• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

KAJIAN TEORI, KRANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Dan Teori-Teori Belajar

2) Teori belajar Piaget

Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi bila mengikuti tahap tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi atau penyimpangan. Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap yaitu: (1) Tahap sensorimotorik ( umur 0-2 tahun), ciri pokok berdasarkan tindakan dan langkah demi langkah; (2) Tahap praoprasi ( umur 2-7 tahun ); (3) Tahap oprasi konkrit ( umur 7-11 tahun ) ciri pokok perkembangan pemakaian aturan jelas/logis, reversible dan kekekalan; (4) Tahap oprasi formal ( umur 11 tahun keatas ) ciri pokok perkembangan hipotetis, abstrak, deduktif, logis, dan probabilitas. (Ratna Wilis, 1986: 347). Jadi dalam proses perkembangan berfikir siswa berasal dari hal-hal yang konkrit kemudian berangsur-angsur menuju ke hal-hal yang abstrak. Sebagai seorang guru dituntut untuk memahami hal-hal yang sulit dipahami oleh siswa yang diajar, misalnya sebuah benda jatuh kebawah bukan keatas, matahari tebenam di ufuk barat dan terbit di ufuk timur.

Konsep yang demikian ini yang masih sulit diterima oleh pemikiran siswa.

Titik perhatian yang dipelajari oleh Piaget yakni pada hakikat tentang bagaimana pengetahuan diperoleh dan bagaimana siswa dapat tahu tentang apa yang siswa ketahui. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan dan perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa jauh siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan. Artinya pengetahuan itu merupakan sebuah proses, karena itu untuk memahami sebuah pengetahuan siswa dituntut untuk mengenali dan menjelaskan berbagai cara bagaimana siswa berinteraksi dengan lingkunganya.

commit to user

Menurut pandangan Piaget, manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah menurut perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional, perkembangan kognitif (berfikir), dan perkembangan bahasa.

Menurut Piaget, struktur intlektual (skemata), terbentuk ketika siswa berinteraksi dengan lingkungan (Ratna Wilis, 1988: 80). Perkembangan kognitif siswa sebagian besar bergantung pada seberapa jauh siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi antara individu siswa dengan lingkungan merupakan sumber pengetahuan baru. Namun interaksi dengan lingkungan tidaklah cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegansi individu mampu memanfaatkan pengalaman dalam beinteraksi dengan lingkungan. Karena perkembangan intelektual siswa didasarkan pada dua fungsi yakni, organisasi dan adaptasi (Ratna Wilis, 1988: 80). Organisasi memberikan kemampuan untuk mensestimatika dan mengorganisir proses-proses fisik atau fisikologi menjadi sistim-sistim yang teratur dan saling berhubungan. Sedangkan fungsi yang kedua yakni adaptasi, namun semua org anisme lahir dengan kecendrungan untuk beradaptasi pada lingkungan dengan melaluai proses asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang siswa menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah dimiliki untuk menanggapi masalah yang dihadapi dengan lingkungannya, sedangkan pada proses akomodasi seseorang siswa memerlukan modifikasi struktur mental yang telah dimiliki dalam merespon terhadap tantangan lingkungannya.

Adaptasi merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi lingkungannya maka akan terjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

ketidakseimbangan maka akibatnya akan terjadi akomodasi serta menimbulkan perubahan yang baru. Pertumbuhan intlektual merupakan proses yang terus-menerus dari ketidakseimbangan dan keadaan setimbang. Jika terjadi keseimbangan kembali maka individu tersebut berada pada tingkat kognitif yang lebih tinggi dari tingkat kognitif sebelumnya.

Prinsip teori belajar Piaget dalam penerapan pengjaran diterapkan pada program-program yang menekankan : 1) Pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan memanifulasi alat dan bahan atau media belajar yang lain; 2) Peran guru sebagai seseorang yang mempersiapkan lingkungan yang memungknkan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang luas.

Perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi terpisah melainkan merupakan pengkonstruksian suatu krangka mental oleh siswa untuk memahami lingkungan mereka. Guru seharusnya menyediakan diri sebagai model dengan cara memecahkan masalah bersama siswa, menjelaskan proses pemecahan masalah, dan membicarakan hubungan antara tindakan dan hasil. Guru hadir di kelas sebagai narasumber dan bukan sebagai penguasa di kelass yang memaksakan jawaban benar, siswa harus bebas membangun atau menstruktur pemahamannya sendiri.

Piaget memandang perkembangan intlektual berdasarkan struktur kognitif dan setiap melewati tahapan secara hirarki namun perkembangan itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda, tergantung dari seberapa jauh anak dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Piaget (dalam Srini M.Iskandar 2001: 1)

commit to user

mengidentipikasi empat tahap perkembangan kognitif seorang anak yaitu : 1) Tahap sensorimotor (0-2 tahun), pada priode anak ini mengadaptasi dunia liuar melalui perbuatan, mula-mula belum mengenal bahasa atau cara lain untuk memberi label pada obyek atau perbuatan, diakhir tahap ini telah sampai pada tahap stuktur kognitif sementara untuk mengkoordinasikan perbuatan dalam hubungannya terhadap waktu, benda, ruang dan kausalitas. Anak mulai mengenal atau mempunyai bahasa untuk memberi label terhadap benda atau perbuatan; 2) tahap pra oprasional (2-6 tahun), pada priode anak ini, dimulai meningkatkan kosa kata, membuat penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual, mengelompokkan benda-benda berdasarkan sifat-sifat, mulai memilki pengetahuan mengenai benda-benda serta mulai memahami tingkah laku dan organisme didalam lingkungannya, mempunyai pandanagan egosentrik dan subyektif; 3) tahap oprasional kongkrit (6-11 tahun), pada priode anak ini mulai memandang dunia secara obyektif bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain serta reflektif dan memandang unsur-unsur kesatuan secara serempak, mulai berfikir secara oprasioanal dan menggunakan cara berfikir oprasioanal untuk mengaplikasikan benda-benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan mempergunakan hubungan sebab akibat; 4) Tahap oprasional Formal (11-14 tahun), pada priode anak ini, menggunakan pemikiran tingkat yang lebih tinggi yang terbentuk pada tahap sebelumnya, membuat hipotesis, melakuakan penelitian terkontrol, dapat menghubungkan bukti dan teori, membangun dan memahamai penjelsan yang rumit mencakup rangkaian deduktif dan logik, pada priode oprasional formal,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

anak-anak sudah berfikir sebagai orang dewasa, deangan kata lain ia sudah dapat berfikir tentang yang difikirkan dan ia juga dapat menyatakan operasi mentalnya dengan simbol-simbol. Usia siswa SMA tergolong pada tingkat perkembangan kognitif oprasional formal sehingga mampu melakukan pengontrolan terhadap suatu varibel, misalnya untuk pembelajaran fisika seperti pada materi Kinematika Gerak untuk mengetahui gerak suatu benda.

Pembelajaran pada materi Kinematika Gerak dapat dilakukan melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan manipulasi lansung alat bahan atau media belajar yang lain. Kemampuan siswa pada usia SMA tergolong berada pada tingkat perkembangan kognitif oprasional formal dan mulai dapat berfikir secara abstrak. Pengalaman-pengalaman nyata yang diperolehnya dapat dipahami dan dikembangkan dalam kelompoknya, baik pembelajaran menggunakan STAD maupun TAI. Siswa dengan sikap ilmiah dan kreativitasnya dapat memahami materi Kinematika Gerak melalui pembelajaran model STAD dan TAI.

Contohnya pada materi kinematika gerak satu dimensi siswa harus tahu tentang kelajuan untuk mendefinisikan tentang kecepatan, itu bisa dialami ketika siswa mengendarai sepedamotor.