• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN DALAM NOVEL KOTA MEDAN PENU DENGEN IMPIAN

4.2 Motivasi Tokoh Menjadi Nyai

4.2.2 Motivasi Nyai Ros Mina

Ros Mina gadis belasan tahun berasal dari Gang Abu, Betawi. Ayahnya seorang kuli dan ibunya mantan pelacur yang sudah lama meninggal. Ros Mina terpaksa menjadi buruh menjahit demi membantu perekonomian keluarga. Kemiskinan Ros Mina membuat ia tidak mampu mengenyam pendidikan formal. Ayahnya seorang penjahit, penghasilannya hanya cukup untuk makan. Di sisi lain, pendapatan Ros Mina sebagai penjahit seringkali habis hanya untuk memenuhi kegemarannya bersolek.

Lingkungan keluarga yang serba kekurangan membuat Ros Mina menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekayaan. Hal itu menyebabkan ia rela menjadi nyai dari seorang Cina totok. Kerelaan Ros Mina dipelihara oleh baba hartawan tentu saja bukan karena cinta, melainkan persoalan materi. Tanpa pikir panjang ia bersedia menjadi istri muda alias nyai baba hartawan tersebut. Ia berpikir akan memperoleh kekayaan dari lelaki Cina yang kaya raya dan semua akan bertahan lama. Namun, pada kenyataannya belum genap dua bulan dipelihara, ia diusir karena sang baba sudah merasa bosan. Nyai bagi penguasa hanya dianggap sebagai hiburan sementara sehingga bisa ditinggalkan setiap saat. Hukum keluarga Cina tidak mengenal catatan sipil sehingga perkawinan dengan nyai hanya berlandaskan hukum yang kabur (Ham, 1983: 44-45). Oleh karena itu, seorang nyai harus menerima segala perlakuan status dari tuannya.

Ros Mina pun tidak berani pulang ke rumah orang tuanya karena telah diusir. Orang tua Ros Mina terhitung keluarga miskin, akan tetapi tidak mempunyai niatan untuk menjual anak gadisnya demi uang. Ayah Ros Mina justru memperlihatkan ketegasannya, meskipun miskin ia tidak rela anaknya menjadi nyai. Untuk bertahan hidup Ros Mina rela dilacurkan oleh tukang cuci yang menolongnya. Ia merasa sudah kepalang basah dan hanya mampu mengaktualisasikan diri melalui cara melacurkan diri. Di tangan tukang cuci, Ros Mina rela berpindah tangan dari satu baba ke baba yang lain. Kemudian Ros Mina melacurkan diri ke Hotel Tiongkok. Ia merasa bahwa dengan cara tersebut ia akan mendapat teman para baba lebih banyak. Selain itu, dengan

sendirinya ia akan menjadi terkenal di kalangan pelanggan hotel. Meskipun demikian, Ros Mina menyadari bahwa cara ini tidak akan menyelesaikan persoalannya dalam mencukupi kebutuhan hidup. Ia tetap saja kekurangan uang karena penghasilannya hanya cukup untuk membayar sewa hotel dan tidak cukup untuk makan. Di saat masa sulit itu, ia bertemu Kasmin yang kemudian mengajaknya menikah dan pindah ke Tanah Deli. Kasmin menceritakan bahwa di Tanah Deli mereka akan cepat memperoleh kekayaan karena segala sesuatu yang dikerjakan di Tanah Deli pasti akan membawa hasil bagus, baik berkebun maupun berniaga. Keuntungan yang besar akan membuat mereka menjadi kaya.

Rayuan Kasmin dalam realitasnya sesuai dengan politik yang dilancarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pulau Jawa pada saat itu memang dilanda kemiskinan dan kemelaratan. Tanah Deli dipromosikan pemerintah Hindia Belanda sebagai daerah perant auan yang menjanjikan. Di Tanah Deli banyak “dijajakan” perempuan cantik, perjudian dilegalkan, dan mudah mendapatkan uang (Suyono, 2005: 103). Kutipan berikut menunjukkan bahwa isu kesenangan dan keberhasilan yang menjanjikan tergambar di kota Medan sehingga tepatlah bila Medan dijadikan tempat merantau.

(17) “Lima belas taon yang telah berselang, bole di bilang Betawi ada banyak sekali orang-orang omongken hal kota Medan, kerna ada terdenger kabar orang-orang yang suda pergi ka sana, kebanyakan dari marika itu mendapat pengidupan senang, serta di antara itu orang-orang. Ada juga yang dengen toko kecil, telah bruntung menjadi hartawan”. (Kuo, 2003: 328)

Namun dalam kenyataannya, semua itu hanyalah taktik kolonial belaka, sebab para perantau hanya dijadikan budak atau kuli perkebunan. Kehidupan mereka lebih sengsara karena tidak sedikit yang terjebak perjudian. Ros Mina yang tidak tahu tentang negeri orang, akhirnya termakan janji-janji manis Kasmin, ia pun pergi ke Tanah Deli. Mimpi- mimpi Ros Mina menjadi nyai hartawan dan terhormat lenyap karena Kasmin melacurkannya. Ros Mina yang sudah tidak tahan dengan perlakuan suaminya akhirnya pergi dan melacurkan diri di Hotel Japan. Ia bertemu dengan Tuan Kebon yang ingin memeliharanya, Ros Mina bersedia karena ia sudah merasa bosan berganti-ganti lelaki. Desakan situasi orang-orang sekelilingnya membuat Ros Mina terdorong atau termotivasi menjadi nyai. Selain faktor lingkungan yang memotivasinya menjadi nyai, faktor tujuan juga menjadi alasan mendasar.

Faktor tujuan, jelas menjadi motivasi dominan Ros Mina rela menjadi gadis lacur dan nyai. Tujuan utama Ros Mina adalah untuk memperoleh kekayaan. Ia mengatur siasat dalam mengeruk harta babanya. Dulu ketika pertama kali menjadi nyai, ia tidak terpikir mengeruk harta babanya sehingga ketika diusir ia tidak memiliki apapun dan terpaksa melacurkan diri. Motivasi lain yang muncul dari individu Ros Mina yakni nafsu untuk mempercantik diri dan keinginan memiliki barang-barang mahal.

(18) “Tuan, saia pikiran mau bli gelang mas sama peniti dari mas, apa Tuan suka kasi uwangnya?’ tanya Ros Mina pada Tuannya (Kuo, 2003: 313).

Kegemarannya plesiran juga menjadi faktor pendorong Ros Mina menjadi seorang nyai, meskipun sebenarnya ia menyesali kegemarannya itu. Hal itu dikarenakan, penghasilannya selalu habis untuk plesiran. Plesiran

jugalah yang membuat Ros Mina tunduk pada kemauan Kasmin.

(19) “Kaka mau kasi tau padamu, kapan hari gajian kau misti minta permissie melancong, buat bli barang-barang mas, seperti glang, peneti, tusuk konde, tetapi dari sekarang kau misti mulai bicara-bicara itu hal, suapa ia suka kasi separo dari gajinya buat bli barang periasan kasi kau pake.” Ini perkatahan suda diucapken oleh itu jahanam cuma dengen maksud girangken hatinya itu prampuan (Kuo, 2003: 291).

Rayuan Kasmin tersebut mengandung maksud supaya Ros Mina mau melayani haknya sebagai suami istri. Ros Mina yang senang melancong dan gila perhiasan emas menuruti saja kemauan Kasmin. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan apa yang ia inginkan (kekayaan), Ros Mina lebih memilih cara praktis.

Motivasi lain dari Ros Mina adalah tujuannya menjadi nyai terkaya di Tanah Deli. Ia rela berganti nama demi mendapat image positif dari para baba. Ros Mina terjun ke hotel- hotel dengan tujuan agar ia semakin terkenal di kalangan para pelanggan hotel yang sebagian besar adalah lelaki Cina totok. Ros Mina melakukan tipu daya dengan para lelaki dengan berlaku selayaknya perempuan yang tidak kenal lelaki dan berlagak suci. Hal itu dilakukan agar ia dianggap terhormat oleh lelaki- lelaki yang menginginkannya. Sikap Ros Mina tampak dalam kutipan berikut ini.

(20) “Ach, saia takut Ba, sebab saia blon perna jalanin pakerjahan begini!” kata Ros Mina, yang mau bikin lebi berharga dirinya, kutika lagi

masuk ka dalem kamar, maskipun itu pekerjahan keji, ia suda lakuken, lebi ratusan kali (Kuo, 2003: 319)

Dengan cara tersebut, Ros Mina menjadi nyai yang disayang dan dengan sendirinya sang tuan rela memberikan apa saja untuknya. Selain berganti nama, ia juga menipu Tuan Kebon yang setia memeliharanya. Sebagai perempuan “berpengalaman” karena proses sosialisasi yang dilakukan, Ros Mina memiliki kendak atau lelaki simpanan. Hal ini dilakukan Ros Mina untuk mencari keuntungan berganda sehingga ia memperoleh kekayaan yang lebih banyak.

Menurut Ham, golongan terdidik merupakan perkembangan baru dalam sejarah Indonesia. Gaya hidup mereka sering mengikuti gaya hidup Barat, misalnya cara berpakaian dan ketergantuangan pada uang (1983: 16). Namun, dalam kisah ini tercermin sosok Ros Mina yang bukan golongan terdidik tetapi memiliki ambisi dalam pemenuhan materi dan ketergantuangannya pada uang. Hal ini membuktikan bahwa kecenderungan untuk berkiblat Barat dapat dialami oleh siapa saja, bukan hanya dari golongan terdidik.

Ros Mina yang tidak berpendidikan, ia tidak mampu mempertimbangkan segala persoalan yang dihadapi. Jika ada jalan untuk memperoleh kesenangan dan kekayaan secara cepat, ia akan menempuh jalan tersebut. Ia tidak mempedulikan harus menjadi nyai dari satu baba ke baba yang lain demi materi. Ia seolah merasa tidak perlu menjaga martabatnya sebagai perempuan, baginya yang lebih penting adalah menjaga nama baiknya

di mata para baba agar dianggap terhormat dan dipelihara dengan bergelimang harta. Motivasi dari dirinya sendiri inilah yang melatarbelakangi segala aktualitasnya sebagi nyai. Kesenangan terhadap harta kekayaan membuatnya untuk menghalalkan segala cara demi kekayaan. Dari motivasi seperti itu idealisme Ros Mina terealisasikan.

Idealisme Ros Mina yang berorientasi pada harta kekayaan jelas mempengaruhi proses sosialisasi yang ia lakukan. Untuk meraih cita-cita itu, ia rela melakukan apa saja. Pada mula, Ros Mina melacur karena loyalitas terhadap suaminya yang sudah memperdayanya. Akan tetapi, lama kelamaan tampak bahwa ia hanya loyal terhadap harta kekayaan semata, apa yang ia lakukan selalu berdasar pada materi.

(21) Bahwa itu lelaki ada anaknya saorang hartawan, maka ia lalu berkata:”Mana duit bagi saya dong Ba!” (Kuo, 2003: 303)

(22) “Ros Mina, yang memang bekas bunga raya, suda tentu tida merasa kebratan buat lulusken permintahannya itu Hooftandil. Maski betul rupanya itu lelaki ada buruk, aken tetapi ia punya uwang ada puti, begitulah kebanyakan bunga raya ada ambil itu anggepan “.(Kuo, 2003: 306)

(23) “Kalo betul Tauwkeh cinta saia minta dong tanda matanya!” (Kuo, 2003: 307)

Semula Ros Mina tidak menikmati perannya sebagai nyai karena tekanan suaminya. Namun pada akhirnya, peran nyai menjadi jalan Ros Mina menuju cita-citanya. Sebagai seorang nyai, Ros Mina berusaha mencari kemapanan. Dalam proses sosialisasinya, Ros Mina mampu membuktikan “kelarisannya” sebagai nyai. Para baba pun rela melakukan apa saja untuk

mendapatkannya. Misalnya saja, Tjoe Keng, ia rela pergi ke dukun dan masuk dalam perangkap Kasmin demi Ros Mina. Tokoh lainmya, Tuan Besar yang sudah memiliki dua orang nyai juga menginginkan Ros Mina karena kecantikannya. Ia bahkan tidak peduli ketika salah satu nyainya gantung diri dan meninggal. Dua hal terakhir ini membuktikan bahwa keberadaan Ros Mina mendapat pengakuan dan perhatian dari lingkungannya.

Teman-temannya sesama pelacur pun merasa iri atas keberhasilan Ros. Perlu diingat, meskipun Kasmin berperan dalam aktualisasi Ros Mina, tetapi motivasi terbesar dan dominan tampak dalam diri Ros Mina. Hal ini ditunjukkan pada keberaniannya terjun ke beberapa hotel. Tujuannya adalah untuk mencari kepopuleran sehingga ia mendapat pelanggan lebih banyak. Ketika Kamin, Tuan Kebon, dan Tuan Besar mati, Ros Mina secara langsung menguasai harta mereka. Ia pun mendapat julukan sebagai nyai terkaya di Tanah Deli. Pemberian julukan ini menunjukkan adanya pengakuan dari masyarakat terhadap keberadaan Ros Mina sebagai nyai yang sukses (dalam hal materi).