dari 0.7 m. Lapisan pasir setelahnya dapat ditimbun dengan ketebalan 2-3 m. Setelah timbunan mendekati permukaan air, dimana penggunaan spray pontoon sudah tidak bisa dilakukan, penimbunan dari atas permukaan air akan dilakukan. Pasir dialirkan dari kapal dengan menggunakan pipa kelokasi timbunan. Kemudian timbunan pasir akan disebar dan didorong menggunakan Bulldozers. Proses pengurugan terdiri dari:

- Pengurugan Pasir Pada Perairan Dalam

Pada perairan dalam, pertama-tama pasir ditempatkan dengan menggunakan ponton semprot atau bargas semprot, yang mampu mengurug area ini secara lapis demi lapis. Lapisan pasir pertama pada dasar laut haruslah relatif tipis untuk menghindari ketakstabilan dasar laut (gelombang lumpur). Kedua lapisan tambahan lainnya haruslah dengan ketebalan tidak lebih dari 0,7 m. Lapisan-lapisan berikutnya (di atas ketebalan 1,4 m) dapat ditempatkan lapis demi lapis dengan ketebalan 2-3 m. Lapisan-lapisan yang lebih atas lainnya ditempatkan sebagai urugan permukaan seperti yang diurakan sebelumnya. Pasir dipompakan melalui jaringan pipa ke ponton/bargas penyemprot atau penyebar di lokasi proyek. Ponton ini biasanya membuang campuran air dan pasir secara vertikal seperti yang disajikan pada Gambar I.8. Ponton sebar ini dapat secara tepat mengendalikan kecepatan dan densitas campuran air-pasir dan dapat menggerakkan ponton pada kecepatan yang beragam agar dapat menempatkan volume pasir atau tebal lapisan secara tepat. Ponton/bargas semprot ini dapat digunakan hingga ke kedalaman perairan sekitar 1,0 m (kedalalaman ini sudah termasuk lapisan pasir yang telah disebarkan sebelumnya).

Gambar I.8. Ponton Penyemprot Pasir - Pengurugan Pasir Pada Perairan Dangkal

Pada perairan dangkal, pengurugan pasir hanya dapat dilakukan dengan metode di-atas-air. Perairan ini terlalu dangkal untuk bargas sebar. Prosedur pengurugan dasar laut ini dapat dilakukan untuk kontur kedalaman elevasi acuan -6 m. pasir juga dapat dibuang secara mendatar, di atas muka air (Gambar I.9). Campuran pasir dan air keluar dari pipa di atas muka air, pasir akan mengendap dan airnya mengalir kembali ke laut. Buldozer yang berada di depan pipa akan mendorong pasir yang mengendap di depan pipa agar pasir tersebut tidak menghalangi aliran dari pipa. Pasir digunakan untuk membuat pematang yang sejajar dengan arah pengurugan tetapi terletak di depan ujung pipa untuk mengarahkan bentuk pengurugan.

Gambar I.9. Ujung Jaringan Pipa, Pembuangan Campuran Secara Mendatar

(b) Pemasangan PVD

Pemasangan vertical drain/PVD dilakukan dengan 2 metode yang berbeda, yaitu dilakukan dari laut dengan pontoon dan pemasangan dari darat. Untuk mempercepat proses konsolidasi di lokasi rencana tanggul, pemasangan PVD dilakukan dari pontoon ketika ketebalan timbunan mencapai sekitar 1.5 atau 2 m. Sementara itu untuk mempermudah proses pengerjaan, pemasangan PVD diarea reklamasi dilakukan dari darat ketika timbunan telah berada diatas muka air laut dan dapat diakses dari darat.

Sedangkan metode pengurugan disesuaikan dengan kedalaman perairan rencana Pulau H, dimana bagian Utara lebih dalam dibandingkan bagian Selatan.

(3) Penahapan Pembangunan, Kendala Akibat Stabilitas

Stabilitas tanggul selama dan persis setelah pembangunan merupakan aspek kritis, khususnya di bagian yang lebih dalam. Untuk penghitungan stabilitas diperlukan selang waktu pembangunan (minimum) tertentu di antara beberapa tahapan untuk memastikan stabilitas timbunan pasir (yang diurug secara bertahap). Kontraktor haruslah mematuhi selang minimum sebagaimana yang diberikan dan memastikannya dengan melakukan monitoring penurunan muka-tanah dan tekanan pori. Pada bagian-bagian yang lebih dalam, dipersyaratkan juga waktu-tunggu tertentu untuk memberi waktu terjadinya proses konsolidasi.

b) Pekerjaan Tanggul

(1) Tipikal Penampang Melintang

Berdasarkan optimalisasi biaya dan desain hidraulik, ditentukan desain optimal penampang melintang. Penampang melintang optimal mempunyai spesifikasi sebagai berikut (lihat Gambar I.10):

(a) Talud tanggul bagian bawah (lower slope) dengan kemiringan 1:6; (b) Berm direncanakan dengan lebar 8 m pada muka air rencana (Design

Water Level), dengan elevasi pada waktu konstruksi di LWS + 4.4 m;

Di sekeliling pulau terdapat berm dengan lebar 8 m yang berfungsi sebagai pantai publik. Desain tanggul Pulau H telah mempertimbangkan keberadaan/jarak dengan jalur Pipa Gas Bawah Laut.

(a) Segmen

Berdasarkan desain hidraulik, Pulau H dibagi menjadi 9 segmen. Segmen-segmen tersebuat adalah segmen-1, segmen 2, segmen3a, segmen 3b, segmen 3c, segmen 4, segmen 5, segmen 6a, dan segmen 6b. Gambar I.11 menerangkan lokasi segmen pada pulau H.

(b) Desain Hidraulik

Dalam perencanaan tanggul laut, kriteria desain yang digunakan adalah sebagai berikut:

- Rencana umur konstruksi adalah 50 tahun

- Penurunan muka tanah (land subsidence) = 7.5 cm/tahun

- Dalam desain, diperhitungkan penurunan muka tanah dalam waktu 50 tahun

- Muka air rencana (DWL = design water level)

Desain tanggul laut terdiri dari beberapa bagian berikut:

(a) Ketinggian Puncak

Ketinggian puncak desain (setelah 50 tahun) ditampilkan pada Tabel

Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Ketinggian Puncak Setiap Segmen Tanggul

Segmen ElevasiBerm [LLWS+m] Lebar Berm [m] Kemiringan lereng atas Kemiringan lereng bawah Elevasi Puncak [LLWS+m] 1 2.3 8 1:3 1:6 4,3 2 2.3 8 1:3 1:6 4,3 3a 2.3 8 1:3 1:6 4,3 3b 2.3 8 1:3 1:6 4,3 hingga 4,5 3c 2.3 8 1:3 1:6 4,5 4 2.3 8 1:3 1:6 4,5 hingga 4,0 5 2.3 8 1:3 1:6 4,0 hingga 3,3 6a 2.3 8 1:3 1:6 3,3 6b -2.6 8 1:3 1:6 3,3

(b) Perlindungan Lereng Bawah Tanggul

Penentuan ukuran batuan di lereng bawah tanggul didasarkan pada besarnya gelombang yang mungkin terjadi pada setiap segmen tanggul. Gelombang yang datang dengan arah tidak tegak lurus dengan tanggul dapat memperkecil ukuran batu yang dibutuhkan.

Tabel 1.5 menyajikan informasi tentang ukuran batu yang digunakan

pada setiap segmen tanggul.

Tabel 1.5. Ukuran Batu Untuk Lereng Bawah Tanggul

Segmen Ukuran Batuan Ketebalan Lapisan[m]

1 60-300 kg 0,9 2 300-1.000 kg 1,3 3a 1.000-3.000 kg 1,9 3b 1.000-3.000 kg 1,9 3c 1.000-3.000 kg 1,9 4 300-1.000 kg 1,3 5 60-300 kg 0,9 6a 10-60 kg 0,5 6b 10-60 kg 0,5

Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014 (c) Perlundungan Lereng Atas Tanggul

Lereng atas tanggul merupakan tempat terjadinya rayapan gelombang. Beban pada bagian lereng yang berada di atas tanggul lebih kecil dari pada lereng di bagian bawah dikarenakan adanya berm. Tabel 1.6 merangkum ukuran batu yang dibutuhkan untuk lereng atas tanggul.

Tabel 1.6. Ukuran Batu Untuk Lereng Atas Tanggul

Segmen Ukuran Batuan Ketebalan Lapisan[m]

1 60-300 kg 0,9 2 300-1.000 kg 1,3 3a 1.000-3.000 kg 1,9 3b 1.000-3.000 kg 1,9 3c 1.000-3.000 kg 1,9 4 300-1.000 kg 1,3 5 60-300 kg 0,9 6a 10-60 kg 0,5 6b 10-60 kg 0,5

Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014

(d) Lapisan Filter (Granular dan Geotekstil)

Lapisan filter digunakan agar tidak terjadi erosi yang terjadi akibat gradasi ukuran pelindung pantai dengan tanah yang begitu besar. Batuan berukuran lebih kecil digunakan sebagai lapisan filter. Lapisan filter untuk tanggul pada setiap segmen dirangkum pada

Tabel 1.7. Lapisan Filter Tanggul

Segmen Ukuranbatuan Ketebalan UkuranLapisan Filter-1Ketebalan Lapisan Filter-2 [m] Ukuran Ketebalan[m] 1 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 - -2 300-1.000 kg 1,3 10-60 kg 0,5 - -3a 1.000-3.000 kg 1,9 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 3b 1.000-3.000 kg 1,9 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 3c 1.000-3.000 kg 1,9 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 4 300-1.000 kg 1,3 10-60 kg 0,5 - -5 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 - -6a 10-60 kg 0,5 - - - -6b 10-60 kg 0,5 - - -

-Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014 Geotekstil

Geotekstil digunakan untuk mencegah tanah yang dilindungi tererosi. Dua jenis geoteksitil dipakai. Untuk bagian puncak hingga berm digunakan geotekstil, sedangkan dari berm hingga dasar tanggul memakai geomatrass. Ukuran maksimum batuan yang dapat diletakkan di atas geotekstil adalah 10-60 kg.

(e) Struktur Ujung Bawah (Toe Structure)

Struktur ujung bawah berfungsi untuk menahan lapisan armor dan erosi di sekitar tanggul. Panjang minimum untuk struktur ujung bawah didesain minimal 5 kali diameter batuan dengan ketebalan minimal 2 kali diameter batuan.

(f) Penurunan Muka Tanah Total

Penurunan muka tanah total terjadi di area tanggul dan pulau hasil reklamasi. Besarnya penurunan tanah dapat dilihat pada Tabel 1.8. Perhitungan ini memakai acuan waktu handover 720 hari.

Tabel 1.8. Penurunan Muka Tanah Total Chainage Boreholereferensi

Elevasi Timbunan Teoritis [m+LLWS] (a) Total Settlements [m] (b) Elevasi Konstruksi [m+LLWS] Land Subsidence [m] (c) Elevasi puncak di tahun ke-50 [m+LLWS] (d = a-b-c) Elevasi Desain Reklamasi [m+LLWS] 0+300 BH-6 10,2 4,29 7,10 1,5 4,41 4,30 0+700 BH-13 9,0 2,98 6,27 1,5 4,52 4,30 1+000 BH-14 10,9 4,63 7,57 1,5 4,77 4,50 1+500 BH-16 9,5 3,39 7,06 1,5 4,61 4,50 2+300 BH-10 8,0 3,00 5,29 1,5 3,50 3,30 2+900 BH-3 8,1 3,09 5,51 1,5 3,51 3,30 BH-5 9,9 3,97 6,81 1,5 4,43 4,30 BH-8 9,7 3,65 6,58 1,5 4,55 4,40 BH-9 9,8 3,65 6,78 1,5 4,65 4,50 BH-12 9,6 3,48 7,13 1,5 4,62 4,50

Proses pembuatan tanggul sesuasi dengan urutan berikut: (1) Pemasangan bund

Ketika penimbunan mencapai sekitar elevasi muka air laut, pemasangan bund dilakukan disekeliling tanggul. Bund difungsikan untuk meminimalkan butiran-butiran halus material timbunan terbawa atau tergerus oleh pergerakan air laut atau gelombang. Setelah bund terbentuk, penimbunan area reklamasi dapat dilanjutkan sampai elevasi yang direncanakan.

(2) Pengerjaan tanggul

Pekerjaan tanggul dapat dilakukan secara bersamaan dengan proses penimbunan area reklamasi. Hal pertama yang harus disiapkan dalam pengerjaan tanggul adalah proses pengupasan (trimming) kemiringan tanggul agar sesuai dengan kemiringan yang direncanakan. Kemiringan terluar dari timbunan akan terbentuk secara alami dari kemiringan timbunan pasir. Kemiringan ini biasanya mencapai sekitar 1:10. Oleh sebab itu untuk mencapai kemiringan tanggul 1:6, pengupasan harus dilakukan. Alat yang biasa digunakan adalah excavator (long arm) atau grab dredger untuk lokasi yang dalam. Setelah kemiringan tanggul terbentuk, pemasangan geotektil ditanggul bagian bawah dapat dilakukan. Kemudian diikuti dengan pemasangan lapisan batu mulai dari batu yang paling kecil (filter) sampai batuan yang terbesar (armour).

c) Pekerjaan Causeway

Pembuatan causeway ini bersifat massif dengan lebar pada puncaknya sebesar 30 m dengan tinggi pada puncak LLWS+4m. Causeway ini berfungsi sebagai penghubung antara daratan dengan pulau reklamasi. Maksimum overtoping yang diperbolehkan pada causeway ini adalah 5l/s/m.

Material yang digunakan pada konstruksi causeway sama dengan material reklamasi yakni pasir dan baru yang volumenya telah dihitung dalam kebutuhan material reklamasi di atas. Untuk lapisan atas causeway digunakan aspal, karena akan difungsikan sebagai jalan akses ke pulau reklamasi. Pekerjaan causeway ini akan berlangsung selama 17 bulan.

Pembuatan causeway ini bersifat massif dengan lebar 30 meter (2 jalur) dan panjang 300 meter yang digunakan sebagai penghubung antara daratan dengan pulau reklamasi (Gambar I.13 dan I.14). Hal ini berfungsi untuk mengantisipasi dampak terhadap gangguan outlet PLTU Muara Karang yang berada di Kawasan Pantai Mutiara, serta sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 146 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Membangun dan Pelayanan Perizinan Prasaranan Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.

c. Tahap Pasca Konstruksi

Pada Tahap Pasca Konstruksi kegiatan yang ada meliputi:

Dalam dokumen amdal_h.pdf (Halaman 27-45)

Dokumen terkait