• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAHAN HOLISTIK TERHADAP DAMPAK PENTING

Dalam dokumen amdal_h.pdf (Halaman 175-180)

EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN

4.1. TELAAHAN HOLISTIK TERHADAP DAMPAK PENTING

Sebagaimana diuraikan pada BAB III tentang analisis prakiraan dampak penting yang menghasilkan informasi mengenai besaran dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting (DP). Selanjutnya akan dilakukan evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting, baik dampak penting yang tergolong dampak primer, sekunder maupun tersier. Evaluasi terhadap dampak penting tersebut dilakukan dengan menggunakan instrument bagan alir dampak penting, sehingga akan terlihat mana dampak penting yang tergolong dampak langsung (primer) dan mana dampak penting yang tidak langsung (sekunder atau tersier). Hasil evaluasi terhadap dampak penting hipotetik tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan upaya-upaya pengendalian dampak negatif dan penanganan dampak positif yang dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

4.1.1. Tahap Pra-Konstruksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap prakonstruksi adalah penetapan lokasi. Kegiatan ini akan menimbulkan dampak penting berupa perubahan persepsi masyarakat. Dampak ini merupakan dampak langsung (primer).

4.1.2. Tahap Konstruksi

Kegiatan pada tahap konstruksi meliputi rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja, mobilisasi alat dan bahan, reklamasi dan pekerjaan causeway.

Kegiatan rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja akan menimbulkan dampak penting terbukanya kesempatan kerja, penurunan kualitas air laut dan peningkatan volume sampah padat, yang selanjutnya akan menimbulkan dampak turunan berupa perubahan persepsi masyarakat dan gangguan kamtibmas. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dapat mencapai 300 orang.

Rekrutmen tenaga kerja sebanyak ± 300 orang ini merupakan dampak positif primer. Dalam pelaksanaan konstruksi proyek, pemrakarsa kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) akan bekerjasama dengan beberapa kontraktor sehingga rekrutmen akan dilakukan oleh masing-masing kontraktor/sub kontraktor yang ditunjuk. Tenaga kerja konstruksi proyek yang akan direkrut oleh masing-masing kontraktor/sub kontraktor sebagian berasal dari penduduk

sekitar (Kecamatan Penjaringan) sebagai tenaga kerja konstruksi proyek akan mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Hal ini sejalan dengan harapan masyarakat sekitar dan tokoh masyarakat yang disampaikan pada saat konsultasi publik dan wawancara dengan responden yang mengharapkan adanya manfaat dari pembangunan proyek yang berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja lokal. Terbukanya kesempatan kerja ini pada akhirnya akan berdampak lebih lanjut (dampak sekunder dan tersier) terhadap persepsi positif masyarakat (Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan) dan kamtibmas.

Aktivitas tenaga kerja konstruksi proyek sebanyak ± 300 orang berpotensi menghasilkan limbah cair domestik dari kegiatan mandi cuci kakus (MCK). Limbah cair domestik tersebut apabila tidak dikelola dengan baik pada akhirnya akan mengakibatkan menurunnya kualitas air laut di sekitarnya dengan parameter utama pH, Total Suspended Solid (TSS), Ammonia (NH3), Phospat (PO4) dan BOD. Dampak terhadap penurunan kualitas air laut merupakan dampak langsung (primer) yang akan berdampak terhadap kehidupan biota laut dan persepsi masyarakat (dampak sekunder dan tersier).

Kegiatan buruh konstruksi sebanyak 300 orang tersebut akan menghasilkan sampah padat berupa sisa-sisa makanan, minuman dan lain-lain. Dampak terhadap sampah padat ini merupakan dampak langsung (dampak primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat (dampak sekunder) dan gangguan kamtibmas (dampak tersier). Kegiatan mobilisasi alat dan bahan akan berdampak penting primer berupa gangguan transportasi darat dan transportasi laut. Transportasi tanah urug (tanah merah) sebanyak ± 315.000 m3 akan berdampak terhadap transportasi darat pada badan jalan yang dilalui kendaraan pengangkut (Jl. Pluit Raya dan jalan lingkungan Kawasan Pantai Mutiara). Kegiatan tersebut akan mengakibatkan meningkatnya arus lalu lintas, pengotoran badan jalan dan dapat mengakibatkan kerusakan badan jalan bila tonase kendaraan pengangkut alat dan bahan konstruksi melampaui daya dukung badan jalan yang dilalui. Dampak terhadap transportasi darat ini merupakan dampak primer yang akan berdampak lebih lanjut terhadap kualitas udara (dampak sekunder), persepsi masyarakat (dampak tersier) dan kamtibmas (dampak kuarter). Aktivitas truk pengangkut tanah urug juga merupakan sumber kebisingan yang berpotensi melebihi baku tingkat kebisingan.

Kegiatan mobilisasi pasir urug dan batu akan meningkatkan aktivitas transportasi laut. Dampak ini merupakan dampak primer. Gangguan transportasi laut akan menimbulkan dampak sekunder gangguan aktivitas nelayan yang selanjutnya akan berdampak terhadap persepsi masyarakat dan kamtibmas (dampak sekunder dan tersier).

Kegiatan Reklamasi Pulau H seluas ± 63 Ha akan menimbulkan dampak penting Penurunan Kualitas Air Laut, Gangguan Utilitas, Gangguan Aktivitas Nelayan, Gangguan Kamtibmas, Perubahan Persepsi Masyarakat, Gangguan Transportasi Laut. Kegiatan reklamasi akan meningkatkan Total Suspended Solid (TSS) air laut sekitar lokasi Pulau H. Peningkatan TSS

ini berpotensi mecapai lebih dari 5 kali kondisi biasa tanpa kegiatan. Meningkatnya TSS ini akan mengakibatkan berkurangnya penetrasi sinar matahari ke dalam perairan sehingga produktivitas primer menurun dan kandungan oksigen terlarut dalam perairan laut akan berkurang. Hal ini pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan biota laut (plankton, benthos dan nekton).

Kegiatan reklamasi akan berdampak terhadap gangguan utilitas di sekitar rencana Reklamasi Pulau H. Berdasarkan lokasi rencana Reklamasi Pulau H terdapat Pipa PHE ONWJ, maka recana reklamasi Pulau H akan dilakukan pergeseran dengan jarak minimal dengan pipa tersebut ± 146,58 m yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur 146 Tahun 2014 tentang Ketentuan Teknis Membangun dan Pelayanan Perizinan Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis Pantura Jakarta. Dampak terhadap gangguan utilitas merupakan dampak langsung (dampak primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat (dampak sekunder) dan kamtibmas (dampak tersier).

Kegiatan reklamasi dan pekerjaan causeway diprakirakan akan berdampak terhadap aktivitas nelayan di sekitarnya akibat pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan. Mengingat saat ini, di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Pluit) terdapat Pelabuhan Muara Baru dan Pelabuhan Nizam Zahman yang beraktivitas di sekitar lokasi proyek, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak gangguan terhadap aktivitas nelayan merupakan dampak langsung (primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat (sekunder) dan kamtibmas (tersier).

4.1.3. Tahap Pasca Konstruksi

Kegiatan tahap pascakonstruksi meliputi keberadaan causeway, keberadaan lahan reklamasi, demobilisasi peralatan.

Keberadaan causeway akan menyebabkan dampak penting penurunan kualitas air laut. Keberadaan causeway yang konstruksinya masif akan mengubah pola persebaran buangan air pendingin PLTU Muara Karang. Debit di dua titik outlet PLTU Muara Karang adalah 12 m3/s untuk outlet Barat dan 48 m3/s untuk outlet Timur. Hasil pemodelan menunjukkan pada suhu di titik inlet akan menurun 0,8-1,0 °C. Dampak kualitas air laut (suhu) merupakan dampak positif yang bersifat langsung (primer).

Keberadaan lahan reklamasi Pulau H akan berdampak penting terhadap pola arus Keberadaan lahan reklamasi seluas ± 63 Ha dan causeway akan mengakibatkan terjadinya perubahan pola arus menyusur pantai (longshore current) di sekitar lokasi proyek. Perubahan ini merupakan dampak langsung (primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap abrasi dan sedimentasi (dampak sekunder), persepsi masyarakat (dampak tersier) dan kamtibmas (dampak kuarter). Dampak yang terjadi merupakan dampak lanjutan yang

Keberadaan lahan reklamasi Pulau H juga berdampak penting terhadap pola gelombang Keberadaan lahan reklamasi seluas ± 63 Ha akan mengakibatkan terjadinya perubahan pola gelombang di sekitar lokasi proyek. Perubahan pola gelombang ini merupakan dampak langsung (primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap abrasi dan sedimentasi (dampak sekunder), persepsi masyarakat (dampak tersier) dan kamtibmas (dampak kuarter). Dampak yang terjadi merupakan dampak lanjutan yang prosesnya dimulai sejak tahap konstruksi dan terus berlanjut hingga tahap pasca konstruksi.

Keberadaan lahan reklamasi juga akan mengakibatkan terjadinya abrasi dan sedimentasi akibat perubahan pola arus (arus menyusur pantai) dan pola gelombang di sekitar lokasi proyek. Dampak yang akan terjadi merupakan dampak lanjutan yang prosesnya dimulai sejak tahap konstruksi dan terus berlanjut hingga tahap pasca konstruksi. Dampak abrasi dan sedimentasi ini merupakan dampak sekunder yang akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat dan kamtibmas.

Pada tahap pasca konstruksi yang berdampak penting terhadap penurunan muka tanah adalah keberadaan lahan reklamasi. Dampak yang terjadi merupakan dampak langsung (primer) yang akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat (dampak sekunder).

Keberadaan lahan reklamasi Pulau H seluas ± 63 Ha akan berdampak penting terhadap persepsi masyarakat. Dampak yang terjadi merupakan dampak turunan (sekunder/tersier) akibat dampak-dampak negatif yang akan muncul akibat keberadaan lahan reklamasi dan demobilisasi peralatan konstruksi, seperti banjir, abrasi dan sedimentasi yang akan berlanjut terhadap dampak gangguan kamtibmas.

Tahap

Pra Konstruksi Tahap Konstruksi

Tahap Pasca Konstruksi Rencana Kegiatan Reklamasi Pulau H Penetapan Lokasi Proyek Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja Reklamasi Mobilisasi Alat dan Bahan Keberadaan Causeway Keberadaan Lahan Reklamasi Demobilisasi Peralatan Penurunan Kualitas Udara Peningkatan Kebisingan Penurunan Kualitas Air Laut

Perubahan Pola Arus Perubahan Pola Gelombang Peningkatan Volume Sampah Padat Terbukanya Kesempatan Kerja Gangguan Kamtibmas Perubahan Persepsi Masyarakat Gangguan Transportasi Darat Gangguan Transportasi Laut Pekerjaan Causeway Gangguan

Aktivitas Nelayan Gangguan Utilitas

Penurunan Muka Tanah

Abrasi dan Sedimentasi

Dalam dokumen amdal_h.pdf (Halaman 175-180)

Dokumen terkait