• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM NOVEL KOTA MEDAN PENU DENGEN IMPIAN

3.2 Tokoh dan Penokohan Nyai Ros Mina

Secara analitik, pengarang menggambarkan Ros Mina sebagai perempuan muda berparas cantik berusia kira-kira lima belas tahun. Bentuk wajahnya seperti daun sirih berlapis kulit putih bersih. Bola matanya jeli dengan dua alis yang kereng. Satu sujen yang manis akan tampak bila ia

tersenyum. Perawakannya kecil tetapi kencang serasi dengan pinggang yang langsing. Baju renda Surabaya dan kain batik panjang menutupi tubuhnya yang elok. Kondenya yang licin terbungkus selendang dadu. Meskipun tubuhnya tidak berhias dengan emas intan, ia tetap tampak cantik hingga menggiurkan mata lelaki. Keelokan wajah dan tubuh Ros Mina membuat lelaki- lelaki hidung putih tertarik, namun Ros Mina tidak pernah peduli. Kecantikan Ros Mina digambarkan pengarang begitu sempurna dan tanpa cacat.

Ros Mina anak semata wayang. Sampai dengan usia empat belas tahun, Ros Mina tinggal bersama ayahnya di Gang Abu, Pecenongan, Betawi. Ibunya yang mantan pelacur sudah lama meninggal. Ayahnya bekerja sebagai jongos di toko Singer di Noordwijk. Bapak Ros Mina hanya bergaji f 15 per bulan maka tidak heran bila keluarga itu hidup melarat. Sejak umur empat belas tahun, Ros Mina terpaksa bekerja sebagai tukang jahit di salah satu toko di Noordwijk, untuk membantu ekonomi keluarganya. Keadaan ini menunjukkan bahwa Ros Mina termasuk keluarga golongan rendah.

Dalam urusan materi, Ros Mina terbilang sebagai pemboros. Gajinya seringkali habis hanya untuk membeli baju dan kain. Ia sangat senang berdandan dengan barang-barang baru. Ia selalu memoles wajahnya dengan bedak Tiongkok. Kondenya senantiasa licin bergaya seperti gadis- gadis Tiongkok. Ia seringkali membuat pakaian dengan potongan yang pas dengan badannya hingga dadanya yang montok kelihatan timbul serta senantiasa memamerkan pinggangnya yang langsing. Penampilannya seringkali merangsang nafsu lelaki. Ros Mina sangat senang bila diperhatikan kaum

lelaki tetapi tidak peduli bila ada yang menggodanya. Sebagai perempuan Ros Mina cukup genit dan senang mendapat atau mencari perhatian lawan jenisnya. Kesukaannya memoles diri memperlihatkan sikapnya yang tidak menyadari keadaan yang sesungguhnya yaitu kemiskinan keluarganya. Kegemarannya bersolek membuat Ros Mina tidak lagi mempedulikan kondisi ekonomi keluarganya.

Ros Mina sangat materialistis, misalnya ketika bertemu dengan lelaki Cina totok yang mengendarai mobil Fiat dia langsung tertarik. Ros Mina tertarik dengan materi lelaki itu sedangkan sang lelaki tertarik dengan keelokan Ros Mina. Sifat materialistisnya membuatnya lupa diri. Tanpa pikir panjang ia rela dipelihara menjadi istri muda lelaki totok itu (Baba hartawan). Ia melakukan semua itu tanpa sepengetahuan ayahnya. Sikap Ros Mina menunjukkan bahwa dalam dirinya tidak ada rasa hormat dan patuh pada orangtua. Dia sangat mementingkan diri sendiri, semua demi kesenangannya semata. Tanpa kompromi ia mengambil keputusan dan tanpa mempertimbangkan perasaan ayahnya. Ros Mina sama sekali tidak mengenyam bangku pendidikan karena keluarganya yang miskin. Dengan keluguannya, tentu saja ia mudah terbujuk apalagi bila menyangkut dengan segala kesenangan yang ia impikan.

Ketika ayah Ros Mina mengetahui anak gadisnya menjadi nyai seorang baba hartawan, Ros Mina diusir dan ayahnya tidak ingin mengenalnya lagi. Ayah Ros Mina penganut agama Islam yang setia. Perbuatan Ros Mina menjadi istri muda baba hartawan telah membuatnya malu karena tidak sesuai

dengan ajaran agama Islam. Penolakan ayah Ros Mina dikarenakan anaknya itu tidak menikah secara Islam, terlebih karena lelaki yang menjadi pilihan Ros Mina tidak sebangsa dengannya.

Ros Mina tampak kebingungan mencari jalan lain ketika keputusannya mengalami hambatan. Hal ini merupakan dampak dari sikap praktis yang dilakukannya. Ros Mina tidak memikirkan segala resiko yang harus ditanggung dari tindakannya. Keputusan yang dipilihnya hanya bermuatan emosi sesaat. Misalnya ketika mendekati Lebaran, dengan tidak diberi tenggang waktu, Ros Mina diusir karena baba hartawan sudah bosan dengannya. Ros Mina harus pergi karena sudah ada calon penghuni baru (nyai lain). Ros Mina baru menyadari bahwa nasib istri muda sangatlah celaka. Rasa sesal Ros Mina bukan karena keputusannya menjadi istri muda, namun karena dirinya tidak sempat mengeruk kekayaan baba hartawan. Niatan mencari keuntungan seakan menjadi pertimbangan Ros Mina dalam segala keputusan yang diambil. Akibat-akibat yang tidak diduga dari keputusan yang bersifat emosi membuatnya bingung untuk menentukan langkah selanjutnya. Ros Mina tidak mampu mempertimbangkan keputusannya.

Setelah diusir, Ros Mina kebingungan mencari tempat menumpang. Ia terpikir untuk pulang dan minta ampun pada ayahnya. Akan tetapi, ia sadar, ayahnya berwatak keras dan mustahil akan mengampuninya. Dalam hal ini Ros Mina terpikir akan resiko yang akan terjadi dan ia tidak mengambil langkah tersebut. Ros Mina mampu mempertimbangkan langkahnya, namun sikapnya ini menunjukkan sebuah keraguan dalam dirinya. Sikap ini juga wujud

kepraktisannya dalam berpikir. Keputusannya untuk tidak kembali pada ayahnya merupakan sikap keberanian dalam mengambil langkah kehidupan, meskipun tanpa bekal ia berani melangkah sendiri.

Seorang tukang cuci memberi Ros Mina tumpangan. Keberuntungan ini sekaligus merupakan kesialan bagi Ros Mina. Oleh tukang cuci tersebut, Ros Mina dijadikan ladang uang. Ros Mina disuguhkan pada para baba, lelaki hidung belang yang kaya. Ros Mina pun harus rela berpindah dari satu baba ke baba ke yang lain. Ros Mina memang pendek akal. Ia merasa sudah kepalang tanggung. Akhirnya ia memutuskan untuk melacurkan diri dan tinggal di hotel Tiongkok. Hasil dari hotel sudah tentu berlipat ganda, namun semua itu dirasa belum cukup juga. Tidak ada uang yang tersisih. Hal ini dikarenakan biaya hidupnya bertambah besar, terlebih sebagian dari penghasilan haram tersebut dihabiskannya untuk plesiran naik delman. Ros Mina tidak mampu menata hidupnya. Ia merasa kepalang basah dan tidak mampu mawas diri. Ros Mina terus kekurangan uang, meski hanya untuk sewa hotel dan makan ia masih kesusahan.

Sikap boros Ros Mina membuatnya tidak lepas dari kemiskinan. Ia tidak mampu mengendalikan diri. Segala tindakannya dilakukan tanpa pikir panjang. Segala bentuk keputusan senantiasa menyusahkan dirinya send iri hingga akhirnya ia jatuh pada hal yang sama. Melacurkan diri di hotel Tiongkok tidak membuatnya merasa lebih baik. Ia bosan karena semua itu tidak membawa perubahan dalam hidupnya. Ia pun memutuskan untuk ikut orang saja yakni menjadi nyai.

Segala keputusan Ros Mina dibuat dengan cepat. Apa yang ada di depan mata selalu langsung diambilnya. Begitu juga ketika bertemu Kasmin yang berhasil meyakinkan Ros Mina. Kegilaannya pada kekayaan dan wawasannya yang tidak luas, menjadi faktor mengapa Ros Mina denga n mudah percaya pada Kasmin. Ros Mina tidak mampu mengontrol emosinya. Kepolosan Ros Mina membuatnya kembali terjerumus. Ia sangat mudah percaya dengan orang dan karenanya ia mudah dibodohi. Setelah menikah dengan Kasmin di depan penghulu, Ros Mina dibawa ke Medan. Semua harapan Ros Mina sirna, ternyata Kasmin melacurkan dirinya. Kasmin seorang pengeret dan pemadat. Oleh karena tidak tahan dengan kelakuan suaminya, Ros Mina meninggalkan Kasmin tanpa membawa surat nikah. Ros Mina menyadari penindasan Kasmin terhadap dirinya. Tindakan ini merupakan wujud kesadaran dan keberanian Ros Mina.

Tidak ada pilihan lain, ia kemudian melacurkan diri lagi. Setelah berpisah dengan Kasmin, Ros Mina mendapatkan Tuan Kebon yang hendak memeliharanya. Namun, sebelum mimpinya menjadi nyai hartawan dan terhormat terwujud, ia bertemu kembali dengan Kasmin di kereta. Ketika itu Ros Mina sedang melakukan perjalanan dengan Tuan Kebon. Ros Mina tidak duduk satu gerbong dengan tuannya karena perbedaan status antara mereka. Ros Mina ha nya seorang nyai pribumi berkelas rendah sehingga tidak layak naik gerbong kelas satu seperti tuannya yang pejabat. Pada saat itu diberlakukan pembagian golongan kelas rasial yang dibuat oleh pemerintah kolonial.

Ros Mina merasa tidak berdaya menyingkirkan Kasmin dari kehidupannya. Ia menyadari bahwa perjalanan hidupnya yang sedemikian rupa pasti tidak akan terjadi bila ia tidak gemar plesiran. Ros Mina merasa hidupnya tidak akan sehina bila memiliki pasangan yang didasari perasaan saling cinta. Ros Mina menyesali dirinya. Ia berpikir lebih bahagia hidup miskin dan mendapat upah cukup dari menjahit. Akhirnya, dengan terpaksa, ia kembali masuk ke dalam permainan Kasmin. Ia takut pada Kasmin karena surat nikah mereka masih di tangan suaminya dan hal itu bisa membuatnya masuk penjara.

Ros Mina menuruti segala apa kata suaminya itu. Pada Tuan Kebon, Kasmin mengaku sebagai paman Ros Mina. Dengan begitu Kasmin bisa terus tinggal dan mengawasi sekaligus memperdaya Ros Mina sambil mengeruk kekayaan Tuan Kebon. Sikap patuh Ros Mina pada Kasmin awalnya dilandasi rasa takut, namun Ros Mina akhirnya menikmati segala tipu daya suaminya. Ros Mina terbuai dengan harapan-harapan yang dilukiskan Kasmin. Demi menutupi kedoknya, Kasmin memberi uang pada Ros Mina. Bagi Ros Mina, suaminya menunjukkan sikap baik karena mau berbagi uang dengannya. Ros Mina tidak menyadari bahwa itu hanyalah politik Kasmin terhadapnya. Sikap Kasmin ini membuat Ros Mina kembali suka pada suaminya itu. Ros Mina juga rela bercinta lagi dengan Kasmin. Mereka sepakat untuk mengeruk kekayaan Tuan Kebon. Perilaku ini menunjukkan bahwa dengan sifat materialistisnya, Ros Mina mampu menikmati penindasan.

Kasmin ingin mengambil keuntungan lebih dari Ros Mina. Ia tidak cukup mengeruk kekayaan dari Tuan kebon. Ro s Mina pun ditawarkan pada

seorang Hoofdtandil, seorang totok yang sudah memiliki dua orang nyai Singapura. Tidak cukup itu, anak tuan Hoofdtandil dari perkawinan resminya di Tiongkok yang bernama Tjoe Keng, juga dijanjikan kemolekan Ros Mina. Kecerdikan dan kelicikan Kasmin mampu memperdaya lelaki- lelaki berkantung emas tersebut. Semula hal ini tanpa persetujuan Ros Mina sehingga menunjukkan adanya pemanfaatan Ros Mina sebagai objek seksual dan ekonomi. Pemanfaatan itu secara tidak langsung disadari Ros Mina, namun juga tidak dipedulikannya. Apabila dijanjikan plesiran dan perhiasan oleh Kasmin, Ros Mina rela melakukan apa saja. Melalui tokoh Kasmin, pengarang menampilkan sosok Ros Mina yang mudah terbuai dengan janji manis dan harta.

Ros Mina termasuk orang yang tidak pernah puas. Baru beberapa hari dipelihara Tuan Kebon, ia mau saja melayani Hoofdtandil sekaligus anaknya, Tjoe Keng. Semua itu demi keuntungan yang lebih banyak. Ketika bertemu dengan Tjeo Keng, yang sengaja dibawa Kasmin ke rumah Tuan Kebon, Ros Mina pun pandai berlagak. Hal tersebut dilakukannya supaya Tjoe Keng lebih tertarik dan rela memberikan apa saja untuknya. Begitu juga ketika Hoofdtandil datang, Ros Mina dengan mudah menaklukkan Tuan Besar ini. Ros Mina bersikap malu- malu dan merend ah di hadapan Tuan Besar.

(10) “Ach, mana iya, Tauwkeh blon tau liat prampuan yang lebi cantik dari saia,” jawab Ros Mina dengen senyum manis. (Kuo, 2003: 308)

(11) “Ach barangkali, Tauwkeh cuma cinta di mulut saja, tetapi di hati tida, apa bukan begitu?”

“Kalu betul Tauwkeh cinta saia minta dong tanda matanya!” “Tanda mata apa nyai mau, saia sekarang tida bawa barang apa-apa, nanti saja besok saia bliin barang-barang periasan buat Nyai!”

“Kalu Tauwkeh tida bawa barang uwang pun tentu tida ada halangan, kalu Tauwkeh sudi kasi saia sebagai tanda cinta!” (Kuo, 2003: 308)

Sebagai perempuan lacur, demikian pengarang menyebutnya, uang atau harta merupakan tujuan utama Ros Mina dalam bertindak. Kemanisan dan kepandaian Ros Mina merayu membuat Tuan Besar rela memberikan apa saja seperti dalam kutipan di atas. Ros Mina pandai berbicara manis hingga Tuan Besar semakin ingin memilikinya secepatnya. Hal ini membuat sang tuan rela mengeluarkan uang yang besar demi mendapatkan Ros Mina. Wajah Tuan besar yang tidak tampan dan tua tidak dipedulikan Ros Mina, karena harta yang dimiliki lebih banyak dibandingkan dengan Tuan Kebon apalagi Tjoe Keng.

Tjoe Keng tidak kaya tetapi termasuk target Kasmin supaya terjerat pada Ros Mina. Tjoe Keng anak Tuan Besar dan berselingkuh dengan salah satu nyai ayahnya. Kasmin mengetahui hal tersebut dan merasa bisa memanfaatkannya untuk mengeruk kekayaan Tuan Besar lebih banyak. Tjoe Keng yang bodoh dengan mudah masuk perangkap. Awalnya, ia meminta uang dari nyai kedua ayahnya sedikit demi sedikit. Nyai Singapura yang sudah tidak dipedulikan Tuan Besar itu mau saja memberikan sejumlah uang karena sudah jatuh hati pada Tjoe Keng. Uang itupun akhirnya jatuh ke tangan Kasmin. Kasmin telah berjanji akan membawa Tjoe Keng ke seorang dukun di Siantar untuk memperdaya nyai pertama ayahnya yang memegang kunci brangkas

Tuan Besar. Kasmin sengaja memberitahu Tjoe Keng bahwa ayahnya juga menginginkan Ros Mina. Tentu saja Ros Mina akan memilih Tuan Besar. Tua bangka itu lebih banyak akal, lebih pandai bicara sehingga bisa memikat hati perempuan, dan yang pasti lebih banyak uang dibandingkan anaknya. Tjoe Keng semakin panas dan itulah yang diharapkan Kasmin. Tjoe Keng harus bersaing dengan ayahnya untuk mendapatkan Ros Mina. Oleh karenanya, ia harus memiliki lebih banyak uang daripada ayahnya supaya bisa mendapatkan Ros Mina. Namun, semua itu jelas hanya akal bulus Kasmin. Tokoh Kasmin memanfaatkan Ros Mina untuk memperdaya para lelaki hidung belang. Peristiwa ini, melalui pandangan tokoh lain, semakin menegaskan sifat materialistis tokoh Ros Mina.

Ros Mina meminta izin Tuan Kebon untuk pergi plesiran ke Siantar dan meminta uang sebesar f 300 untuk membeli perhiasan. Atas rayuan dan rengekan Ros Mina, Tuan Kebon memberi apa yang diminta nyainya itu. Ros Mina yang sudah berpengalaman di dunia hiburan lelaki tidak kesulitan untuk meluluhkan Tuan Kebon. Ros Mina semakin pintar bicara dan semakin licik.

(12) “Tuan, saia pikiran mau bli gelang mas sama peniti dari mas, apa Tuan suka kasi uangnya?” tanya Ros Mina pada tuannya.

“Brapa banyak Mina mau pake buat bli barang-barang?” “Kira-kira tiga ratus rupia, Tuan!”

“Begitu banyak Ros lantes mau bli pakean?”

“Ya, Tuan, kapan Ros tida pake barang sepotong yang berharga, toch Tuan juga yang jadi malu, kalu orang liat Tuan punya nyai ada terlalu miskin. Kalu saya pake banyak barang berharga, Tuan jadi dapet muka trang pada orang banyak, lagi itu barang-barang yang Tuan bli- in saia sama juga seperti Tuan punya barang kapan kita keputusan uwang, bole kasi kombali pada tukang mas, lantes kita bisa dapet kombali uwangnya.” (Kuo, 2003: 313)

Mulut manis Ros Mina mampu membuat Tuan Kebon percaya sepenuhnya padanya. Dengan dalih menjaga gengsi sang tuan, Ros Mina pun mampu meluluhkan hati tuannya. Dengan demikian Ros Mina mendapat keuntungan berganda. Uang dari Tuan Kebon digunakan untuk membeli perhiasaan dan ia juga bisa mendapatkan uang dari Tjoe Keng ketika plesiran. Hal ini sudah diatur Kasmin. Pada suatu pagi Ros Mina, Kasmin dan Tjoe Keng pergi ke Siantar. Kepergian Ros Mina bersama Tjoe Keng tanpa sepengetahuan Tuan Kebon. Kebiasaan mencari keuntungan berganda memang sering dilakukan oleh para nyai. Hal ini juga dilakukan Ros Mina sehingga menunjukkan wataknya yang tamak dan tidak pernah puas.

(13) “Sebab saia sanget cinta pada Nyai, suda lama saia mau dapetken, blon bisa juga kejadian!”

“Ini Baba ada bawa brapa banyak uwang?”

“Ach uwang si ada banyak, buat apa Nyai tanya-tanya lagi, sebentar di hotel saia serahkan pada Nyai!”

“Kalu saia blon seraken saia punya diri pada Baba, suda tentu saia tida nanti dapet itu uwang dari baba, apa bukan begitu?”

“Kalu Nyai mau kata begitu, bukan duluan saia suda persen pada Nyai sepulu rupia!” (Kuo, 2003: 315-316).

Materialistis Ros Mina juga tampak dalam kutipan di atas. Segala perilakunya selalu diperhitungkan dengan uang. Perkataan Tjoe Keng semakin menunjukkan bahwa Ros Mina sulit didapatkan dan untuk memilikinya diperlukan isi kantong yang tebal. Dengan lugas dan tanpa malu- malu Ros Mina juga berani menunjukkan sikap materialistisnya. Hal tersebut tidak mengurangi rasa suka Tjoe Keng kepadanya. Keterbukaan Ros Mina dalam hal uang justru membuat Tjoe Keng semakin ingin membuktikan cintanya.

Ketamakan Ros Mina tidak membuat Tjoe Keng mundur, hal ini menunjukkan bahwa Ros Mina merupakan perempuan impian sekalipun dirinya pelacur.

Tjoe Keng jatuh cinta pada Ros Mina, ia juga menjanjikan akan membelikan perhiasaan. Oleh karenanya, Ros Mina semakin mencari perhatian anak Tuan Besar itu. Semua itu dilakukan berdasarkan perhitungan harta. Misalnya saja ketika di hotel, Tjoe Keng menawarkan Ros Mina untuk minum (anggur), tetapi Ros Mina berdalih tidak bisa minum. Ros Mina akan minum apabila dibelikan perhiasan emas. Begitu juga ketika Tjoe Keng mengajak tidur bersama, Ros Mina menolak dengan alasan takut pakaiannya lusuh. Namun, setelah Tjoe Keng berjanji akan membelikan beberapa dosin kebaya Ros Mina mau menyerahkan dirinya. Hal inilah yang memang diharapkan Ros Mina. Awalnya, ketika Tjoe Keng mengajak bercinta, Ros Mina berlaku seperti perawan. Dengan akalnya ia mengaku belum pernah melakukan perbuatan seperti itu (berhubungan intim). Sikap ini ditunjukkan Ros Mina supaya dirinya tampak berharga di depan Tjoe Keng. Padahal perempuan ini jelas-jelas sudah berhadapan dengan banyak laki- laki. Tindakan-tindakan tersebut semakin menunjukkan Ros Mina yang pandai berbohong dan berdalih. Perempuan yang sudah malang melintang di dunia hiburan lelaki ini semakin cerdik memperdaya lelaki. Ros Mina tampak cerdik dan lihai dalam peristiwa tersebut. Pengalaman yang dialaminya tenyata mampu membuat karakternya berkembang. Hal ini juga tampak dalam peristiwa dibawah ini.

Di Deli, zinah merupakan perkara lumrah maka tidak heran ketika Ros Mina sedang sendiri di kamar datanglah jongos hotel yang

menginginkannya. Keberadaan setiap perempuan di hotel (di Deli) memiliki

image sebagai pelacur. Ros Mina mengetahui maksud jongos hotel tersebut dan ia pun memperdayanya. Awalnya Ros Mina bersikap manis, dan jongos itupun memberinya uang sebesar f 5. Namun, setelah uang diterima, Ros Mina menghardik jongos hotel tersebut. Ros Mina yang awalnya begitu bodoh dan mudah ditipu, kini justru bersifat sebaliknya. Di sisi lain ketamakan dan kecintaannya pada uang semakin terlihat dalam kejadian tersebut.

Peristiwa-peristiwa selanjutnya semakin memperlihatkan sosok Ros Mina yang benar-benar memandang keberuntungan dari harta semata. Hal tersebut semakin membuatnya lebih berani bertindak. Keberanian itu membuat cita-citanya terwujud. Tubuh Ros Mina berhias dengan gelang, anting-anting, kalung, peniti, arloji, cincin, dan tusuk konde yang semuanya berbahan emas. Total harga barang tersebut sebesar f 500. Ketika Ros Mina kekurangan uang, tanpa malu- malu ia pun meminta pada Tjoe Keng. Ros Mina semakin cantik dengan perhiasan-perhiasan tersebut. Dengan begitu juga, Ros Mina sudah menjadi nyai yang kaya. Tingkah laku gadis itu mulai berubah. Ia tidak seperti Ros Mina yang dulu sangat miskin. Sifat Ros Mina yang ambisius semakin jelas terlihat. Meskipun semua sudah didapatnya, ia belum juga puas. Ia memanfaatkan perasaan Tjoe Keng yang sungguh-sungguh menc intainya. Lelaki itu dimintanya membelikan payung sutera seharga f 20. Payung sutra bagi seorang nyai merupakan identitas kelas.

Dari awal penceritaan, pengarang tidak menggambarkan sifat belas kasih Ros Mina. Gadis itu tidak memiliki toleransi dan kepedulian terhadap

sesamanya, termasuk sesama nyai. Dari Siantar, Ros Mina naik kendaraan yang berbeda dengan Tjoe Keng. Ros Mina tidak langsung pulang melainkan mampir ke rumah Hoofdtandil. Setelah melayani Hoofdtandil, ia diberi uang f 10. Sebelum Ros Mina sampai di rumah Hoofdtandil sebenarnya nyai pertama Tuan Besar itu mati dan masih tergantung. Nyai itu gantung diri karena cemburu pada Ros Mina dan merasa sudah tidak diperhatikan Tuan Besar. Ros Mina tidak peduli dengan semua itu, begitu juga Tuan Besar. Kenyataan ini memperlihatkan sosok Ros Mina yang tidak mempunyai rasa belas kasih.

Ros Mina begitu cinta pada uang, kecintaannya pada lelaki hanya diukur dengan uang. Sikap ini dinyatakan Ros Mina sebagai wujud balas dendam pada masa lalu. Hal itu tampak ketika Ros Mina sedang berbicara dengan Tjoe Keng.

(14) “Baba kalu Baba ada banyak uang, masa saia tiada cinta pada Baba!” jawab Ros Mina dengen mesem- mesem.

“Kenapa Nyai, begitu suka sama uwang?”

“Ya, kalu Baba mau tau, saia sekarang tida pandang kecintahan lelaki lagi, tetapi saia cuma pandang ia orang punya uwang, sebab tempo