• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAP KONSTRUKSI

Dalam dokumen amdal_h.pdf (Halaman 133-151)

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.3. TAHAP KONSTRUKSI

3.3.1. Penurunan Kualitas Udara Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Material

Dampak penurunan kualitas udara bersumber dari kegiatan mobilisasi alat dan bahan material reklamasi.

Mobilisasi alat dan bahan material diperkirakan akan meningkatkan kadar debu dan emisi gas seperti CO, CO2, NO2, SO2 di udara akibat emisi kapal dan kendaraan bermotor yang digunakan.

Peralatan untuk reklamasi yaitu penghampar/penimbun pasir, pemuat tanah, alat penggali, alat pancang vertikal drain, alat grading, sedangkan peralatan untuk shore protection yaitu alat angkut, penghampar material, pembantu penghampar material, barge dan kapal pembantu yang berjumlah 136 unit. Jenis dan volume material utama yang diperlukan untuk konstruksi Pulau H adalah Batu < 1 ton (314.000 m3), Batu > 1 ton (217.000 m3), Pasir untuk tanggul (2,4 juta m3), Pasir untuk pulau (9,2 juta m3) dan Tanah urug/top soil (315.000 m3).

Jalur mobilisasi alat dan bahan material akan memanfaatkan jalur eksisting untuk mobilisasi yang melalui darat. Dengan penggunan truk angkut 20 ton, silt content 8,5%,

line source Caline4 dengan kecepatan angin rata-rata 3 m/s dan mixing height 300 m,

menunjukkan pada jarak 25 m, kegiatan pengangkutan alat dan bahan akan menyebabkan peningkatan konsentrasi debu sebesar 271,7 µg/m3 (Lampiran 11). Hasil pengukuran terakhir kualitas udara ambien (September 2013) menunjukkan konsentrasi debu sebesar 71,68 µg/m3. Dengan demikian saat kegiatan mobilisasi berlangsung konsentrasi debu di sepanjang jalan akan mencapai 343,4 µg/m3. Angka ini telah melebihi baku mutu (230 µg/Nm3). Ditinjau dari besaran dampak, dampak kegiatan mobilisasi alat dan bahan material reklamasi terhadap penurunan kualitas udara tergolong dampak negatif besar. Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

3. Intensitas dampak relatif tinggi namun berlangsung singkat selama mobilisasi alat dan bahan material, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP). 4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (persepsi

masyarakat dan kamtibmas), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P). 5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi

pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).

6. Dampak terhadap penurunan kualitas udara ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap penurunan kualitas udara termasuk kategori dampak penting.

3.3.2. Peningkatan Kebisingan Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Material

Kegiatan mobilisasi alat dan bahan material akan berdampak terhadap kebisingan akibat aktivitas kendaraan pengangkut alat berat dan bahan material konstruksi.

Peralatan untuk reklamasi yaitu penghampar/penimbun pasir, pemuat tanah, alat penggali, alat pancang vertikal drain, alat grading, sedangkan peralatan untuk shore protection yaitu alat angkut, penghampar material, pembantu penghampar material, barge dan kapal pembantu yang berjumlah 136 unit. Jenis dan volume material utama yang diperlukan untuk konstruksi Pulau H adalah Batu < 1 ton (314.000 m3), Batu > 1 ton (217.000 m3), Pasir untuk tanggul (2,4 juta m3), Pasir untuk pulau (9,2 juta m3) dan Tanah urug/top soil (315.000 m3).

Besaran dampak kebisingan di lingkungan sekitar jalan akses dihitung berdasarkan model rambatan bising (Gambar III.1). Pemodelan rambatan bising menunjukkan pada jarak 25 m tingkat kebisingan akan mencapai 64 dBA (Gambar III.2). Hasil pemantauan

menunjukkan tingkat kebisingan di sekitar lokasi Reklamasi Pulau H adalah 54,7 dBA (U1) dan 50,6 dBA (U2). Dengan demikan saat kegiatan konstruksi proyek reklamasi Pulau H akan mencapai 64 dBA. Tingkat kebisingan ini sudah melebihi baku tingkat kebisingan sesuai KepMenLH No. 48 Tahun 1996 sebesar 55 dBA bagi peruntukkan perumahan dan pemukiman.

Gambar III.1. Model Rambatan Bising

Gambar III.2. Tingkat Kebisingan di Sekitar Lokasi Akibat Mobilisasi Alat dan Bahan Material

Ditinjau dari besaran dampak, dampak kegiatan mobilisasi alat dan bahan material reklamasi terhadap peningkatan kebisingan tergolong dampak negatif besar.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung singkat selama mobilisasi alat dan bahan material, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).

6. Dampak terhadap peningkatan kebisingan ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap peningkatan kebisingan termasuk kategori dampak penting.

3.3.3. Penurunan Kualitas Air Laut Akibat Aktivitas Tenaga Kerja

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pulau H sebanyak ± 300 orang berpotensi menghasilkan limbah cair domestik dari kegiatan Mandi Cuci Kakus (MCK). Limbah cair domestik tersebut apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan menurunnya kualitas air laut dengan parameter utama pH, Total Suspended Solid (TSS), Ammonia (NH3), fosfat (PO4) dan BOD. Besaran dampak yang disebabkan dari rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja terhadap penurunan kualitas air laut tergolong dampak negatif

kecil, karena limbah cair pekerja konstruksi tidak dibuang langsung ke perairan laut dan

keberadaan pekerja konstruksi tidak sekaligus, melainkan bertahap sesuai kemajuan pekerjaan di lapangan.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

2. Luas wilayah persebaran dampak relatif terbatas di dekat bedeng pekerja, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung cukup lama selama aktivitas tenaga kerja dan pekerjaan reklamasi berlangsung, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (kualitas air laut dan persepsi masyarakat), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P). 5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi

Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).

6. Dampak terhadap penurunan kualitas air laut ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak aktivitas tenaga kerja reklamasi terhadap penurunan kualitas air laut termasuk kategori dampak penting.

3.3.4. Penurunan Kualitas Air Laut Akibat Reklamasi

Penurunan kualitas air laut berupa peningkatan TSS dapat terjadi pada saat kegiatan pekerjaan reklamasi. Prakiraan besaran dampak peningkatan TSS dilakukan dengan pemodelan sebaran TSS dengan skenario beban sebesar 10 kg/m3. Pemodelan dilakukan dengan bantuan software MIKE 21 untuk daerah cakupan titik koordinat (sistem UTM 48S) Barat Laut 684439; 9343000 dan titik Tenggara 720913; 9322324, dengan mesh model tanpa dan dengan Pulau H. Hasil pemodelan menunjukkan konsentrasi TSS dapat mencapai 500 mg/L di lokasi pengisian pasir reklamasi. Konsentrasi TSS akan kembali normal pada jarak 100 – 300 m. Perairan terdampak saat surut (Gambar III.3) lebih luas dibanding saat pasang (Gambar III.4).

Gambar III.4. Sebaran TSS Saat Surut

Rona awal TSS di perairan lokasi reklamasi Pulau H saat pengurugan berkisar 17,6-24,7 mg/L. Dengan demikian saat kegiatan berlangsung TSS akan meningkat menjadi 517,6-524,7 mg/L, sehingga besaran dampak tergolong negatif besar.

Evaluasi sifat penting dampak adalah sebagai berikut:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

3. Intensitas dampak tinggi karena TSS berpotensi meningkat 500 mg/L dan berlangsung lama selama pekerjaan reklamasi, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).

6. Dampak terhadap penurunan kualitas air laut ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap penurunan kualitas air laut termasuk kategori dampak penting.

3.3.5. Peningkatan Volume Sampah Padat Akibat Aktivitas Tenaga Kerja

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pulau H sebanyak ± 300 orang juga berpotensi menghasilkan sampah padat berupa sisa-sisa makanan, minuman dan lain-lain yang apabila tidak dikelola dengan baik juga akan mengakibatkan menurunnya kualitas air laut di sekitarnya. Volume sampah padat yang akan ditimbulkan dari aktivitas tenaga kerja sebesar ± 0,9 m3/hari yang tergolong dampak negatif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

2. Luas wilayah persebaran dampak sempit, terbatas di sekitar bedeng pekerja, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

3. Intensitas dampak relatif kecil berlangsung selama aktivitas tenaga kerja berlangsung, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (kualitas air laut, persepsi masyarakat), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P). 5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi

Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).

6. Dampak terhadap peningkatan volume sampah padat ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap peningkatan volume sampah padat termasuk kategori dampak penting.

3.3.6. Gangguan Utilitas Akibat Reklamasi

Kegiatan Pengurugan/Reklamasi Pulau H dan pekerjaan tanggul akan berdampak terhadap utilitas yang ada di sekitar proyek (jalur Pipa PHE ONWJ dan Pipa PLN). Terhadap jarak tanggul dengan Pipa PHE ONWJ dan Pipa PLN telah ditetap jarak ± 146,58 m dari jarak minimal yang ditetapkan pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 146 Tahun 2014 yaitu jarak minimum kaki tanggul 40 m. Dampak terhadap gangguan utiltas ini berupa kemungkinan pecahnya pipa PHE ONWJ dan PLN yang akan berakibat terhadap gangguan suplai bahan bakar sehingga suplai listrik sistem Jawa Bali akan terganggu. Dengan demikian, besaran dampaknya tergolong negatif besar. Terkait

berikut: Elevasi berm 2,3 m, lebar berm 8 m, tinggi tanggul + 4,3 m (segmen 1, 2 dan 3 a),

slope tanggul bagian atas 1 : 3, dan slope tanggul bagian bawah 1 : 6,. Jadi jarak puncak

tanggul ke kaki lereng tanggul sekitar 49 m. Dengan desain jarak ke pipa PHE ONWJ sekitar 146,58 m, maka reklamasi pulau H disimpulkan aman bagi pipa PHE ONWJ. Hal ini termasuk aktivitas konstruksi dan penempatan alat berat untuk pembuatan tanggul dan pengurugan lahan reklamasi.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak banyak, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

2. Luas wilayah persebaran dampak luas, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama pekerjaan reklamasi, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (persepsi masyarakat dan kamtibmas), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P). 5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi

Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P).

6. Dampak terhadap gangguan utilitas ini sulit dipulihkan, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan utilitas termasuk kategori dampak penting.

3.3.7. Terbukanya Kesempatan Kerja Akibat Rekrutmen Tenaga Kerja

Kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi Reklamasi Pulau H diprakirakan akan berdampak positif terhadap kesempatan kerja bagi masyarakat. Kegiatan konstruksi Reklamasi Pulau H dengan luas ± 63 Ha akan menyerap tenaga kerja sebanyak ± 300 orang dan diprakirakan dapat menyerap tenaga kerja sekitar (Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan). Dalam pelaksanaan reklamasi, pemrakarsa (PT. Taman Harapan Indah) akan bekerjasama dengan beberapa kontraktor sehingga rekrutmen akan dilakukan oleh masing-masing kontraktor yang ditunjuk. Dengan ikut sertanya penduduk sekitar (Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan) sebagai tenaga kerja konstruksi proyek akan mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Namun demikian, tenaga kerja konstruksi reklamasi memerlukan keahlian dan kualifikasi yang sulit dipenuhi dari warga sekitar, sehingga dampaknya tergolong dampak positif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (P).

2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

3. Intensitas dampak relatif tinggi namun berlangsung singkat selama rekrutmen tenaga kerja, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (pendapatan masyarakat dan kamtibmas, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P). 5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi,

sehingga tergolong dampak Penting (P).

6. Dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja termasuk kategori dampak penting.

3.3.8. Gangguan Aktivitas Nelayan Akibat Reklamasi

Kegiatan reklamasi pada tahap konstruksi akan berdampak terhadap aktivitas nelayan yakni maneuver ponton, barge, alat pemasang batu untuk tanggul, serta peralatan yang lainnya. Berdasarkan laporan hasil pembinaan dan kegiatan pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013, yang bermatapencaharian sebagai nelayan sebanyak 2.692 orang. Kegiatan-kegiatan tersebut di atas akan mengganggu aktivitas nelayan yang ingin melintas mencari ikan (melaut) ke Pantai Utara Jakarta maupun ke Pantai Utara Tangerang.

Data dari pipp.djpt.kkp.go.id pada April 2015, memperlihatkan frekuensi kunjungan kapal di Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman sebanyak 262 kali, dengan rincian kategori kapal > 20 – 30 GT sebanyak 86 kali, > 30 – 50 GT sebanyak 13 kali, > 50 – 100 GT sebanyak 99 kali dan > 100 – 200 sebanyak 64 kali. Hal ini menunjukkan di pelabuhan tersebut didominasi oleh kapal-kapal besar yang melaut di perairan laut dalam dan bukan di area rencana Reklamasi Pulau H.

Pada saat konsultasi publik terungkap adanya kekuatiran nelayan terganggu aktivitasnya akibat kegiatan reklamasi. Kegiatan reklamasi Pulau H yang berpotensi menimbulkan gangguan terhadap aktivitas nelayan dan perikanan samudra adalah pada saat mobilisasi kapal TSHD, ponton/barge pengangkut pasir dan batu serta aktivitas pengurugan dan pekerjaan tanggul. Besaran dampak tergolong dampak negatif besar.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H dan Causeway, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama pekerjaan reklamasi, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (pendapatan masyarakat dan persepsi masyarakat), sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi Pulau H (rencana reklamasi Pulau F dan G), sehingga tergolong dampak Penting (P). 6. Dampak terhadap gangguan aktivitas nelayan ini dapat dipulihkan, sehingga dampak

dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan aktivitas nelayan termasuk kategori dampak penting.

3.3.9. Gangguan Aktivitas Nelayan Akibat Pekerjaan Causeway

Kegiatan pekerjaan causeway sepanjang ± 300 m diprakirakan akan berdampak terhadap gangguan aktivitas nelayan yakni maneuver ponton, barge, alat pemasang batu untuk tanggul, serta peralatan yang lainnya. Besaran dampak yang disebabkan dari pekerjaan

causeway sama dengan dampak kegiatan reklamasi Pulau H terhadap gangguan aktivitas

nelayan, yaitu tergolong dampak negatif besar. Dengan adanya mobilisasi kapal pengangkut material dan pekerjaan fisik bangunan Causeway, akan mengakibatkan aktivitas nelayan yang biasanya melintasi di perairan sekitar lokasi causeway akan terganggu, dan para nelayan harus berputar ke arah utara dengan jarak lintas sekitar 1,0 km ke arah tengah.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi causeway, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung singkat selama pekerjaan causeway, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen (pendapatan masyarakat dan persepsi masyarakat, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi Pulau H (recana reklamasi Pulau F dan G), sehingga tergolong dampak Penting (P).

6. Dampak terhadap gangguan aktivitas nelayan ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan aktivitas nelayan termasuk kategori dampak penting.

3.3.10. Gangguan Kamtibmas Akibat Mobilisasi Alat Dan Bahan Material

Kegiatan mobilisasi alat dan bahan material konstruksi/pengangkutan batu, tanah urug dan pasir urug proyek Reklamasi Pulau H diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas di sekitar lokasi proyek. Dampak yang akan terjadi merupakan dampak primer (langsung) akibat kasus pencurian alat dan bahan proyek, maupun dampak turunan (sekunder) akibat penurunan kualitas udara, kebisingan, pengotoran badan jalan dan gangguan kelancaran lalu lintas darat maupun laut di sekitar lokasi proyek yang dapat menimbulkan gangguan kamtibmas. Pada saat konsultasi publik, terdapat kekuatiran masyarakat terutama penghuni perumahan Pantai Mutiara akan terganggu akibat mobilisasi alat dan bahan material reklamasi yang melintas di sekitar perumahan Pantai Mutiara, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian.

Peralatan untuk reklamasi yaitu penghampar/penimbun pasir, pemuat tanah, alat penggali, alat pancang vertikal drain, alat grading, sedangkan peralatan untuk shore protection yaitu alat angkut, penghampar material, pembantu penghampar material, barge dan kapal pembantu yang berjumlah 136 unit. Jenis dan volume material utama yang diperlukan untuk konstruksi Pulau H adalah Batu < 1 ton (314.000 m3), Batu > 1 ton (217.000 m3), Pasir untuk tanggul (2,4 juta m3), Pasir untuk pulau (9,2 juta m3) dan Tanah urug/top soil (315.000 m3).

Pada rona lingkungan menunjukan bahwa hasil pemantauan Kawasan Pantai Mutiara tahun 2010, menunjukkan bahwa pada persimpangan Jl. Pluit Utara Raya – Jl. Pluit Samudera 2 tergolong cukup padat pada jam sibuk pagi dan sore serta pada hari libur. Kepadatan ini bukan hanya disebabkan oleh kegiatan Pantai Mutiara, namun juga oleh kegiatan fasilitas umum yang dapat dicapai dari jalan-jalan di persimpangan ini antara lain sekolah dan gereja.

Data persepsi masyarakat menunjukkan 89,2% setuju, sehingga besaran dampak terhadap kamtibmas tergolong dampak negatif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

2. Luas wilayah persebaran dampak cukup luas, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama mobilisasi alat dan bahan material, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

6. Dampak terhadap gangguan kamtibmas ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan kamtibmas termasuk kategori dampak penting.

3.3.11. Gangguan Kamtibmas Akibat Reklamasi

Kegiatan reklamasi Pulau H seluas ± 63 Ha diprakirakan akan berdampak terhadap Kamtibmas. Dampak yang akan terjadi terhadap kamtibmas merupakan dampak turunan (sekunder) akibat berbagai potensi dampak negatif yang muncul selama pelaksanaan reklamasi. Pada saat konsultasi publik terungkap adanya kekuatiran masyarakat/persepsi negatif masyarakat aka terkena dampak negatif selama kegiatan reklamasi Pulau H berlangsung terutama akibat pencemaran perairan, gangguan terhadap aktivitas nelayan, gangguan terhadap transportasi darat dan laut dan gangguan terhadap utilitas yang terdapat di sekitar lokasi Pulau H.

Kekuatiran/persepsi negatif masyarakat ini pada akhirnya berpotensi menimbulkan dampak lanjutan berupa gangguan kamtibmas Mengingat pekerjaan reklamasi berlangsung di perairan pantai/laut, besaran dampak kegiatan reklamasi tehadap kamtimas tergolong dampak negatif kecil.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama pekerjaan reklamasi, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain (rencana reklamasi Pulau F dan G) yang ada di sekitar lokasi reklamasi Pulau H, sehingga tergolong dampak Penting (P). 6. Dampak terhadap gangguan kamtibmas ini dapat dipulihkan, sehingga dampak dapat

digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dampak terhadap gangguan kamtibmas termasuk kategori dampak penting.

3.3.12. Gangguan Kamtibmas Akibat Kegiatan Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pulau H sebanyak ± 300 orang diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas. Aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pulau H yang kurang sesuai dengan budaya masyarakat sekitar serta adanya dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh aktivitas buruh konstruksi tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan kamtibmas. Mengingat di sekitar lokasi proyek saat ini terdapat berbagai kegiatan yang membutuhkan privacy, ketenangan dan kenyamanan yang tinggi seperti Kawasan Pantai Mutiara, maka hal ini perlu diperhatikan dan diantisipasi sejak dini. Besaran dampak tergolong dampak negatif besar, karena jumlah tenaga kerja yang akan ada cukup banyak (sebanyak ± 300 orang) dan bedeng pekerja berada di kawasan pemukiman elit Pantai Mutiara yang tergolong padat.

Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

2. Luas wilayah persebaran dampak terbatas di sekitar lokasi Pulau H dan di bedeng pekerja, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Tidak Penting (TP).

3. Intensitas dampak relatif tinggi berlangsung lama selama rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

4. Komponen lingkungan yang terkena dampak lebih dari satu komponen, sehingga dampak dapat digolongkan menjadi Penting (P).

5. Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi reklamasi,

Dalam dokumen amdal_h.pdf (Halaman 133-151)

Dokumen terkait