• Tidak ada hasil yang ditemukan

amdal_h.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "amdal_h.pdf"

Copied!
264
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

(ANDAL)

REKLAMASI PULAU H

(LUAS ± 63 Ha)

Di

Kawasan Pantai Utara Jakarta Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan,

Kota Administrasi Jakarta Utara

PT. TAMAN HARAPAN INDAH

Intiland Tower Penthouse Floor,

Jl. Jenderal Sudirman 32, Jakarta 10220

(2)

DAFTAR ISI

SURAT PENGANTAR i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG I – 1

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT RENCANA KEGIATAN I – 4

1.2.1. Tujuan Rencana Kegiatan I – 4

1.2.2. Manfaat Rencana Kegiatan I – 5

1.3. PELAKSANAAN STUDI I – 6

1.3.1. Pemrakarsa I – 6

1.3.2. Pelaksana Studi AMDAL I – 7

1.4. DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN I – 8

1.4.1. Status dan Lingkup Rencana I – 8

1.4.2. Uraian Rencana Kegiatan I – 8

1.5. KAJIAN ALTERNATIF I – 35

1.6. HASIL PELIBATAN MASYARAKAT I – 35

1.7. DAMPAK PENTING HIPOTETIK I – 40

1.7.1. Identifikasi Dampak Potensial I – 40

1.7.2. Evaluasi Dampak Potensial I – 43

1.7.3. Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH) I – 52

1.8. BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN I – 55

1.8.1. Batas Wilayah Studi I – 55

(3)

2.1. KOMPONEN FISIK KIMIA II – 1

2.1.1. Iklim II – 1

2.1.2. Kualitas Udara II – 4

2.1.3. Kebisingan II – 5

2.1.4. Kualitas Air Laut II – 5

2.1.5. Kuantitas Air Permukaan (Banjir) II – 7

2.1.6. Hidro Oseanografi II – 11

2.2. KOMPONEN BIOLOGI II – 31

2.2.1. Fauna Darat II – 31

2.2.2. Biota Laut II – 32

2.3. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA II – 37

2.3.1. Luas dan Batas Wilayah II – 37

2.3.2. Kependudukan II – 38

2.3.3. Sarana dan Prasarana II – 40

2.3.4. Kebersihan II – 46

2.3.5. Kamtibmas II – 46

2.3.6. Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman Jakarta

(PPSNZJ) II – 46

2.3.7. Persepsi Masyarakat II – 49

2.4. KESEHATAN MASYARAKAT II – 49

2.4.1. Banyaknya Sarana dan Prasarana Kesehatan II – 49

2.4.2. Banyaknya Dokter Praktek II – 50

2.5. TRANSPORTASI DARAT II – 50

2.6. TRANSPORTASI LAUT II – 51

2.7. KEGIATAN DI SEKITAR LOKASI PROYEK II – 53

BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1. KRITERIA PRAKIRAAN DAMPAK PENTING III – 1

3.2. TAHAP PRA KONSTRUKSI III – 2

(4)

3.3.1. Penurunan Kualitas Udara Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Material III – 3 3.3.2. Peningkatan Kebisingan Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Material III – 4

3.3.3. Perubahan Pola Arus Akibat Reklamasi III – 6

3.3.4. Perubahan Pola Gelombang Akibat Reklamasi III – 18

3.3.5. Abrasi Dan Sedimentasi Akibat Reklamasi III – 22

3.3.6. Penurunan Kualitas Air Laut Akibat Aktivitas Tenaga Kerja III – 30 3.3.7. Penurunan Kualitas Air Laut Akibat Reklamasi III – 31 3.3.8. Perubahan Kualitas Air Laut (Suhu) Akibat Pekerjaan Causeway III – 33 3.3.9. Peningkatan Volume Sampah Padat Akibat Aktivitas Tenaga Kerja III – 34

3.3.10. Gangguan Utilitas Akibat Reklamasi III – 35

3.3.11. Terbukanya Kesempatan Kerja Akibat Rekrutmen Tenaga Kerja III – 36 3.3.12. Gangguan Aktivitas Nelayan Akibat Reklamasi III – 36 3.3.13. Gangguan Aktivitas Nelayan Akibat Pekerjaan Causeway III – 37 3.3.14. Gangguan Kamtibmas Akibat Mobilisasi Alat Dan Bahan Material III – 38

3.3.15. Gangguan Kamtibmas Akibat Reklamasi III – 39

3.3.16. Gangguan Kamtibmas Akibat Kegiatan Rekrutmen dan Aktivitas

Tenaga Kerja III – 40

3.3.17. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Rekrutmen dan Aktivitas

Tenaga Kerja III – 40

3.3.18. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Kegiatan Mobilisasi Alat dan

Bahan Material III – 41

3.3.19. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Reklamasi III – 42 3.3.20. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Pekerjaan Causeway III – 43 3.3.21. Gangguan Transportasi Darat Akibat Mobilisasi Alat Dan Bahan

Material III – 43

3.3.22. Gangguan Transportasi Laut Akibat Kegiatan Mobilisasi Alat dan

Bahan Material III – 44

3.3.23. Gangguan Transportasi Laut Akibat Reklamasi III – 45 3.3.24. Gangguan Transportasi Laut Akibat Pekerjaan Causeway III – 46

3.4. TAHAP PASCA KONSTRUKSI III – 46

3.4.1. Penurunan Kualitas Air Laut Akibat Keberadaan Causeway III – 46 3.4.2. Perubahan Pola Arus Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi III – 47 3.4.3. Perubahan Pola Gelombang Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi III – 48 3.4.4. Abrasi Dan Sedimentasi Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi III – 49

3.4.5. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) III – 50

3.4.6. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Keberadaan Lahan Reklamasi III – 51 3.4.7. Perubahan Persepsi Masyarakat Akibat Demobilisasi Peralatan III – 51

(5)

4.1. TELAAHAN HOLISTIK TERHADAP DAMPAK PENTING IV – 1

4.1.1. Tahap Pra Konstruksi IV – 1

4.1.2. Tahap Konstruksi IV – 1

4.1.3. Tahap Pasca Konstruksi IV – 4

4.2. ARAHAN PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN IV – 7

4.2.1. Tahap Pra Konstruksi IV – 7

4.2.2. Tahap Konstruksi IV – 8

4.2.3. Tahap Pasca Konstruksi IV – 14

4.3. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN IV – 16

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL

1.1. Tim Penyusun Studi AMDAL Reklamasi Pulau H I – 7

1.2. Komposisi Tenaga Kerja Konstruksi Reklamasi Pulau H I – 17

1.3. Jenis Peralatan Konstruksi I – 17

1.4. Ketinggian Puncak Setiap Segmen Tanggul I – 25

1.5. Ukuran Batu Untuk Lereng Bawah Tanggul I – 27

1.6. Ukuran Batu Untuk Lereng Atas Tanggul I – 27

1.7. Lapisan Filter Tanggul I – 28

1.8. Penurunan Muka Tanah Total I – 28

1.9. Jadwal Pelaksanaan Reklamasi Pulau H I – 34

1.10. Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan I – 40

1.11. Matriks Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan I – 41

1.12. Definisi Operasional Skor Dampak Penting Hipotetik I – 43

1.13. Evaluasi Dampak Potensial I – 44

1.14. Daftar Dampak Penting Hipotetik I – 52

1.15. Batas Waktu Kajian I – 58

1.16. Ringkasan Proses Pelingkupan I – 59

2.1. Curah Hujan Bulanan 2003-2012 II – 1

2.2. Variasi Suhu Bulanan (°C) 2003-2012 II – 2

2.3. Hasil Pengukuran Kualitas Udara II – 4

2.4. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan II – 5

2.5. Hasil Analisis Kualitas Air Laut II – 6

2.6. Elevasi penting pasang surut (cm), diikatkan pada MSL II – 18

2.7. Hasil analisis plankton (Fitoplankton) II – 33

2.8. Hasil analisis plankton (Zooplankton) II – 34

2.9. Hasil Analisis Benthos II – 36

2.10. Luas Wilayah Kelurahan Pluit menurut status tanah II – 37

2.11. Luas Wilayah Menurut Peruntukan Tanah II – 37

2.12. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk serta Rasio Jenis Kelamin di

Kelurahan Pluit Tahun 2013 II – 38

2.13. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Kelurahan Pluit Tahun 2013 II – 38

2.14. Mobilitas Penduduk Kelurahan Pluit Tahun 2013 II – 38

2.15. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit Menurut Kelompok Umur II – 39

2.16. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian II – 40

2.17. Banyaknya Bangunan Rumah Tinggal II – 41

2.18. Sarana Jalan II – 41

2.19. Sarana Angkutan Jalan II – 42

2.20. Sarana Kepentingan Umum II – 42

2.21. Bangunan Vital II – 43

(7)

2.24. Tingkat Sekolah Dasar (SD) II – 44

2.25. Sekolah Menengah Pertama (SLTP) II – 44

2.26. Sekolah Menengah Umum (SMU) II – 44

2.27. Taman Kanak-kanak II – 45

2.28. Kursus Kejuruan/Keterampilan II – 45

2.29. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit Berdasarkan Tingkat Pendidikan II – 45

2.30. Kegiatan Kebersihan II – 46

2.31. Jumlah Kapal Berdasarkan GT di PPSNZJ Tahun 2013 II – 47

2.32. Jumlah Kapal Yang Mendaratkan Ikan Menurut Jenis Penangkapan Ikan dan Ukuran

Kapal Perikanan Tahun 2013 II – 47

2.33. Jumlah Alat Tangkap di PPSNZJ Tahun 2013 II – 48

2.34. Jumlah Nelayan Menurut Ukuran dan Alat Tangkap di PPSNZJ, Tahun 2013 II – 48

2.35. Persepsi Responden Terhadap Rencana Reklamasi Pulau H II – 49

2.36. Sarana dan Prasarana Kesehatan II – 49

2.37. Data Dokter Praktek II – 50

2.38. Hasil Pengamatan Lalu Lintas Kawasan Pantai Mutiara Tahun 2010 II – 50

2.39. Data Lalu Lintas Andal Busway Koridor XII (2012) II – 51

3.1. Prakiraan Dampak Penting Reklamasi Pulau H III – 53

(8)

DAFTAR GAMBAR

I.1. Peta Rencana Bentuk Pulau Reklamasi Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta I – 9 I.2. Peta Rencana Bentuk Pulau Reklamasi Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta I – 10

I.3. Batas Lokasi Reklamasi Pulau H I – 12

I.4. Koordinat Rencana Reklamasi Pulau H I – 13

I.5. Peta Jalur Pipa Di Sekitar Rencana Reklamasi Pulau H (Survey PT. LAPI

Ganeshatama Consulting, 2013) I – 14

I.6. Peta Fasilitas PHE ONWJ (Pertamina, September 2013) I – 15

I.7. Jalur Pengangkutan Material Pasir Laut, Batuan dan Top Soil I – 20

I.8. Ponton Penyemprot Pasir I – 22

I.9. Ujung Jaringan Pipa, Pembuangan Campuran Secara Mendatar I – 23 I.10. Penampang Melintang Tanggul (PT. Taman Harapan Indah, 2014) I – 24 I.11. Lokasi segmen pada Pulau H (PT. Taman Harapan Indah, 2014) I – 26

I.12. Urutan Pekerjaan Reklamasi I – 30

I.13. STA Position Coordinate of Road Plan and Exixsting with Causeway H Island I – 31 I.14. Typical Dike Exixsting with Upgrade Road and West Side Causeway of Pantai Mutiara I – 32

I.15. Bagan Alir Dampak Potensial I – 42

I.16. Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik I – 53

I.17. Bagan Alir Pelingkupan I – 54

I.18. Peta Wilayah Studi I – 57

II.1. Curah Hujan Bulanan Rata-Rata (Tahun 2003-2012) II – 2

II.2. Variasi Suhu Bulanan 2003-2012 II – 2

II.3. Rataan Kelembaban Bulanan 2003-2012 II – 3

II.4. Arah dan Kecepatan Angin (Periode 2003 – 2012) II – 4

II.5. Jaringan Drainase Menuju Waduk Pluit II – 8

II.6. Hydrograf Debit Banjir Saluran Tubagus Angke II – 9

II.7. Hydrograf Debit Banjir Saluran Bandengan II – 9

II.8. Hydrograf Debit Banjir Kali Besar II – 10

II.9. Hydrograf Debit Banjir Anak Kali Ciliwung II – 10

II.10. Hydrograf Debit Banjir Anak Kali Karang II – 11

II.11. Kontur penurunan muka tanah (Sumber: Abidin et al. 2001) II – 12 II.12. Perubahan elevasi muka tanah di beberapa tempat di Jakarta (Sumber: Abidin et al.,

2009) II – 13

II.13. Tahapan reklamasi Pantai Mutiara (Sumber: Lee et al (2003) dalam EXPO 2012) II – 14 II.14. Laju penurunan muka tanah (m/tahun) berdasarkan survey (Sumber: EXPO 2012) II – 14 II.15. Citra pada bagian A dari reklamasi (Sumber: EXPO 2012) II – 15 II.16. Citra pada bagian B dari reklamasi (Sumber: EXPO 2012) II – 16 II.17. Citra pada bagian C dari reklamasi (Sumber: EXPO 2012) II – 16 II.18. Analisis subsidence menggunakan data LIDAR (Sumber: EXPO 2012) II – 17

(9)

II.20. Kondisi pasang surut di Pantai Mutiara II – 18

II.21. Peta Batimetri Perairan Sekitar Pulau H II – 19

II.22. Data Gelombang Di Sekitar Rencana Lokasi Pulau H II – 20

II.23. Windrose Jakarta Utara (1989-2012) II – 22

II.24. Waverose di Teluk Jakarta dari 1989-2012 II – 24

II.25. Gelombang musim barat dengan kondisi eksisting II – 25

II.26. Gelombang musim timur dengan kondisi eksisting II – 26

II.27. Lokasi sumber input sedimen II – 26

II.28. Sedimen tersuspensi pada kondisi eksisting II – 27

II.29. Endapan sedimen pada kondisi eksisting II – 28

II.30. Endapan sedimen pada kondisi eksisting II – 29

II.31. Lokasi titik pengamatan II – 30

II.32. Endapan sedimen pada titik pengamatan kondisi eksisting II – 30

II.33. Lokasi inlet dan Outlet PLTU Muara Karang II – 31

II.34. Piramida Penduduk di Kelurahan Pluit Tahun 2013 II – 40

II.35. Lokasi Sampling II – 52

II.36. Kegiatan Sekitar Proyek (Pulau H) II – 54

III.1. Model Rambatan Bising III – 5

III.2. Tingkat Kebisingan di Sekitar Lokasi Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Materal III – 5

III.3. Mesh Model Hidrodinamika III – 6

III.4. Kondisi Batas Untuk Pasang Surut III – 7

III.5. Perbandingan Seri Waktu Data Pengukuran dan Model III – 7

III.6. Korelasi Data Pengukuran Dan Model III – 8

III.7. Pola Arus Saat Menuju Pasang Sebelum Reklamasi III – 9

III.8. Pola Arus Saat Pasang Sebelum Reklamasi III – 9

III.9. Pola Arus Saat Menuju Surut Sebelum Reklamasi III – 10

III.10. Pola Arus Saat Surut Pasang Sebelum Reklamasi III – 10

III.11. Pola Arus Saat Menuju Pasang sesudah Reklamasi III – 11

III.12. Pola Arus Saat Pasang sesudah Reklamasi III – 12

III.13. Pola Arus Saat Menuju Surut sesudah Reklamasi III – 12

III.14. Pola Arus Saat Surut sesudah Reklamasi III – 13

III.15. Lokasi titik tinjau III – 14

III.16. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 1 III – 15

III.17. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 2 III – 15

III.18. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 3 III – 16

III.19. Perbandingan Elevasi Dan Kecepatan Arus Di Titik 4 III – 17

III.20. Gelombang musim barat dengan kondisi eksisting III – 19

III.21. Gelombang musim barat pada dengan Pulau H terbangun III – 19

(10)

III.26. Endapan sedimen pada kondisi eksisting III – 24

III.27. Endapan sedimen pada kondisi rencana Pulau H III – 24

III.28. Sedimen tersuspensi pada kondisi eksisting III – 25

III.29. Sedimen tersuspensi pada kondisi Pulau H terbangun III – 26

III.30. Endapan sedimen pada kondisi eksisting III – 27

III.31. Endapan sedimen pada kondisi pulau H terbangun III – 27

III.32. Lokasi titik pengamatan III – 28

III.33. Endapan sedimen pada titik pengamatan kondisi eksisting III – 28 III.34. Endapan sedimen pada titik pengamatan kondisi Pulau H terbangun III – 29

III.35. Perbandingan pada kedua kondisi III – 29

III.36. Sebaran TSS Saat Pasang III – 31

III.37. Sebaran TSS Saat Surut III – 32

III.38. Perbandingan Suhu Air Laut Di Titik Inlet Sebelum Dan Sesudah Pekerjaan Causeway III – 33

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kawasan Pantai Utara Jakarta yang mempunyai panjang pantai sekitar 32 (tiga puluh dua) kilometer merupakan kawasan strategis bagi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sekaligus sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia sebagai pintu gerbang Indonesia, dengan berbagai aktivitas masyarakat dan pembangunan yang beragam, termasuk obyek vital. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2030 sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 telah ditetapkan bahwa Kawasan Pantai Utara Jakarta sebagai Kawasan Strategis Provinsi. Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan Pembagian Zonasi, Pasal 189 ayat (1) dinyatakan bahwa Rencana kawasan yang diprioritaskan penanganannya di Kecamatan Penjaringan nantinya akan dilakukan pengembangan kawasan hunian dilengkapi prasarana perdagangan dan jasa, wisata, dan olahraga di Kawasan Pantura Kelurahan Kamal Muara, Kapuk Muara, dan Kelurahan Pluit.

Kebijakan, rencana dan program penataan kembali Kawasan Pantai Utara Jakarta yang telah digagas sejak tahun 1990 terus mengalami penyempurnaan. Konsep penataan kembali Pantura Jakarta yang mencakup konsep reklamasi pulau dan konsep revitalisasi pantai lama yang dimuat di dalam Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Kawasan Pantura Jakarta telah diakomodasi ke dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Di dalam Rencana Tata Ruang tersebut, selain mengatur tata ruang makro Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang serta Kota Depok, dimuat juga zonasi perlindungan dan zonasi pemanfaatan kawasan Pantura. Mengacu ke zonasi tersebut dapat dipahami bahwa penataan kembali kawasan Pantura Jakarta diarahkan kewujud reklamasi pulau, dimana jarak antara garis pantai lama dengan pulau reklamasi ± 200 m. Arahan tata ruang di dalam peraturan presiden tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030, yang memuat arahan rencana struktur tata ruang, sistem infrastruktur dan rencana pola ruang kawasan Pantura Jakarta yang terpisah dari daratan lama, yang pembangunannya melalui pendekatan reklamasi pulau.

Untuk mengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008, maka dilakukan studi Kajian Lingkungan Hidup Strategis Teluk Jakarta (Pantura Tangerang, Jakarta dan Bekasi) sebagai upaya untuk mengurangi resiko lingkungan terhadap berbagai kegiatan yang ada di wilayah Pantai Utara Teluk Jakarta. Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7169/MENLH/03/2011 tentang Hasil Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kawasan Teluk Jakarta, untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Teluk Jakarta maka perlu

(12)

muka air laut, banjir/genangan, abrasi dan kerusakan pantai, degradasi ekosistem mangrove, ketersediaan dan kerawanan air bersih, sedimentasi, pencemaran perairan akibat limbah domestik dan industri, penanganan sampah, pemanfaatan ruang laut, tidak adanya visi keberlanjutan dalam konteks persaingan global/regional wilayah Teluk Jakarta, kebijakan yang ada belum secara jelas merespon dan mengantisipasi permasalahan yang ada, inefisiensi pemanfaatan lahan ditandai dengan kepadatan tinggi dalam pemukiman horisontal, pola penataan spasial yang kurang mempertimbangkan keseimbangan dan keselarasan sosial dan ekonomi mengakibatkan segregasi sosial, rawan konflik sosial, penurunan daya saing dan kualitas lingkungan hidup, kemiskinan dan hilangnya kesempatan berusaha mengancam strata ekonomi lemah.

Untuk memperoleh gambaran utuh tentang dinamika konsep penataan kembali Kawasan Pantura Jakarta dapat dijelaskan beberapa hal penting tentang pemanfaatan dan resiko lingkungan kawasan pantai ini. Dalam kurun waktu sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 2010, yakni masa proses penyusunan dan pemantapan konsep penataan kembali Kawasan Pantura Jakarta tidak banyak dilakukan perbaikan sarana dan prasarana kawasan pantai, sementara itu proses pembebanan lingkungan sebagai akibat pembangunan fisik bagian-bagian Kota Jakarta yang sangat pesat ke segala arah sejak periode tahun 1975 sampai dengan tahun 1995 selain memberikan manfaat bagi penduduk kota juga menimbulkan permasalahan lingkungan. Masalah utama yang dihadapi adalah minimnya prasarana drainase, prasarana transportasi, prasarana sanitasi dan perumahan bagi rakyat. Akumulasi dampak pembangunan fisik berlangsung di kawasan pantai yang fisiknya merupakan dataran rendah yang sangat datar. Bahkan 40% dari luas wilayah Jakarta Utara merupakan sub merged land, yakni dataran yang lebih rendah dari muka laut. Topografi kawasan pantai yang lebih rendah dari muka laut menimbulkan masalah lingkungan tatkala berfungsi sebagai ujung pembuangan (end of pipe) aliran air permukaan dan aliran limbah cair. Karena terbatasnya jaringan sanitasi dan drainase kota, maka aktivitas perkotaan terutama di bagian kota berkepadatan tinggi menimbulkan masalah lingkungan yang serius, sementara itu bahan-bahan pencemar yang dibawa oleh aliran 13 sungai tersebar di perairan laut dangkal mulai dari pantai Marunda di sebelah Timur hingga Kamal Muara di sebelah Barat.

Upaya untuk menanggulangi dan mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup dan penyediaan lokasi pembangunan baru di kawasan pantai dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara reklamasi yang parsial. Awal tahun 1990 muncul masalah lingkungan akibat konflik penggunaan tanah di kawasan pantai, antara lain gangguan terhadap instalasi PLN di Muara Karang. Upaya penyelesaian masalah dilakukan melalui rekayasa teknik dengan cara mengatur aliran sirkulasi air out let air hasil pendinginan mesin, dan menjauhkannya dari lokasi in take air pendingin. Sejak masa itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan kajian penataan Pantai Utara Jakarta dan dilanjutkan dengan kajian-kajian sektoral oleh Dinas Tata Ruang DKI Jakarta, Dinas Perikanan DKI Jakarta dan BAPPEDA.

Di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2030, Kawasan Pantura Jakarta ditetapkan sebagai Kawasan Strategis untuk kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Pada pasal 101 dimuat arahan Kawasan Strategis Pantura Jakarta sebagai berikut:

(13)

1. Kawasan Strategis Pantura mencakup pengembangan areal reklamasi dan kawasan daratan pantai dilakukan secara terpadu yang bersama-sama ditetapkan sebagai satu kawasan perencanaan.

2. Pelaksanaan reklamasi harus memperhatikan kepentingan lingkungan, kepentingan pelabuhan, kepentingan kawasan berhutan bakau, kepentingan nelayan, dampak terhadap banjir rob dan kenaikan permukaan laut serta sungai, kepentingan dan fungsi lain yang ada di Kawasan Pantura.

Pada pasal 102 dinyatakan bahwa:

1. Penyelenggaraan reklamasi Pantura diarahkan bagi terwujudnya lahan hasil reklamasi siap bangun dan pemanfaatannya sesuai dengan tata ruang yang terpadu dengan penataan kembali kawasan daratan Pantura.

2. Penataan kembali kawasan daratan Pantura diarahkan bagi tercapainya penataan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna, peningkatan kualitas lingkungan dan perumahan, pelestarian bangunan bersejarah, kelancaran lalu lintas, dan peningkatan fungsi sistem pengendalian banjir baik itu banjir rob dan kenaikan muka laut/sungai.

3. Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan penataan kembali kawasan daratan Pantura, dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 tentang Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta, dijelaskan bahwa Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta adalah kawasan pengembangan lahan baru melalui pembentukan pulau-pulau hasil kegiatan reklamasi pada perairan laut Teluk Jakarta dalam rangka meningkatkan manfaat sumberdaya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.

PT. Taman Harapan Indah sebagai salah satu pengembang telah memperoleh Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H seluas ± 63 Ha dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta dengan surat Nomor 1277/-1.794.2, tanggal 21 September 2012, dan Persetujuan Prinsip dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta dengan surat Nomor 543/-1.794.2, tanggal 10 Juni 2014 perihal Perpanjangan Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H atas nama PT. Taman Harapan Indah (Terlampir).

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL dan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL di Wilayah Provinsi DKI Jakarta, maka rencana kegiatan Reklamasi Pulau H seluas ± 63 Ha tergolong wajib dilengkapi dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), yang terdiri dari Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan

(14)

Hidup Nomor 5 Tahun 2012 dijelaskan bahwa untuk kegiatan Reklamasi Pantai (semua besaran) wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL.

Mengingat intensitas kegiatan reklamasi relatif tinggi, maka besar kemungkinan kegiatan pada tahap konstruksi dan pasca konstruksi potensial menimbulkan dampak penting (positif dan negatif) terhadap komponen lingkungan fisik kimia, hayati, sosekbud dan lingkungan binaan di sekitarnya. Untuk mengendalikan dampak penting tersebut perlu dilakukan identifikasi dampak penting melalui studi Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) yang didahului dengan penyusunan Kerangka Acuan (KA-ANDAL). Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Reklamasi Pulau H (luas ± 63 Ha) telah mendapat persetujuan dari Komisi Penilai Amdal Provinsi DKI Jakarta Nomor 48/KA.Andal/-1.774.151 tanggal 12 September 2014. Penyusunan ANDAL ini mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, sesuai dengan kewenangannya dokumen AMDAL ini dibahas oleh Tim Teknis dan Komisi Penilai AMDAL Provinsi DKI Jakarta dan merupakan AMDAL tunggal.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT RENCANA KEGIATAN 1.2.1. Tujuan Rencana Kegiatan

Tujuan reklamasi dan penataan ruang Kawasan Pantura Jakarta secara umum sesuai Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta yang sudah diakomodasikan ke dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030, antara lain:

1. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan kota Jakarta sebagai kota pelayanan yang strategis dan memiliki daya saing yang tinggi dalam perkembangan dunia;

2. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan;

3. Terselenggarannya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan dengan memperhatikan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya serta kelestarian bangunan dan lingkungan bersejarah;

4. Mengendalikan pertumbuhan kota Jakarta ke arah Selatan, dan dengan demikian melindungi wilayah Selatan Jakarta sebagai daerah resapan air.

Tujuan reklamasi atau pembangunan lahan Pulau H adalah:

1. Pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai kota pelayanan yang strategis dan memiliki daya saing yang tinggi dalam perkembangan kota-kota di dunia;

(15)

2. Pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan;

3. Mendukung terwujudnya Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta sebagai kawasan strategis sesuai Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012.

4. Mendukung Pemerintah DKI Jakarta dalam mengembangkan program penyediaan dan penyiapan lahan hasil reklamasi bagi pembangunan pemukiman, komersial, jasa dan rekreasi beserta sarana dan prasarana lingkungan yang memadai;

5. Kontribusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan (revitalisasi) melalui penataan kembali dan penyediaan sarana dan prasarana lingkungan, perbaikan kampung;

6. Kontribusi dalam rangka peningkatan aksesibilitas antara Kawasan Pantura Jakarta dengan wilayah di sekitarnya.

1.2.2. Manfaat Rencana Kegiatan

Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan penataan kembali kawasan daratan dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha.

Rencana kegiatan reklamasi Pulau H yang akan dilaksanakan oleh manajemen PT. Taman Harapan Indah, diharapkan dapat memberi manfaat dan kegunaan bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

a. Mendukung program Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030;

b. Mendorong kemajuan sikap, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat serta kemampuan partisipasi kelembagaan masyarakat dalam pembangunan khususnya dalam bidang pengadaan lahan reklamasi sebagai lahan potensial yang cukup bagi kebutuhan masyarakat;

c. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM), memberi lapangan kerja bagi masyarakat luas, meningkatkan pelayanan jasa pada bidang terkait, serta usaha-usaha ekonomi produktif masyarakat setempat.

2. Bagi Masyarakat

a. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar proyek, dapat menumbuhkan usaha ekonomi produktif masyarakat dan pada gilirannya dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta kemampuan partisipasi masyarakat dalam pembangunan;

(16)

b. Memenuhi kebutuhan lahan reklamasi bagi masyarakat yang lebih berkualitas dalam jumlah yang cukup;

c. Memelihara kelestarian lingkungan pantai dengan adanya perlindungan pantai oleh pulau baru sebagai lahan reklamasi;

3. Bagi Perusahaan (Pemrakarsa)

a. Kegiatan reklamasi sebagai lahan yang potensial sebagai sebuah usaha/investasi (bisnis) jangka panjang diharapkan dapat memberi manfaat/keuntungan ekonomi-finansial yang layak bagi perusahaan secara berkelanjutan;

b. Memberi kontribusi bagi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan memajukan pembangunan di Wilayah DKI Jakarta;

c. Mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi swasta dan masyarakat sekitar lokasi proyek dalam mengembangkan kerjasama kemitraan dengan perusahaan lain dalam tata hubungan kerjasama yang saling mendukung dan memberi keuntungan yang layak, memenuhi rasa keadilan dan berkelanjutan;

d. Dengan kegiatan ini diharapkan dihasilkan tata ruang terpadu yang berhasil guna dan berdaya guna, meningkatkan kualitas lingkungan sekitar, serta meningkatkan fungsi sistem pengendalian banjir.

1.3. PELAKSANAAN STUDI 1.3.1. Pemrakarsa

Nama Pemrakarsa : PT. Taman Harapan Indah Alamat Kantor : Intiland Tower Penthouse Floor,

Jl. Jenderal Sudirman 32, Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Kota Administrasi Jakarta Pusat. Nomor Telp., Faks. : (021) 5708181, 5708182

Email : info@intiland.com

Penanggung Jawab : Ir. Suhendro Prabowo

Jabatan : Direktur Utama

Jenis Kegiatan : Reklamasi Pulau H.

Lokasi Kegiatan : Kawasan Pantai Utara Jakarta, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara.

Luas Lahan Reklamasi : ± 63 Ha (Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H, Nomor 1277/-1.794.2, tanggal 21 September 2012 dan Perpanjangan Persetujuan Prinsip Nomor 543/-1.794.2, tanggal 10 Juni 2014).

(17)

1.3.2. Pelaksana Studi AMDAL

Nama Perusahaan : PT. Geo Mitrasamaya

No. Registrasi Kompetensi : 061/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH, tanggal 24 Desember 2014 Alamat Kantor : Jl. H. Awi No. 30, Jatiluhur, Jatiasih, Kota Bekasi.

Nomor Telp., Faks. : (021) 82429153, 82429154

E-mail : amdal@geomitrasamaya.com; geo_mitrasamaya@yahoo.com

Penanggung Jawab : Drs. Pinondang Tambunan

Jabatan : Direktur Utama

Tim penyusun studi AMDAL Reklamasi Pulau H dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1. Tim Penyusun Studi AMDAL Reklamasi Pulau H

No. Nama Jabatan Keahlian

Tim Penyusun

1. Dr. Khoe Susanto K. MS. Ketua

Tim Biologi, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (S2 & S3Ilmu Lingkungan) (Sertifikat Kompetensi No.

000986/SKPA-P1/LSK-INTAKINDO/VIII/2013) / K.018.08.10.09.000244, Tanggal 31-08-2013.

2. Ir. Merdeka Simbolon Anggota Fisik Kimia

(Sertifikat Kompetensi No. 001066/SKPA/LSK-INTAKINDO/XI/2013) / K.020.11.10.09.000290, Tanggal 04-11-2013.

3. Drs. Yeremiah R. Tjamin, MSi. Anggota Kualitas Udara

(Sertifikat Kompetensi No.

000995/SKPA-P1/LSK-INTAKINDO/X/2013) / K.019.10.10.09.000268, Tanggal 02-10-2013. 4. Dr. Urip Rahmani, M.Si. Anggota Sosial Ekonomi Budaya dan Perikanan

(Sertifikat Kompetensi No.

001254/SKPA-P1/LSK-INTAKINDO/VI/2014) / K.037.06.11.10.000450, Tanggal 22 Juni 2014.

5. Iswanto, S. Kom. Anggota Sistem Informasi

(Sertifikat Kompetensi No. 000856/SKPA/LSK-INTAKINDO/III/2013) / A.062.03.13.09.000672, Tanggal 21-03-2013.

Tenaga Ahli

1. Ir. H. Taufik Jaafar Anggota Reklamasi Civil Construction 2. Ir. Hernawan Mahfudz, MS. Anggota Hidrodinamika

3. Santoso, A.Md. Anggota Oceanografi

4. Yusuf Adam Priohandono Anggota Geologi Laut

5. Satria Indratmoko, S.Si. Anggota Sistem Informasi Geografis (GIS) 6. Budi Dwi Handoko, ST. Anggota Transportasi

7. Edward Tambunan, SE. Anggota Sosial Ekonomi

8. Tugiyo, SKM. MSi Anggota Ahli Kesehatan Masyarakat

Pengalaman kerja (Curriculum Vitae) dan foto copy sertifikat Kompetensi Tim Penyusun AMDAL dan tenaga ahli telah dilampirkan dalam dokumen ANDAL ini. Selain tenaga ahli tersebut, penyusunan dokumen AMDAL ini juga didukung oleh beberapa tenaga ahli perencana dari Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah).

(18)

1.4. DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN 1.4.1. Status dan Lingkup Rencana

Pada saat penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) ini kegiatan fisik reklamasi belum berlangsung. Kajian ANDAL ini diutamakan untuk bahan pendukung permohonan surat izin lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan yang akan disampaikan ke BPTSP Provinsi DKI Jakarta. Pelaksanaan Konsultasi publik sesuai dengan SK. Gubernur KDKI Jakarta No.76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL, telah dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Juni 2013 (Berita Acara, Notulen dan Daftar Hadir – Terlampir) dan pengumuman rencana kegiatan di Harian Rakyat Merdeka tanggal 5 Juli 2013 (Lampiran 4).

1.4.2. Uraian Rencana Kegiatan

Berdasarkan Batasan Ruang Kawasan Reklamasi pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012, dijelaskan bahwa Kawasan Reklamasi mencakup kawasan perairan laut Teluk Jakarta yang diukur dari garis pantai utara Jakarta secara tegak lurus ke arah laut sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter dan di dalamnya terdapat kawasan pengembangan lahan baru melalui pembangunan pulau-pulau hasil kegiatan reklamasi.

Berdasarkan Arahan Pengembangan Kawasan Reklamasi pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012, Reklamasi Pulau H termasuk pada pengembangan kawasan reklamasi bagian Sub-Kawasan Barat. Dalam arahan juga dijelaskan terhadap kanal vertikal antara Pulau G dan Pulau H dialokasikan untuk jalur pipa Bahan Bakar Minyak (BBM) bawah laut dan pipa gas bawah laut dan tidak diperbolehkan untuk kegiatan lain yang tidak berhubungan langsung. Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan Pembagian Zonasi, Pasal 189 ayat (1) dinyatakan bahwa Rencana kawasan yang diprioritaskan penanganannya di Kecamatan Penjaringan (Kelurahan Pluit) nantinya akan dilakukan pengembangan kawasan hunian dilengkapi prasarana perdagangan dan jasa, wisata, dan olahraga.

Peta Rencana Bentuk Pulau Reklamasi Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta pada Lampiran I Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar I.1.

Berdasarkan lokasi rencana Reklamasi Pulau H terdapat Pipa PHE ONWJ, maka recana reklamasi Pulau H akan dilakukan pergeseran dengan jarak dengan pipa tersebut ± 146,58 m, dari jarak minimal 40 meter dari kaki tanggul yang ditetapkan Peraturan Gubernur Nomor 146 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Membangun dan Pelayanan Perizinan Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis Pantura Jakarta. Rencana Bentuk Pulau Reklamasi Kawasan Reklamasi Kawasan Strategis Pantura Jakarta dapat dilihat pada Gambar I.2.

(19)
(20)
(21)

1. Lokasi Kegiatan

Lokasi Kegiatan Reklamasi Pulau H terletak di perairan laut dangkal di sisi Utara Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara seluas ± 63 Ha, dengan batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Perairan Pantai Utara Jakarta sampai kedalaman -8 meter. b. Sebelah Timur : Perairan Kawasan Ancol

c. Sebelah Selatan : Kawasan Pantai Mutiara d. Sebelah Barat : Perairan Muara Karang

Untuk lebih jelasnya, lokasi rencana kegiatan Reklamasi Pulau H dapat dilihat pada

Gambar I.3. sedangkan koordinat lokasi rencana Reklamasi Pulau H dapat dilihat pada Gambar I.4.

Karakter/tipologi lingkungan dan kegiatan sekitar lokasi proyek adalah sebagai berikut: a. Saat ini lokasi rencana Reklamasi Pulau H berada di bagian Utara Kawasan Pantai

Mutiara masih berupa perairan laut dangkal yang terbuka dengan kedalaman sampai dengan -8 meter.

b. Di bagian Selatan adalah kawasan Pantai Mutiara dan Pelabuhan Muara Baru. c. Bagian Barat terdapat Perairan Muara Karang dan PLTGU Muara Karang. d. Bagian Timur terdapat Perairan Ancol.

e. Permukiman terdekat adalah di sebelah Selatan yaitu Kelurahan Pluit dan Kawasan Pantai Mutiara.

f. Batimetri pantai di bagian Selatan rencana Reklamasi Pulau H mencapai kedalaman -6,00 m.

g. Tipe pasang surut adalah campuran dan cenderung semi diurnal.

h. Berdasarkan hasil survey bawah laut yang dilakukan oleh PT. Ganeshatama Consulting tahun 2013 untuk mengetahui kondisi dasar laut di areal lokasi reklamasi Pulau H, di sekitar lokasi proyek saat ini terdapat jalur Pipa PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ , Pipa PLN dan Pipa PT. Nusantara Regas (Gambar I.5).

i. Berdasarkan peta dari Pertamina (Gambar I.6) di sekitar lokasi rencana Reklamasi Pulau H terdapat fasilitas PHE ONWJ yaitu line 26” PCP-ORF Muara Karang dan Onshore Receiving Facility (ORF) Muara Karang dan ORF Tanjung Priok yang berfungsi menyuplai bahan bakar gas ke PLN untuk menerangi wilayah Jakarta.

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

2. Tahapan Rencana Kegiatan

Secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT. Taman Harapan Indah dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi. Uraian mengenai tahapan rencana kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pra Konstruksi

Penetapan lokasi proyek areal reklamasi Pulau H seluas ± 63 Ha sesuai dengan Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H seluas ± 63 Ha dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta dengan surat Nomor 1277/-1.794.2, tanggal 21 September 2012 dan Perpanjangan Persetujuan Prinsip dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta dengan surat Nomor 543/-1.794.2, tanggal 10 Juni 2014 perihal Perpanjangan Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H atas nama PT. Taman Harapan Indah (Terlampir) dan sesuai koordinat yang ditetapkan oleh Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta.

Sebagai pendukung dalam penetapan lokasi proyek, PT. Taman Harapan Indah akan melakukan studi tematik sesuai dengan Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau H, antara lain:

1) Kajian Hidrodinamika berkaitan dengan penentuan jarak/lebar kanal baik vertikal maupun horizontal telah dilakukan oleh PT. LAPI Ganeshatama Consulting (2013). 2) Kajian Penanggulangan Banjir yang terintegrasi dengan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah dilakukan oleh PT. LAPI Ganeshatama Consulting (2013).

3) Kajian Dampak Pemanasan Global (Global Warming) telah dilakukan oleh PT. LAPI Ganeshatama Consulting (2013).

4) Masterplan dan Panduan Rancang Kota (Urban Design Guideline/UDGL) yang sesuai dengan penataan kembali Kawasan Pantura.

5) Perencanaan infrastruktur/prasarana dasar. 6) Perencanaan pengambilan material reklamasi.

Lokasi sumber material harus ditetapkan asalnya agar memudahkan dalam menentukan jenis dan route pengangkutan material. Lokasi sumber material dipilih lokasi terdekat dengan lokasi kegiatan dan moda pengangkutan yang mudah. Area penambangan (pengerukan) pasir laut yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan material pasir dalam rangka proyek reklamasi ini bersumber dari eksplorasi di wilayah Kabupaten Serang, Provinsi Banten yang telah memiliki Izin Kuasa Pertambangan Golongan C, serta dokumen AMDAL dan/atau UKL & UPL. Kebutuhan tanah merah dan batu akan dipenuhi melalui mekanisme lelang/penunjukkan pihak ke-3 (tiga) sesuai dengan prosedur yang berlaku. Batu rencananya akan didatangkan dari daerah Kabupaten Serang, Provinsi Banten, sedangkan tanah merah (top soil) rencananya akan didatangkan dari daerah Kabupaten Lebak, Provinsi Baten.

(27)

b. Tahap Konstruksi

Secara garis besar pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap konstruksi proyek adalah sebagai berikut:

1) Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja

Pada tahap konstruksi proyek Reklamasi Pulau H (± 63 Ha), tenaga kerja yang terserap dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tenaga kerja konstruksi proyek akan ditempatkan di bedeng-bedeng (kontainer) sementara yang terdapat di dekat lokasi reklamasi (Kawasan Pantai Mutiara) dilengkapi dengan fasilitas MCK Portable (10 unit @ 3 m3/hari) dan secara rutin diangkut oleh mobil air kotor Sudin

Kebersihan Kota Administrasi Jakarta Utara atau swasta yang mempunyai izin BPTSP. Selain itu, di lokasi bedeng pekerja akan disediakan air PAM, listrik dan kontainer sampah.

Tabel 1.2. Komposisi Tenaga Kerja Konstruksi Reklamasi Pulau H

No. Kualifikasi Tenaga Kerja OrangJumlah Tenaga Kerja%

1 Tenaga Ahli (Perencana) 7 2,33

2 Tenaga Ahli Teknik Sipil 4 1,33

3 Tenaga Ahli Bidang Lain 6 2,00

4 Tenaga Pengawas Lapangan 12 4,00

5 Pelaksana (Tukang) 75 25,00

6 Pembantu Pelaksana (Kenek) 188 62,67

7 Tenaga penjaga Keamanan 8 2,67

Jumlah 300 100

Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2013

Kebutuhan air bersih tahap konstruksi sebesar 28,8 m3/hari disuplai dari mobil

tanki dengan perhitungan sebagai berikut:

a) Mandi/Cuci Buruh Konstruksi (menginap) = 275 orang x 100 L/orang/hari = 27,5 m3/hari

b) Pegawai / Staf Perencana = 25 orang x 50 L/orang/hari = 1,3 m3/hari 2) Mobilisasi Alat dan Bahan

a) Jenis-jenis peralatan yang dibutuhkan dan akan digunakan dalam kegiatan Reklamasi Pulau H dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Jenis Peralatan Konstruksi

No. Jenis Alat Nama Kegiatan Volume

1 Penghampar/penimbun pasir spray pontoon

Reklamasi 8

2 Pemuat tanah truck 5

3 Alat penggali exavator 15

4 Alat pancang vertikal drain perforated vertical drain 5

5 Alat Grading grading 15

6 Alat angkut pasir TSHD

Shore Protection

50

7 Alat penghampar material spray pontoon 10

8 Alat pembantu penghampar material CSD 15

(28)

b) Jenis dan volume material utama yang diperlukan untuk adalah:

No. Jenis Material KebutuhanJumlah Asal AngkutAlat

1 Batu < 1 ton 314.000 m3 Provinsi Banten dan

Provinsi Lampung Kapal Ponton

2 Batu > 1 ton 217.000 m3

3 Pasir untuk tanggul dan causeway 2,4 juta m3 Kabupaten Serang dan Kabupaten Lampung 4 Pasir untuk pulau 9,2 juta m3

5 Tanah urug (top soil) 315.000 m3 Kabupaten Lebak Truk

Pengangkutan material reklamasi berupa pasir laut dan batu, dll diangkut melalui laut menggunakan kapal tongkang dengan kapasitas 1.500-3.000 ton sebanyak ± 5 kapal/hari, sedangkan material reklamasi yang diangkut melalui jalan darat adalah tanah (top soil) serta peralatan konstruksi menggunakan truk maksimal sebesar ± 110 kendaraan/hari dari daerah Lebak, Banten, Jabodetabek melalui Jl. Tol Jakarta – Merak masuk ke kawasann Pluit – Pantai Mutiara dan akan di dumping di lahan kosong sebelah Utara Regata Apartment. (Gambar I.7). Lokasi pengambilan material direncanakan dari: (1) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan

Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n PT. Jetstar (Blok 1) Nomor 540/010/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang: - 5053’ 1.5” LS; 106011’ 50.0” BT

- 5053’ 1.5” LS; 106014’ 15.0” BT - 5051’ 49.5” LS; 106014’ 15.0” BT - 5051’ 49.5” LS; 106011’ 50.0” BT

(2) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n PT. Jetstar (Blok 2) Nomor 540/011/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang: - 5053’ 11.50” LS; 106011’ 50.00” BT - 5054’ 26.10” LS; 106011’ 50.00” BT - 5054’ 26.10” LS; 106012’ 10.00” BT - 5054’ 35.50” LS; 106012’ 10.00” BT - 5054’ 35.50” LS; 106013’ 7.60” BT - 5053’ 59.80” LS; 106013’ 7.60” BT - 5053’ 59.80” LS; 106014’ 15.00” BT - 5053’ 11.50” LS; 106014’ 15.00” BT

(3) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n PT. Jetstar (Blok 3) Nomor 540/012/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang, dengan koordinat: - 5054’ 09.80” LS; 106013’ 17.60” BT - 5054’ 09.80” LS; 106014’ 55.90” BT - 5054’ 26.10” LS; 106014’ 55.90” BT - 5054’ 26.10” LS; 106017’ 27.00” BT - 5054’ 58.40” LS; 106017’ 27.00” BT

(29)

- 5054’ 58.40” LS; 106014’ 40.00” BT - 5054’ 42.10” LS; 106014’ 40.00” BT - 5054’ 42.10” LS; 106013’ 43.10” BT - 5054’ 35.50” LS; 106013’ 43.10” BT - 5054’ 35.50” LS; 106013’ 17.60” BT

(4) Lokasi pasir di Kabupaten Serang dengan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Pasir Laut Di Lepas Pantai Utara Kabupaten Serang a/n PT. Jetstar (Blok 4) Nomor 540/008/IUP/BPTPM/2014 dari Bupati Serang, dengan koordinat: - 5054’ 26.10” LS; 106017’ 27.00” BT - 5054’ 58.40” LS; 106017’ 27.00” BT - 5054’ 58.40” LS; 106017’ 47.00” BT - 5056’ 22.00” LS; 106017’ 47.00” BT - 5056’ 22.00” LS; 106019’ 11.40” BT - 5056’ 37.60” LS; 106019’ 11.40” BT - 5056’ 37.60” LS; 106019’ 30.00” BT - 5055’ 08.10” LS; 106019’ 30.00” BT - 5055’ 08.10” LS; 106018’ 54.40” BT - 5054’ 35.50” LS; 106018’ 54.40” BT - 5054’ 35.50” LS; 106017’ 40.00” BT - 5054’ 26.10” LS; 106017’ 40.00” BT

(5) Lokasi pasir di Provinsi Lampung dengan Keputusan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung Nomor 540/3710/KEP/II.07/2015 tentang Persetujuan Peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Pasil Laut Kepada PT. Lautan Indonesia Persada; serta Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/130/II.05/HK/2015 tentang Izin Lingkungan Rencana Kegiatan Penambangan Pasir Laut Di Kecamatan RajaBasa Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung oleh PT. Lautan Indonesia Persada, dengan koordinat:

- -600’ 58.89” LS; 105036’ 16.19” BT - -600’ 58.89” LS; 105037’ 59.99” BT - -602’ 38.58” LS; 105037’ 59.99” BT - -602’ 38.58” LS; 105036’ 16.19” BT

(6) Lokasi batu di Provinsi Banten dan Provinsi Lampung, dengan koordinat: - 5054’ 11.17” LS; 10601’ 14.91” BT

- 5053’ 31.30” LS; 10604’ 25.73” BT - 5053’ 11.53” LS; 10602’ 41.00” BT - 601’ 54.44” LS; 105056’ 52.12” BT - 5046’ 4.05” LS; 105047’ 13.24” BT

(30)
(31)

3) Reklamasi

Pekerjaan reklamasi meliputi pengangkutan pasir hingga lokasi yang akan di reklamasi, pengurugan pasir dan pembangunan tanggul. Aktivitas pengengkutan pasir dilakukan dari lokasi sumber material urug menuju lokasi Pulau H menggunakan TSHD. Kegiatan pengurugan dan pembangunan tanggul direncanakan bertahap, dimana tanggul dilaksanakan pada tahap awal hingga mencapai sekitar elevasi muka air laut dan selanjutnya diikuti oleh pemasangan bund dan pekerjaan tanggul. Secara garis besar pekerjaan reklamasi dilakukan sebagai berikut (Gambar I.12):

a) Pengurugan

(1) Uraian Tentang Pengerukan dan Proses Pengangkutan

Pasir dikeruk dari area konsesi. Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD) ukuran sedang dan besar, kapasitas 10.000- 40.000 m3 dapat mengeruk

pada kedalaman ini dan sepertinya ukuran inilah yang dipakai oleh para kontraktor. TSHD menggunakan satu atau dua pipa isap untuk mengeruk bahan pasir ini dan menempatkan kerukan ini ke hopper. Air yang berlebih, yang digunakan untuk memompa pasir ke hopper diarahkan ke pinggir kapal melalui sistem pelimpah. Dalam area galian pasir yang bagus, THSD ini akan terisi penuh dalam waktu 1,0-2,0 jam. Dalam area galian dengan komposisi lanau dan lempung yang banyak, pengisian THSD akan berlangsung lebih lama, hingga beberapa jam, sementara bahan-bahan halusnya akan dihanyutkan ke pinggir kapal. Setelah pengisian, THSD ini berlayar ke lokasi reklamasi.

Di tempat reklamasi THSD ini mengeluarkan muatannya ke urugan atau ke tempat penumpukan bawah laut yang dengan melalui Pengeruk Isap (stasioner) dimana pasir akan menuju ke sinker line, lalu ke urugan.

(2) Uraian Proses Pengurugan

Proses pengurugan adalah sebagai berikut: (a) Proses pengurugan

Metode pengurugan dilakukan dengan system gravitasi. Pasir akan diangkat dengan menggunakan TSHD dari lokasi borrow area ke lokasi proyek. Setelah TSHD yang berisi muatan pasir sampai ke lokasi proyek, system penyemprotan pasir akan disambungkan dengan TSHD. Pasir dipompa melalui pipa untuk kemudian disebarkan pada lokasi penimbunan menggunakan spray pontoon atau spray barge. Pontoon ini menyebarkan campuran air dan pasir secara vertikal ke dalam air. Pada lokasi perairan dalam, pasir

(32)

demi lapis. Lapisan pasir yang pertama disebar jangan terlalu tebal untuk mencegah ketidakstabilan dasar laut. Dua lapisan pasir yang terletak paling bawah harus memiliki ketebalan tidak lebih dari 0.7 m. Lapisan pasir setelahnya dapat ditimbun dengan ketebalan 2-3 m. Setelah timbunan mendekati permukaan air, dimana penggunaan spray pontoon sudah tidak bisa dilakukan, penimbunan dari atas permukaan air akan dilakukan. Pasir dialirkan dari kapal dengan menggunakan pipa kelokasi timbunan. Kemudian timbunan pasir akan disebar dan didorong menggunakan Bulldozers. Proses pengurugan terdiri dari:

- Pengurugan Pasir Pada Perairan Dalam

Pada perairan dalam, pertama-tama pasir ditempatkan dengan menggunakan ponton semprot atau bargas semprot, yang mampu mengurug area ini secara lapis demi lapis. Lapisan pasir pertama pada dasar laut haruslah relatif tipis untuk menghindari ketakstabilan dasar laut (gelombang lumpur). Kedua lapisan tambahan lainnya haruslah dengan ketebalan tidak lebih dari 0,7 m. Lapisan-lapisan berikutnya (di atas ketebalan 1,4 m) dapat ditempatkan lapis demi lapis dengan ketebalan 2-3 m. Lapisan-lapisan yang lebih atas lainnya ditempatkan sebagai urugan permukaan seperti yang diurakan sebelumnya. Pasir dipompakan melalui jaringan pipa ke ponton/bargas penyemprot atau penyebar di lokasi proyek. Ponton ini biasanya membuang campuran air dan pasir secara vertikal seperti yang disajikan pada Gambar I.8. Ponton sebar ini dapat secara tepat mengendalikan kecepatan dan densitas campuran air-pasir dan dapat menggerakkan ponton pada kecepatan yang beragam agar dapat menempatkan volume pasir atau tebal lapisan secara tepat. Ponton/bargas semprot ini dapat digunakan hingga ke kedalaman perairan sekitar 1,0 m (kedalalaman ini sudah termasuk lapisan pasir yang telah disebarkan sebelumnya).

(33)

Gambar I.8. Ponton Penyemprot Pasir - Pengurugan Pasir Pada Perairan Dangkal

Pada perairan dangkal, pengurugan pasir hanya dapat dilakukan dengan metode di-atas-air. Perairan ini terlalu dangkal untuk bargas sebar. Prosedur pengurugan dasar laut ini dapat dilakukan untuk kontur kedalaman elevasi acuan -6 m. pasir juga dapat dibuang secara mendatar, di atas muka air (Gambar I.9). Campuran pasir dan air keluar dari pipa di atas muka air, pasir akan mengendap dan airnya mengalir kembali ke laut. Buldozer yang berada di depan pipa akan mendorong pasir yang mengendap di depan pipa agar pasir tersebut tidak menghalangi aliran dari pipa. Pasir digunakan untuk membuat pematang yang sejajar dengan arah pengurugan tetapi terletak di depan ujung pipa untuk mengarahkan bentuk pengurugan.

(34)

Gambar I.9. Ujung Jaringan Pipa, Pembuangan Campuran Secara Mendatar

(b) Pemasangan PVD

Pemasangan vertical drain/PVD dilakukan dengan 2 metode yang berbeda, yaitu dilakukan dari laut dengan pontoon dan pemasangan dari darat. Untuk mempercepat proses konsolidasi di lokasi rencana tanggul, pemasangan PVD dilakukan dari pontoon ketika ketebalan timbunan mencapai sekitar 1.5 atau 2 m. Sementara itu untuk mempermudah proses pengerjaan, pemasangan PVD diarea reklamasi dilakukan dari darat ketika timbunan telah berada diatas muka air laut dan dapat diakses dari darat.

Sedangkan metode pengurugan disesuaikan dengan kedalaman perairan rencana Pulau H, dimana bagian Utara lebih dalam dibandingkan bagian Selatan.

(3) Penahapan Pembangunan, Kendala Akibat Stabilitas

Stabilitas tanggul selama dan persis setelah pembangunan merupakan aspek kritis, khususnya di bagian yang lebih dalam. Untuk penghitungan stabilitas diperlukan selang waktu pembangunan (minimum) tertentu di antara beberapa tahapan untuk memastikan stabilitas timbunan pasir (yang diurug secara bertahap). Kontraktor haruslah mematuhi selang minimum sebagaimana yang diberikan dan memastikannya dengan melakukan monitoring penurunan muka-tanah dan tekanan pori. Pada bagian-bagian yang lebih dalam, dipersyaratkan juga waktu-tunggu tertentu untuk memberi waktu terjadinya proses konsolidasi.

(35)

b) Pekerjaan Tanggul

(1) Tipikal Penampang Melintang

Berdasarkan optimalisasi biaya dan desain hidraulik, ditentukan desain optimal penampang melintang. Penampang melintang optimal mempunyai spesifikasi sebagai berikut (lihat Gambar I.10):

(a) Talud tanggul bagian bawah (lower slope) dengan kemiringan 1:6; (b) Berm direncanakan dengan lebar 8 m pada muka air rencana (Design

Water Level), dengan elevasi pada waktu konstruksi di LWS + 4.4 m;

(36)
(37)

Di sekeliling pulau terdapat berm dengan lebar 8 m yang berfungsi sebagai pantai publik. Desain tanggul Pulau H telah mempertimbangkan keberadaan/jarak dengan jalur Pipa Gas Bawah Laut.

(a) Segmen

Berdasarkan desain hidraulik, Pulau H dibagi menjadi 9 segmen. Segmen-segmen tersebuat adalah segmen-1, segmen 2, segmen3a, segmen 3b, segmen 3c, segmen 4, segmen 5, segmen 6a, dan segmen 6b. Gambar I.11 menerangkan lokasi segmen pada pulau H.

(b) Desain Hidraulik

Dalam perencanaan tanggul laut, kriteria desain yang digunakan adalah sebagai berikut:

- Rencana umur konstruksi adalah 50 tahun

- Penurunan muka tanah (land subsidence) = 7.5 cm/tahun

- Dalam desain, diperhitungkan penurunan muka tanah dalam waktu 50 tahun

- Muka air rencana (DWL = design water level)

Desain tanggul laut terdiri dari beberapa bagian berikut:

(a) Ketinggian Puncak

Ketinggian puncak desain (setelah 50 tahun) ditampilkan pada Tabel

Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Ketinggian Puncak Setiap Segmen Tanggul

Segmen ElevasiBerm [LLWS+m] Lebar Berm [m] Kemiringan lereng atas Kemiringan lereng bawah Elevasi Puncak [LLWS+m] 1 2.3 8 1:3 1:6 4,3 2 2.3 8 1:3 1:6 4,3 3a 2.3 8 1:3 1:6 4,3 3b 2.3 8 1:3 1:6 4,3 hingga 4,5 3c 2.3 8 1:3 1:6 4,5 4 2.3 8 1:3 1:6 4,5 hingga 4,0 5 2.3 8 1:3 1:6 4,0 hingga 3,3 6a 2.3 8 1:3 1:6 3,3 6b -2.6 8 1:3 1:6 3,3

(38)
(39)

(b) Perlindungan Lereng Bawah Tanggul

Penentuan ukuran batuan di lereng bawah tanggul didasarkan pada besarnya gelombang yang mungkin terjadi pada setiap segmen tanggul. Gelombang yang datang dengan arah tidak tegak lurus dengan tanggul dapat memperkecil ukuran batu yang dibutuhkan.

Tabel 1.5 menyajikan informasi tentang ukuran batu yang digunakan

pada setiap segmen tanggul.

Tabel 1.5. Ukuran Batu Untuk Lereng Bawah Tanggul

Segmen Ukuran Batuan Ketebalan Lapisan[m]

1 60-300 kg 0,9 2 300-1.000 kg 1,3 3a 1.000-3.000 kg 1,9 3b 1.000-3.000 kg 1,9 3c 1.000-3.000 kg 1,9 4 300-1.000 kg 1,3 5 60-300 kg 0,9 6a 10-60 kg 0,5 6b 10-60 kg 0,5

Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014 (c) Perlundungan Lereng Atas Tanggul

Lereng atas tanggul merupakan tempat terjadinya rayapan gelombang. Beban pada bagian lereng yang berada di atas tanggul lebih kecil dari pada lereng di bagian bawah dikarenakan adanya berm. Tabel 1.6 merangkum ukuran batu yang dibutuhkan untuk lereng atas tanggul.

Tabel 1.6. Ukuran Batu Untuk Lereng Atas Tanggul

Segmen Ukuran Batuan Ketebalan Lapisan[m]

1 60-300 kg 0,9 2 300-1.000 kg 1,3 3a 1.000-3.000 kg 1,9 3b 1.000-3.000 kg 1,9 3c 1.000-3.000 kg 1,9 4 300-1.000 kg 1,3 5 60-300 kg 0,9 6a 10-60 kg 0,5 6b 10-60 kg 0,5

Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014

(d) Lapisan Filter (Granular dan Geotekstil)

Lapisan filter digunakan agar tidak terjadi erosi yang terjadi akibat gradasi ukuran pelindung pantai dengan tanah yang begitu besar. Batuan berukuran lebih kecil digunakan sebagai lapisan filter. Lapisan filter untuk tanggul pada setiap segmen dirangkum pada

(40)

Tabel 1.7. Lapisan Filter Tanggul

Segmen Ukuranbatuan Ketebalan UkuranLapisan Filter-1Ketebalan Lapisan Filter-2 [m] Ukuran Ketebalan[m] 1 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 - -2 300-1.000 kg 1,3 10-60 kg 0,5 - -3a 1.000-3.000 kg 1,9 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 3b 1.000-3.000 kg 1,9 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 3c 1.000-3.000 kg 1,9 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 4 300-1.000 kg 1,3 10-60 kg 0,5 - -5 60-300 kg 0,9 10-60 kg 0,5 - -6a 10-60 kg 0,5 - - - -6b 10-60 kg 0,5 - - -

-Sumber: PT. Taman Harapan Indah, 2014 Geotekstil

Geotekstil digunakan untuk mencegah tanah yang dilindungi tererosi. Dua jenis geoteksitil dipakai. Untuk bagian puncak hingga berm digunakan geotekstil, sedangkan dari berm hingga dasar tanggul memakai geomatrass. Ukuran maksimum batuan yang dapat diletakkan di atas geotekstil adalah 10-60 kg.

(e) Struktur Ujung Bawah (Toe Structure)

Struktur ujung bawah berfungsi untuk menahan lapisan armor dan erosi di sekitar tanggul. Panjang minimum untuk struktur ujung bawah didesain minimal 5 kali diameter batuan dengan ketebalan minimal 2 kali diameter batuan.

(f) Penurunan Muka Tanah Total

Penurunan muka tanah total terjadi di area tanggul dan pulau hasil reklamasi. Besarnya penurunan tanah dapat dilihat pada Tabel 1.8. Perhitungan ini memakai acuan waktu handover 720 hari.

Tabel 1.8. Penurunan Muka Tanah Total Chainage Boreholereferensi

Elevasi Timbunan Teoritis [m+LLWS] (a) Total Settlements [m] (b) Elevasi Konstruksi [m+LLWS] Land Subsidence [m] (c) Elevasi puncak di tahun ke-50 [m+LLWS] (d = a-b-c) Elevasi Desain Reklamasi [m+LLWS] 0+300 BH-6 10,2 4,29 7,10 1,5 4,41 4,30 0+700 BH-13 9,0 2,98 6,27 1,5 4,52 4,30 1+000 BH-14 10,9 4,63 7,57 1,5 4,77 4,50 1+500 BH-16 9,5 3,39 7,06 1,5 4,61 4,50 2+300 BH-10 8,0 3,00 5,29 1,5 3,50 3,30 2+900 BH-3 8,1 3,09 5,51 1,5 3,51 3,30 BH-5 9,9 3,97 6,81 1,5 4,43 4,30 BH-8 9,7 3,65 6,58 1,5 4,55 4,40 BH-9 9,8 3,65 6,78 1,5 4,65 4,50 BH-12 9,6 3,48 7,13 1,5 4,62 4,50

(41)

Proses pembuatan tanggul sesuasi dengan urutan berikut: (1) Pemasangan bund

Ketika penimbunan mencapai sekitar elevasi muka air laut, pemasangan bund dilakukan disekeliling tanggul. Bund difungsikan untuk meminimalkan butiran-butiran halus material timbunan terbawa atau tergerus oleh pergerakan air laut atau gelombang. Setelah bund terbentuk, penimbunan area reklamasi dapat dilanjutkan sampai elevasi yang direncanakan.

(2) Pengerjaan tanggul

Pekerjaan tanggul dapat dilakukan secara bersamaan dengan proses penimbunan area reklamasi. Hal pertama yang harus disiapkan dalam pengerjaan tanggul adalah proses pengupasan (trimming) kemiringan tanggul agar sesuai dengan kemiringan yang direncanakan. Kemiringan terluar dari timbunan akan terbentuk secara alami dari kemiringan timbunan pasir. Kemiringan ini biasanya mencapai sekitar 1:10. Oleh sebab itu untuk mencapai kemiringan tanggul 1:6, pengupasan harus dilakukan. Alat yang biasa digunakan adalah excavator (long arm) atau grab dredger untuk lokasi yang dalam. Setelah kemiringan tanggul terbentuk, pemasangan geotektil ditanggul bagian bawah dapat dilakukan. Kemudian diikuti dengan pemasangan lapisan batu mulai dari batu yang paling kecil (filter) sampai batuan yang terbesar (armour).

c) Pekerjaan Causeway

Pembuatan causeway ini bersifat massif dengan lebar pada puncaknya sebesar 30 m dengan tinggi pada puncak LLWS+4m. Causeway ini berfungsi sebagai penghubung antara daratan dengan pulau reklamasi. Maksimum overtoping yang diperbolehkan pada causeway ini adalah 5l/s/m.

Material yang digunakan pada konstruksi causeway sama dengan material reklamasi yakni pasir dan baru yang volumenya telah dihitung dalam kebutuhan material reklamasi di atas. Untuk lapisan atas causeway digunakan aspal, karena akan difungsikan sebagai jalan akses ke pulau reklamasi. Pekerjaan causeway ini akan berlangsung selama 17 bulan.

Pembuatan causeway ini bersifat massif dengan lebar 30 meter (2 jalur) dan panjang 300 meter yang digunakan sebagai penghubung antara daratan dengan pulau reklamasi (Gambar I.13 dan I.14). Hal ini berfungsi untuk mengantisipasi dampak terhadap gangguan outlet PLTU Muara Karang yang berada di Kawasan Pantai Mutiara, serta sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 146 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Membangun dan Pelayanan Perizinan Prasaranan Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.

(42)
(43)
(44)
(45)

c. Tahap Pasca Konstruksi

Pada Tahap Pasca Konstruksi kegiatan yang ada meliputi:

1) Keberadaan Causeway

Setelah proses pembuatan causeway yang memerlukan pemeliharaan. Hal-hal yang belum dapat dibahas dalam dokumen seperti koordinasi dengan kegiatan sekitar (Pertamina dan Pelabuhan Muara Baru), perlu dilakukan pembahasan/koordinasi sebelum pelaksanaan reklamasi dilakukan. Sedangkan kajian mengenai sebaran air buangan PLTU Muara Karang setelah causeway terbentuk akan diuraikan pada prakiraan dampak.

2) Keberadaan Lahan Reklamasi

Setelah proses pengurugan dan pekerjaan tanggul selesai, akan dihasilkan lahan hasil reklamasi Pulau H seluas ± 63 Ha dan tanggul. Kegiatan pembangunan di atas lahan hasil reklamasi Pulau H ini harus mengurus ijin lingkungan tersendiri sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang ada.

3) Demobilisasi Peralatan

Sambil menunggu masa settlement lahan dilakukan pengembalian alat-alat berat yang telah digunakan dalam pekerjaan reklamasi.

(46)

Tabel 1.9. Jadwal Pelaksanaan Reklamasi Pulau H

Waktu Pelaksanaan Rencana Kegiatan

1 Penetapan Lokasi Proyek

1 Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja 2 Mobilisasi Alat dan Bahan

3 Reklamasi

4 Pembuatan Causeway 1 Keberadaan Causeway 2 Keberadaan Lahan Reklamasi 3 Demobilisasi Peralatan

Tahap Pasca Konstruksi Tahap Konstruksi

2014

NO 2015 2017 2018 2019

Tahap Pra Konstruksi

2016 2013

(47)

1.5. KAJIAN ALTERNATIF

Di dalam studi Andal ini tidak dilakukan kajian alternatif karena aspek pertimbangan lingkungan hidup telah dikaji dalam studi kelayakan proyek.

1.6. HASIL PELIBATAN MASYARAKAT

PT. Taman Harapan Indah sebagai pemrakarsa dan Kantor Kelurahan Pluit telah melaksanakan kegiatan konsultasi publik dan partisipasi masyarakat sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL dan Izin Lingkungan. Konsultasi masyarakat ini telah dilakukan pada tanggal 11 Juni 2013, bertempat di Restoran Moonstar Jl. Pluit Utara Raya No. 56, Pluit dan dihadiri oleh Camat Penjaringan, Lurah Pluit, LMK, Pengurus RT/RW, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, KLH Kota Administrasi Jakarta Utara serta Tokoh Masyarakat dan nelayan dari Kelurahan Pluit. Keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL merupakan hal yang penting bagi kelanjutan dari rencana kegiatan Reklamasi Pulau H ini. Dialog berkesinambungan bersama masyarakat sekitar yang diprakirakan akan terkena dampak langsung dan tidak langsung telah dilaksanakan dan hubungan dengan masyarakat sekitar akan tetap dipelihara. Rangkuman hasil konsultasi publik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Josef Mangondow Kabuloh (Rw.06/Rt.21, Jl.Taman Pluit Kencana Utara No.53, Pluit)

a. Dampak negatf banjir ROB harus diutamakan, antisipasi banjir pemukiman warga di daratan.

b. Sheetpile pantai mix dengan program Pemda DKI yaitu membangun terlebih dahulu dengan tanggul raksasa yang pembiayaannya sudah jelas (APBN dan APBD, Swasta/Consorsium)

c. Pengalaman: pembangunan Pluit City berdampak negatif bagi PLTU, supplier listrik Jawa-Bali. Sekarang akibat pembangunan Pluit City produktivitas PLTU tinggal 70%. Kalau reklamasi 15 pulau dilaksanakan, produktivitasnya mungkin tinggal 20%. Apakah dampak negatif seperti itu sudah masuk dalam kajian Amdal yang dimaksud, belum lagi dampak negatif bagi kehidupan komunitas kelautan: rumpon, biota laut, terumbu karang, dll.

2. Rudy Trisno (Rw.015, Muara Karang 3B/11)

a. Permasalahan banjir jika terjadi, apa jaminannya yang lebih konkrit.

b. Permasalahan lalu lintas jika bagian reklamasi yang lain belum selesai bagaimana penanggulangannya.

3. H. Fahyumi N (Ketua Rw.01/04, Muara Angke)

a. Harapan saya selaku Ketua Rw.01 Muara Angke: pada prinsipnya saya setuju, namun saya mohon kepada PT.Taman Harapan Indah agar bisa memperhatikan dampak

(48)

b. Saran saya, agar di pinggiran Teluk Jakarta ini ada nelayan yang mengembangkan budidaya kerang hijau dan bagaimana nanti kalau reklamasi pantai tersebut dilakukan, dimana tempat budidaya kerang hijau dan rajungan untuk bisa berkarya/bekerja.

4. Nugroho Syam Subagiyo (UPT. Pelabuhan Perikanan Muara Angke)

a. Reklamasi pulau harus mengacu pada UU No.28 Tahun 2007 tentang pengelolaan pantai, pesisir pulau pulau kecil khususnya Rencana Tata Ruang Pantai, Pesisir yang diimplementasikan melalui Perda.

b. Reklamasi Pulau H tidak mengganggu akses keluar masuk kapal, nelayan/perikanan yang basecampnya di Pelabuhan Perikanan Muara Angke.

c. Memberikan kompensasi kepada para nelayan yang terkena dampak lingkungan dari kegiatan reklamasi (berupa sarana operasional penangkapan ikan).

5. Suherman (Kelompok Usaha Bersama Nelayan Muara Angke)

a. Penyampaian materi sosialisasi oleh konsutan Amdal (bapak Susanto) sangat jelas tidak seperti sosialisasi amdal sebelumnya kurang jelas dan tidak menguasai materi.

b. Apa yang akan saya tanyakan semuanya sudah dijelaskan oleh konsultan amdal dengan baik sehingga tidak ada yang akan saya sampaikan lagi.

c. Saya hanya mengharapkan agar pengembang dapat menciptakan lapangan pekerjaan khususnya buat nelayan tradisional.

d. Agar lebih memperhatikan nasib nelayan-nelayan kecil dari segi pendidikan anak-anak nelayan.

6. Yudianto (Rw.011 Muara Angke Blok F/8, Rt.006/011, Kel. Pluit)

a. Harus ada jaminan terhadap nelayan tradisional Muara Angke untuk dapat keluar masuk lokasi kegiatan.

b. Pada saat pembangunan pulau, tidak mengganggu aktivitas nelayan tradisional. c. Harus ada solusi yang saling menguntungkan akibat dari pembangunan Pulau H.

7. Iis Aris (LMK 020, Rt.04/Rw.020, Perumahan Cinta Kasih Tzu-chi 2, Blok B1-3C, Muara Angke)

a. Pada dasarnya saya setuju saja, asalkan warga kami yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah dapat menjadi bagian SDM di dalam pekerjaan Pulau H. Termasuk para nelayan tradisional yang nanti pada akhirnya dapat berpotensi di dalam Pulau H tersebut, mengingat jarak mata pencaharian nelayan dari daratan wilayah Muara Angke menjadi sangat jauh. Mohon diberi solusi untuk itu.

8. Andi Jefluddin (Muara Angke Rt.005/27 Rw.02, Pluit Jakarta Utara) a. Melibatkan warga setempat dalam proses pembangunannya. b. Ramah lingkungan dan ramah nelayan.

c. Agar nelayan pesisir diizinkan untuk mencari ikan di sekitar pulau yang akan dibangun dan dapat menjadi sarana untuk pariwisata.

(49)

d. Memberikan bantuan untuk kepentingan masyarakat guna untuk pendidikan warga yang berlokasi di Muara Angke.

e. Membuat jalan/akses jalan sendiri baik dalam masa pembangunan ataupun setelah selesai pembangunan.

9. Ponisih (Warga Kel. Pluit)

a. Jangan menghambat lalu lintas nelayan. b. Agar memperhatikan banjir ROB. c. Nelayan harus diperhatikan.

d. Dampak lingkungan harus diperhatikan. 10. Yati (Warga Rw.04/Rt.03, Muara Angke)

a. Reklamasi Pulau H sosialisasinya sangat diterima, beda dengan sosialisasi reklamasi yang sudah-sudah. Narasumber/ konsultan Amdalnya sangat menguasai bidangnya.

11. Riadi (Warga Rw.10, Muara Karang)

a. Penjelasan oleh konsultan/narasumber (bapak Susanto) sangat sistematis, penyampaiannya sangat jelas dan menguasai permasalahan reklamasi sehingga dapat kami terima. Berbeda dengan sosialisasi sebelumnya tidak jelas dan tidak menguasai permasalahan sehingga kami menolak.

b. Antara pulau-pulau dengan daratan akan terjadi pendangkalan/endapan, agar hal ini diperhatikan dan menjadi tanggung jawab siapa?

c. Akses nelayan tradisional jangan sampai terganggu akibat pendangkalan tersebut. d. Agar ada jaminan bagi nelayan untuk bisa masuk/mendekat ke lingkungan sekitar proyek. e. Agar diberi kebebasan bagi nelayan mendarat/berlabuh/sandar kapal.

12. Fauzi (Warga Rw.011)

a. Regulasi undang-undang pengelolaan pesisir (UU No.27 dan UU No.17 tentang pelayaran) agar diacu dalam kajian Amdal.

b. Akses nelayan agar tetap dipertimbangkan. 13. Subando (Warga Rw.06)

a. Implementasi Amdal agar diperhatikan.

b. Agar lebih berpihak kepada masyarakat dan lingkungan. c. Pemukiman penduduk eksisting cenderung terkena banjir ROB. d. Produktivitas PLTU Muara Karang agar diperhatikan

14. Nugroho (Warga Rt.06)

a. Bagaimana situasi lingkungan setelah reklamasi?

b. Banjir ROB dilingkungan pemukiman nelayan sering terjadi agar diperhatikan. c. Jarak pantai Mutiara dengan Pulau H ± 300 meter, agar diperhatikan.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam era pesatnya perkembangan teknologi digital, kemajuan finansial teknologi memainkan peran signifikan dalam transformasi sektor keuangan. Jurnal ini, berjudul "Pinjaman Online yang Bijak: Solusi Terarah untuk Masalah Keuangan dan Pemahaman yang Lebih Baik," secara khusus berfokus pada pengelolaan keuangan yang efektif dan pemilihan pinjaman online dengan bijak. Dengan mempertimbangkan kekhawatiran terhadap peningkatan penggunaan pinjaman online, tujuan utama essay ini adalah menganalisis pengaruh persepsi kemudahan penggunaan dan risiko terhadap minat pengguna dalam menggunakan layanan ini. Rencananya mencakup eksplorasi mekanisme, keuntungan, risiko, dan dampak sosial dari pinjaman online, menyajikan informasi komprehensif untuk memberikan wawasan mendalam. Fokus pada edukasi pinjaman online menjadi krusial, mengingat kurangnya pemahaman masyarakat yang dapat berdampak negatif pada keuangan pribadi dan stabilitas ekonomi. Diharapkan, essay ini dapat memberikan pemahaman komprehensif, mengurangi risiko, dan meningkatkan literasi keuangan terkait penggunaan pinjaman