• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pembelajaran

Dalam dokumen Media & Teknologi Pembelajaran (Halaman 127-131)

bab 5 beLaJaR meLaLuI bahan Cetak 103

C. Pengembangan Bahan Cetak

2. Modul Pembelajaran

Modul merupakan satuan kecil dari suatu pembelajaran yang dapat beroperasi sendiri. Artinya, pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan tanpa kehadiran pendidik secara langsung. Modul dapat juga diartikan sebagai program pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang minimal dari pendidik (guru, instruktur, pem-bimbing, dosen) meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pembelajaran, peralatan, media atau teknolo-gi, serta instrumen penilaian untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam belajar. Itulah sebabnya modul biasa disebut juga dengan paket pembelajaran mandiri.

Seperti halnya, buku teks, istilah modul disebut pula paket bela-jar, pelajaran mini (mini-courses). Tjipto Utomo dan Kees Ruijter da-lam Santyasa (2009) menyebut Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan sebagai kata lain dari modul pembelajaran. Disebut demikian karena modul dirancang untuk menjangkau individu peserta didik dengan berbagai karakteristiknya. Selain itu, modul juga diarahkan pada satuan perkuliahan atau pelajaran dengan durasi waktu untuk beberapa menit atau jam perkuliahan/perkuliahan.

Biasanya modul yang baik mengintegrasikan petunjuk manual belajar, multimedia, bahkan situs online yang dapat diakses oleh peser-ta didik baik pada saat pelaksanaan pembelajaran dalam ruang kelas maupun menjadi rujukan kerja pada saat melaksanakan tugas mandiri di rumah. Namun demikian, modul yang dikembangkan harus diarah-kan pada kebutuhan individu peserta didik. Jika peserta didik memiliki

akses online yang baik dan ditunjang oleh berbagai fasilitas yang tersedia, maka modul dapat menggunakan model blended dengan memadukan unsur-unsur online dengan bahan-bahan cetak. Sebaliknya jika fasilitas tidak tersedia, cukup dengan modul cetak saja yang dikembangkan.

Modul sebenarnya dapat berfungsi

untuk mengganti kehadiran guru, instruktur, atau dosen (pendidik) dalam ruang kelas selama dirancang dengan memperhatikan interaksi multi arah; interaksi pendidik dengan peserta didik, interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya, dan interaksi antara pendidik, pe-serta didik, dan sumber belajar.

Modul pembelajaran adalah paket belajar mandiri yang disusun secara sistematis untuk memfasilitasi pengalaman belajar peserta di-dik guna mencapai tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan modul yang baik, pembelajaran dapat menjangkau individu–individu/peserta didik termasuk berbagai karakteristik yang mereka miliki.

Peserta didik dapat menggunakan modul pembelajaran menurut kemampuan mereka termasuk dalam memanfaatkan waktu sesuai de-ngan kesiapan dan kesempatan.

Penggunaan modul dalam pembelajaran bukan tanpa alasan, bukan pula tanpa kontribusi positif terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran, melainkan dapat memengaruhi prestasi belajar peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan Khaerun, Samsudi, dan Murdani (2010) menunjukkan bahwa penggunaan modul pembelajaran interaktif terhadap hasil belajar lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan modul interaktif (konvensional), di mana pe-ningkatan hasil belajar dengan menggunakan modul interaktif sebesar 51,38% lebih tinggi daripada tanpa menggunakan modul sebesar 38.62%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan modul dalam pembelajaran dapat memberi dampak yang sangat signifikan pada prestasi belajar peserta didik.

Sebelum mengembangkan modul pembelajaran, seorang pengem-bang perlu mengetahui lebih dahulu beberapa karakteristik modul yang baik. Santyasa (2009: 9) menjabarkan enam kriteria utama modul pembelajaran yang baik, yakni sebagai berikut:

• Didahului oleh pernyataan sasaran belajar.

• Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat mengun-dang partisipasi peserta didik secara aktif.

• Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan.

• Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran. • Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa.

• Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.

Pertama, sasaran belajar yang dimaksud adalah tujuan pembela-jaran yang harus didesain secara tepat dalam setiap satuan pelapembela-jaran atau perkuliahan. Kesalahan dalam merancang tujuan pembelajaran berdampak pada tidak tercapainya prestasi belajar sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, rancangan tujuan pembelajaran harus betul-betul memperhatikan tiga domain; domain kognisi (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi atau mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencip-takan), domain afeksi (penerimaan, tanggapan, penilaian, organisasi, dan internalisasi), dan domain psikomotor (persepsi, kesiapan, respons terbimbing, respons biasa, respons kompleks, adaptasi, dan organisasi).

Kedua, pengetahuan yang dimaksud mencakup kemampuan intelek-tual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan psiko-motor (Yaumi, 2013). Ketiga, penilaian berdasarkan penguasaan mak-sudnya mengukur penguasaan individu peserta didik dengan memantau kemajuan, memberikan umpan balik, mengikuti prosedur perbaikan dan mengarahkan pembelajaran untuk meminimalisasi ke senjangan pencapaian hasil belajar (Bloom, 1971; Zimmerman & Dibenedetto, 2008). Keempat, harus memuat bahan dan tugas pembelajaran. Bahan pem-belajaran terdiri atas bahan cetak dan bahan bukan cetak atau kombinasi dari keduanya. Adapun tugas pembelajaran harus dianalisis untuk dapat menentukan pengetahuan dan keterampilan prasyarat dan pengetahuan yang akan dipelajari oleh peserta didik dengan melihat berbagai karak-teristik yang melingkupinya. Kelima, modul yang dikembangkan harus memberi peluang pada perbedaan individu, arti nya karakteristik peserta didik harus menjadi fokus perhatian dalam merancang tujuan, menye-leksi bahan, dan menggunakan metode serta media dan sumber belajar. Karakteristik yang dimaksud mencakup karakteristik umum, kompetensi atau kemampuan, gaya belajar, dan kecerdasan jamak peserta didik.

Keenam, mengarah pada tujuan belajar tuntas yang menjangkau seluruh peserta didik dengan penguasaan semua satuan (unit) pelajar-an dengpelajar-an mengidentifikasi apa ypelajar-ang telah dipelajari dengpelajar-an baik oleh peserta didik (diagnosis) dan apa yang harus dipelajari kembali dengan lebih baik lagi (preskriptif). Bagi peserta didik yang telah belajar de ngan baik dan terbukti hasilnya baik dapat melanjutkan dengan pengalam-an belajar baru dengpengalam-an berbagai aktivitas pembelajarpengalam-an ypengalam-ang dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Namun bagi mereka yang harus dipersyaratkan untuk belajar kembali dengan lebih baik lagi melalui aktivitas belajar yang korektif, dengan bimbingan dan arahan untuk mendapatkan pengayaan yang secara kualitatif lebih baik dari aktivitas sebelumnya.

Setelah memahami lebih mendalam tentang karakteristik modul yang baik, pengembang diharapkan dapat mengembangkan modul dengan mengikuti langkah, tahapan, atau prosedur pengembangan. Hasyim (1999: 343) menyarankan tujuh prosedur pengembangan modul pembelajaran, yakni:

• Membuat rasionalisasi • Merancang tujuan umum • Menulis tujuan khusus (sasaran) • Menyusun tes prasyarat

• Menyusun bahan multimedia • Mendesain kegiatan pembelajaran • Menyusun tes mandiri

• Menyediakan tes akhir

Pertama, membuat rasionalisasi maksudnya, seorang pengembang harus mengkaji dan menganalis siapa yang akan menggunakan modul yang dikembangkan, menghubungkan kebutuhan pengguna dengan konten yang dimasukkan dalam modul, dan berbagai alasan rasional mengapa perlu menggunakan modul pembelajaran. Kedua, merancang tujuan umum untuk setiap pokok bahasan dengan memperhatikan apa yang mampu dikuasai dan dilakukan oleh peserta didik setelah selesai atau pada akhir pembelajaran. Biasanya setiap satu modul memuat minimal satu tujuan instruksional umum.

Ketiga, tujuan khusus berisi pengetahuan dan keterampilan khusus yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti dan menyele-saikan tugas-tugas yang disajikan dalam modul. Tujuan khusus diuraikan dari tujuan umum yang ditulis secara jelas dan akurat yang disusun ber-dasarkan domain atau hierarki belajar atau Driscoll (2000: 350) memberi istilah taksonomi hasil belajar Gagne, seperti: (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual yang mencakup diskriminasi, konsep konkret, konsep yang didefinisikan, aturan, dan aturan tingkat tinggi (aturan kompleks), (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (keterampilan motor).

Keempat, menyusun tes prasyarat maksudnya adalah membuat soal-soal untuk mengetahui kemampuan peserta didik sebelum me-mulai pembelajaran. Artinya, tes ini dimaksudkan untuk menentukan kemungkinan peserta didik dapat mencapai pengetahuan yang

diper-syaratkan untuk dapat memulai suatu pembelajaran. Misalnya, peserta didik diberikan tes tentang teknik dasar pengoperasian komputer se-bagai prasyarat untuk dapat belajar program Power Point.

Kelima, menyusun bahan pembelajaran baik berupa bahan cetak, visual atau segala bentuk multimedia yang dapat dijadikan sebagai sum-ber belajar. Keenam, mendesain kegiatan pembelajaran yang disusun berdasarkan karakteristik peserta didik, termasuk metode dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Ketujuh, menyusun tes mandiri termasuk tes praktis atau tes-tes latihan yang bertujuan untuk mengetahui partisipasi peserta didik selama pelaksanaan pembelajaran dan tes untuk mengukur penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampi-lan yang dimiliki peserta didik. Kedelapan, menyediakan tes akhir setelah peserta didik mengikuti pembelajaran. Biasanya tes akhir paralel dengan tes awal yang bertujuan untuk melihat ketercapaian tujuan dan sejauh-mana peningkatan yang diperoleh jika dibandingkan dengan tes awal.

Dalam dokumen Media & Teknologi Pembelajaran (Halaman 127-131)