• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

KAJIAN TEORI, KRANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Dan Teori-Teori Belajar

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Istilah cooperative learning menurut Lie (2008) sepadan dengan pembelajaran kooperatif dalam bahasa Indonesia. Falsafah dasar pembelajaran kooperatif adalah homo homini socius yaitu falsafah yang memandang kerjasama antar manusia merupakan kebutuhan dasar manusia. Tejada (2002) dan Slavin (2005) menyatakan, pembelajaran kooperatif menuntut siswa bekerja dalam kelompok kecil dan saling membantu untuk mempelajari materi pelajaran. Fong (2007) menyatakan, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

commit to user

menempatkan siswa dalam kelompok kecil. Mereka bekerja sama dalam kelompok kecil tersebut untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif mempunyai karater berbeda dengan pembelajaran kelompok tradisional. Menurut Lie (2008) dan Tejada (2002), karakter pembelajaran kooperatif yaitu, (1) saling ketergantungan positif di antara anggota kelompok. Keberhasilan kelompok tergantung pada usaha setiap anggotanya, (2) tanggung jawab individu dan kelompok. Kelompok bertanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama, setiap individu bertanggung jawab atas pekerjaannya masing-masing, (3) interaksi yang baik. Anggota kelompok bekerja sama untuk memahami materi dengan saling memberikan dukungan dan bantuan, (4) adanya keterampilan interpersonal dan kelompok. Pembelajaran kooperatif mendorong terjadinya pembelajaran keterampilan sosial seperti kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan, komunikasi, dan penanganan konflik, (5) anggota kelompok berdiskusi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama.

Model-model pembelajaran kooperatif antara lain Student Team-Achievement Divisions (STAD), Team-Game-Tournaments (TGT), Team-Assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), CO-OP CO-OP, Jigsaw, dan Complex Instruction (Lie 2008; Slavin, 2005). Lie (2008) menyatakan, perbedaan model pembelajaran kooperatif terletak pada perbedaaan sintaks pembelajarannya.

Namun, karakter pembelajaran kooperatif tetap sama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Menurut Slavin (2005), gagasan kooperatif adalah memotivasi siswa agar saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi pelajaran. Siswa dibiasakan untuk saling mendukung teman satu timnya untuk melakukan yang terbaik dan menunjukkan norma bahwa belajar itu penting.

Menurut Moraga dan Rhan (2009), pembelajaran kooperatif didasarkan asumsi belajar akan bermakna apabila siswa aktif bekerja sama dan berbagi ide dengan siswa lainnya dalam menyelesaikan masalah.

a. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Hasil penelitian tentang manfaat pembelajaran kooperatif banyak yang telah dilaporkan. Fong (2007) menyatakan, lebih dari 500 penelitian menyimpulkan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar dan keterampilan sosial siswa. Meta analisis terhadap 122 penelitian mulai tahun 1924-1980 menunjukkan, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar, keterampilan sosial, dan keterampilan berpikir dibandingkan model pembelajaran kompetitif dan individu. Newman dan Thompson (1987) dalam (Amstrong, 1998) menyatakan, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sekolah rendah. Slavin (2005) menyatakan, studi terhadap 29 penelitian melibatkan kooperatif menunjukkan pengaruh positif yang konsisten terhadap prestasi belajar dan partisipasi siswa. Pembelajaran kooperatif dapat membentuk sikap menerima berbagai perbedaan seperti perbedaan ras, agama, budaya, kelas sosial, dan kemampuan akademik. Pembelajaran kooperatif tidak membeda-bedakan teman dalam bekerja sama. Pembelajaran kooperatif dapat mengajarkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Menurut (Slavin, 2005)

commit to user

Keterampilan kerjasama dan kolaborasi diperlukan dalam kehidupan nyata di masyarakat dengan budaya yang beragam.

Ibrahim, et al. (2000) mengemukakan ada tiga manfaat utama pembelajaran kooperatif, 1) Meningkatkan hasil belajar akademik. Para ahli pendidikan berpendapat, bahwa strategi ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Hal ini didukung ungkapan Lord (2001) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar akademik siswa. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu. Efek penting dari pembelajaran kooperatif adalah terbentuk sikap menerima adanya perbedaan ras, agama, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan perbedaan-perbedaan lainnya.

Hal ini didukung oleh Lord (2001) dan Dumas (2003) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak membeda-bedakan teman dalam bekerja sama. 3) Pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif dapat mengajarkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting dalam kehidupan di masyarakat dalam budaya yang sangat beragam. Hal ini didukung oleh Lord (2001); Dumas (2003); Tejada (2002) mengemukakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan sosial.

b. Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Sintaks pembelajaran kooperatif berbeda-beda tergantung model kooperatifnya. Namun demikian, semua model pembelajaran kooperatif tetap mengacu pada karakter dasar pembelajaran kooperatif yaitu, (1) saling ketergantungan positif di antara anggota kelompok. (2) tanggung jawab individu dan kelompok. (3) interaksi antar anggota kelompok yang baik, anggota kelompok

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

bekerja sama untuk memahami materi dengan saling memberikan dukungan dan bantuan, (4) adanya keterampilan interpersonal dan kelompok dan, (5) anggota kelompok berdiskusi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama.

Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif di Kelas

Yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan model pembelajaran kooperatif di kelas, diantaranya: 1) pilih pendekatan apa yang akan digunakan, misal STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, TAI, NHT, dan lain-lain; 2) Pilih materi yang sesuai untuk model ini; 3) Mempersiapkan kelompok yang heterogen;

4) Menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa; 5) Merencanakan waktu, tempat duduk yang akan digunakan.

Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan pembelajaran kooperatif adalah: meningkatkan kemampuan siswa, meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang ada dan memperbaiki hubungan antar kelompok.

Sedangkan kelemahan pembelajaran kooperatif adalah: memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya akan buruk, dan bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa maka dalam kelompok akan terjadi kesenjangan sehingga usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Dalam penelitian ini pedekatan pembeajaran kooperatif yang akan digunakan adalah model STAD (Student Team Achevement Division) dan model TAI (Team Assisted Individualization), pada materi pembelajaran kinematika gerak kelas X.

commit to user 3. Model Pembelajaran STAD

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam pembelajaran ini siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat atau lima orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Slavin (2008:12) gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.

STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif, yang membagi kelas dalam bentuk kelompok-kelompok yang bervariasi terdiri dari siswa berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Setiap kelompok diberi tugas berdiskusi yang dipimpin oleh ketua kelompok yang berperan sebagai tutor. Nilai kuis diambil dari nilai tiap individu, skor tiap indivudu mendukung skor total kelompok. Skor total kelompok diambil dari skor rata-rata individu tiap kelompok. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

STAD (Student Team Achievement Divisions) merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin di Universitas John Hopkins, AS. STAD terbentuk dari lima fase kegiatan, yaitu : 1) Persentasi kelas, pada komponen ini, guru memberikan materi dengan mengemukakan konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, dengan menggunakan buku siswa, buku guru bahan untuk audio visual dan sebagainya. Guru harus mampu mendesain materi pembelajaran kooperatif STAD yang berbeda ketika guru mengajar dengan menggunakan pembelajran tradisional yaitu dengan membentuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk masing-masing sub pokok bahasan; 2) Kelompok belajar, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen dengan jumelah anggota 4-5 orang siswa. Pada pembentukan kelompok guru harus memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosial, etnik dan tingkat kemampuan akademik siswa dalam keanggotaan kelompok. Dalam hal ini kemapuan akademik, tiap kelompok terdiri dari satu orang siswa berkemampuan tinggi, dua orang siswa berkemampuan sedang, dan satu orang siswa berkemampuan rendah. Fungsi utama kelompok belajar ini adalah agar siswa belajar dalam kelompoknya serta mempersiapkan anggaotanya untuk belajar dengan baik dalam menghadapi tes individu. Setelah guru mempersentasikan materi, masing-masing kelompok bertemu untuk mendiskusikan, membandingkan jawaban dan mengkoreksi jika ditemukan salah persepsi dari lembar keraja atau materi lain.

Kelompok-kelompok belajar merupakan hakekat belajar yang sangat penting dalam model pembelajaran kooperatif STAD, keberhasilan pembelajaran sangat ditekankan pada para anggota kelompok untuk melakukan hal terbaik untuk kelompoknya, seperti saling memberikan semangat, dukungan perhatian dan penghargaan diri untuk keberhasilan belajar; 3) Evaluasi belajar, setelah satu pokobahasan guru mempersentasikan materi pelajaran, maka kemudian dilakukan Evaluasi perseorngan dengan tujuan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar; 4) Skor/Nilai Peningkatan Perseorangan;

pemberian evaluasi secara indivudu mempunyai tujuan untukmembandingkan Skor/Nilai yang diperoleh pada tes dengan Skor dasar/awal yang dimiliki siswa

commit to user

sebelumnya; 5) Rekognisi Tim (Kelompok Belajar), bentuk penghargaan jika tim memeperoleh skor rata-rata mencapai tertentu.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Model STAD

No Kegiatan guru Kegiatan siswa

1 Tahap informasi

Menyampaikan informasi tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari

Membagi LKS kepada masing-masing kelompok

Menerima tugas/LKS Memberi waktu kepada kelompok untuk

membaca bagian tugas/LKS dan beridskusi dalam kelompok

Membaca bagian

tugas/LKS dan berdiskusi dalam kelompok

Memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menuliskan dipapan tulis hasil analisis LKS dan memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah mengetahui jawaban yang benar.

Menuliskan hasil analisis dipapantukis dan diikuti oleh seluruh siswa dengan benar dibuku catatan.

Kelebihan pembelajaran kooperatif adalah: meningkatkan kemampuan siswa, meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang ada dan memperbaiki hubungan antar kelompok. Dalam pembelajaran model STAD siswa kurang dan malu bertanya kepada guru ataupun temanya kelompoknya, sehingga prestasi belajarnya kuarang baik.

4. TAI (Teams Assisted Individualization)

Model pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization) adalah suatu model pembelajaran dimana dalam suatu kelompok terdapat seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya.

Model ini memiliki keunggulan dimana lebih banyak pertanyaan siswa yang terjawab karena ada asisten dalam tiap kelompok. Asisten di sini sebelumnya dapat diberikan pemahaman terlebih dahulu mengenai materi pelajaran yang akan di pelajarai oleh siswa di kelasnya. Sedangkan guru dalam TAI harus memiliki berbagai media untuk mengarahkan belajar siswa.

Slavin (Widdiharto, 2006: 19) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.

Model pembelajaran model TAI ini memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah : a) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa; b) Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu; c) Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya; d) Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan; e) Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan

commit to user

memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas; f) Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok; g) Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa; h) Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah : a) Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa; b) Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test); c) Guru memberikan materi secara singkat.

(Mengadopsi komponen Teaching Group) Pada tahap ini materi pelajaran diperkenalkan melalui penyajian kelas. Pada penyajian materi pelajaran ini dilakukan melalui Pengajaran kelompok jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami dalam suatu kelompok, maka kelompok tersebut dapat meminta guru untuk menjelaskan materi yang belum dipahami dan pengajaran seluruh kelas, Pengajaran ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Guru menyimpulkan materi yang dianggap penting dalam pembelajaran; d) Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponen Teams); e) Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team Study); f) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru. (Mengadopsi komponen Student Creative); g) Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu.

(Mengadopsi komponen Fact Test); h) Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi.

(Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition); i) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.

Kelebihan pembelajaran kooperatif model TAI adalah: meningkatkan kemampuan siswa, meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang ada dan memperbaiki hubungan antar kelompok. Siswa yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan model TAI prestasi belajarnya akan meningkat karena setiap kelompok mempunyai asisten dimana asisten itu bertugas untuk membantu angota kelompoknya untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi. Dalam pembelajaran kooperatif model TAI, menekankan kerjasama kelompok dimana seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompoknya. Dengan model TAI yang dibantu dengan media LKS ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk saling membantu anggota kelompoknya, sehingga semua siswa dapat menguasai materi kinematika gerak satu dimensi. Peran guru dalam model TAI ini hanya bertindak sebagai fasilitator dan mediator serta menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya.

commit to user 5. Sikap Ilmiah

Definisi sikap adalah keadaan internal seseorang yang berpotensi untuk mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan pribadi yang dilakukannya (Suhaenah, 2001 : 15). Sikap selalu terbentuk dan berubah selalu sejalan dengan perkembangan individu dan potensi penguatan tebentuk serta perubahan tergantung dari interaksi sosialnya. Sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berperilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bila mana dihadapkan dalam suatu masalah atau obyek.

Macam-macam sikap ilmiah adalah keingintahuan, keberanian, santun, peduli lingkungan, berpendapat secara ilmiah, kritis, bekerjasama dengan jujur, tekun, tidak mudah menyerah, saling menerima dan saling memeberi, keterbukaan fikiran dan kritis. (Anonim : 2003 : 34). Dalam penelitian tersebut, sikap ilmiah yang dikembangkan meliputi : kemampuan mengajukan gagasan/pendapat, menghargai pendapat orang lain, hasrat ingin tahu, jujur, mampu bekerja sama, berfikir kritis dan bertanggung jawab.

Sikap ilmiah (Scientific attitude) mengandung dua makna (Harlen, W, 1985), yaitu attitude to science of science. Attitude yang pertama mengacu pada sikap terhadap IPA sedangkan attitude yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari IPA. Jika seseorang memiliki sikap tertentu, orang itu cenderung berperilaku demikian secara konsisten pada setiap keadaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Misalnya, ketika ada ceramah, seseorang akan selalu mendenganrkan gagasan yang disajikan secara serius dengan penuh minat pada suatu keadaan meskipun konsepsi yang disajikan jauh berbeda dengan gagasannya. Jika pada keadaan lain, orang itu berperilaku sama pada ceramah orang lain, maka orang ini dapat bersikap terbuka (oepen-minded).

Beberapa contoh ‘scientific attitude’ yang mulai lazim dikembangkan disekolah meliputi ; sikap jujur, terbuka, luwes, tekun, logis, kritis,kreatif. Namun beberapa sikap ilmiah yang lebih khas dan belum optimal dikembangkan meliputi curiosity (sikap ingin tahu), respect for evidence (sikap untuk senantiasa menemukan bukti), flexibility (sikap luwes trhadap gagasan baru), critical reflection (sikap merenung secara kritis), sensivity to living things and environment (sikap peka/peduli terhadap mahluk hidup dan lingkungan.

Sedangkan curiosity ditandai dengan tingginya minat keingin tahuan siswa terhadap setiap prilaku alam disekitarnya. Siswa sering melakukan eksplorasi pada benda-benda yang ditemuinya. Siwa sering mencoba pengalaman baru.

Siswa sering mengamati benda-benda didekatnya. Prilaku ini tentu saja sangat membantu siswa dalam pencapain tagihan kegiatan pembelajaran. Curiosity sering diawali dengan pengajuan pertanyaan bukan satu-satunya ciri curiosity.

Mendorong siswa untuk terbiasa mengajukan pertanyaan merupakan cara terbaik untuk mengembangkan curiosity tetapi guru perlu dalam menugaskan siswa untuk memperjelas pertanyaan yang diajukan.

Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini

commit to user

perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karyailmiah. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya; 2) Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya; 3) Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai; 4) Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi; 5) Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain; 6) Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada; 7) Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

Mata pelajaran IPA sepeerti fisika memiliki dua sisi. Sisi satu sebagai proses dan sisi yang lain sebagai produk. Proses IPA merupakan upya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

pengumpulan dan penggunaan bukti untuk menguji dan mengembangkan gagasan. Suatu teori pada mulanya berupa gagasan imaginatif selama belum mampu menyajikan sejumelah bukti untuk memverifikasi gagasan itu.

Penggunaaan bukti sangat pokok dalam kegiatan IPA disekolah.

Konsep yang dibangun siswa untuk memahami lingkunganya senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman dan bukti baru. Pengalaman dan bukti baru ini sering kali bertentangan dengan konsep yang sudah dipegang sebelumnya.

Pemahaman suatu konsep ilmiah sering berlangsung secara bertahap. Kondisi ini memerlukan sikap luwes untuk membangun gagassan baru yang lebih saintik.

Dalam kegiatan IPA siswa sengaja dibiasakan dengan sikap untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang sudah dilakukan. Apakah prosedurnya perlu disempurnakan? Apakah perlu mengaplikasi konsep lain?

Bagaimana memperoleh hasil yang lebih teliti?. Dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, sikap ini diwujudkan melalui ‘komentar kritis terhadap diri’ karena itu, siswa perlu mengulangi percobaan pada bagian-bagian tertentu. Siswa juga perlu cara alternatif lainya sewaktu akan memecahkan suatu permasalahan.

Saintis selalu memepertanyakan setiap perilaku alam. Setelah itu, saintis berupaya menjawabnya melalui proses santifik. Selain itu ilmuan selalu melakukan beberapa kegiatan saintifik. Misalnya, mereka menjadi terbiasa mengamati, mengaplikasi pengetahuan, berhipotesis, merencankan penelitian,menyusun inferensi logis, atau mengkomunikasikan hasil temuan.

Ilmuan juga memiliki sikap ilmiah seperti jujur dalaam merekam data factual, tekuan dalam menyelesaikan tugas, terbuka pada kebenaran ilmiah dan selalu

commit to user

mendahulukan kebenaran yang diperoleh dengan cara model ilmiah, kritis dalam menghadapi segala prosesi/ pernyataan/pendapaat, dan kreatif sewaktu melakukan percobaan/penelitian.

Sejumlah ‘scientific attitude’ ini mungkin dapat dikembangkan dan ditingkatkan jika siswa diperlkukan dan dianggap sebagai seorang saintis muda di kelas. Untuk maksud ini, siswa memerlukan lebih banyak ‘doing science’ dari pada ‘listening to scientific knowledge’. Dengan kata lain peningkatan scientific attitude dapat berlangsung jika pelajaran IPA disajikan guru dengan mengurang peran ‘penghutbah’ dan meningkatkan peran ‘fasilitator’ melalui kegiatan praktis IPA (scientific activities) yang mendorong siswa ‘doing science’ seperti pengamatan, pengujian, dan penelitian

6. Kreativitas

Tujuan pendidikan pada umumnya menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuanya

Tujuan pendidikan pada umumnya menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuanya