• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai yang membahas hubungan manusia dengan Tuhan dalam Serat

Dalam dokumen hiski buku3compressed (Halaman 104-107)

I I LANDASAN TEORETI S A Nilai Moral Karya Sastra

A. Nilai yang terkandung dalam Serat Sew aka dan perannya dalam pendidikan karakter

1. Nilai yang membahas hubungan manusia dengan Tuhan dalam Serat

Sew aka: Pengakuan adanya kekuasaan Tuhan, patuh dan tunduk pada

Tuhan, berserah diri pada Tuhan

Nilai pendidikan Ketuhanan dipaparkan pada tembang Mijil:

Kutipan:

Kabeh manusa sampun manisir, wuruk kang sayaktos,

wuwulange para pandhitane, purwa madya wasana ywa lali, titining ngaurip,

tataning ngalungguh.

terjemahan:

semua manusia sudah mengetahui, ilmu yang sebenarnya,

ajarannya para guru,

awal tengah akhir jangan sampai lupa, tentang kehidupan,

mengetahui perannya dalam kehidupan.

Tembang di atas, menjelaskan tentang kehidupan dan kewajiban manusia untuk senantiasa menyembah kepada Tuhan. Manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan memiliki kewajiban untuk menyembah kepada Tuhan. I stilah mempersembahkan berarti memberi sesuatu. Dalam agama atau ajaran kepercayaan terdapat istilah sembahyang berarti mempersembahkan sesuatu kepada Allah, kepada Tuhan. Pada baris di atas menjelaskan pula tentang keyakinan ilmu yang sebenarnya, yang menjadi pegangan manusia untuk tetap tunduk dan patuh kepada pencipta, dari awal sampai akhir atau sangkan paraning dumadi atau “titining ngaurip, tataning

kalungguhan”.

Ajaran tembang di atas menjelaskan mengenai konsep Ketuhanan. Konsep ketuhanan di sini terkandung maksud memberikan ajaran/ perintah untuk tetap ingat kepada Tuhan. Wujud dari ingat bisa berupa tujuan manusia diciptakan dan peran fungsinya dalam kehidupan.

Pada bait tembang berikut juga menunjukkan cara menyembah atau berserah diri pada Tuhan:

Kutipan:

Lamun sira sewaka ing Gusti, Ya kawuri lunggoh,

lawan aja kaharsa enggene, ingkang becik den rada kaparing, miwah yen lumaris,

andherek Sang Prabu.

terjemahan:

apabila kamu menghadap Tuhan, ya ketahuilah peranmu,

dengan cara duduk berserah diri, jangan mengutamakan keinginan, yang baik agar terkabul,

dan dilipatgandakan, mengikuti perintah-Nya.

Pada bait tembang di atas, menjelaskan ajaran tentang tatacara bagaimana manusia untuk memohon atau mendekatkan diri dengan pencipta. Tatacara yang dilakukan yaitu dengan berserah diri kepada Tuhan dengan tidak mementingkan keinginan atau hawa nafsu duniawi. Keinginan manusia akan terkabul dan dilipat gandakan jika mengikuti aturan atau perintah-perintah-Nya.

Pada bait tembang Mijil, juga menunjukkan tentang tatacara mendekatkan diri dengan Tuhan.

Kutipan:

Supaya mrih karaketing Gusti, aywa telih karo,

swami suta ciptanen kalihe, lir wong tapa sajroning guwa writ, palane angabdi,

wong babakal iku,

Terjemahan:

Agar lebih dekat dengan Tuhan, niatkan untuk bersatu dengan,

suami-anak sebagai hasil pertemuan dari keduanya, ibarat orang yang sedang bertapa di dalam gua yang sunyi, hasil atau buah dari berserah diri,

awal lahirnya manusia.

Pada bait tembang Mijil di atas, menunjukkan bahwa salah satu usaha seseorang untuk lebih dekat dengan Sang Penciptanya adalah dengan melakukan penyatuan antara laki-laki dan perempuan (bersenggama). Perlu digarisbawahi bahwa penyatuan laki-laki dan perempuan ini dapat dilakukan jika sudah sah menurut hukum agama dan hukum tata negara atau sudah sah sebagai suami dan

istri. Jika hal ini salah dalam penafsiran, maka yang terjadi adalah dapat menyebabkan rusaknya segi-segi kemasyarakatan yaitu adanya pergaulan bebas.

Dalam kitab-kitab maupun serat-serat Jawa yang ada, diceritakan bahwa bersenggama atau berhubungan badan merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Di dalamnya terdapat suatu proses penyatuan yang sarat akan makna religiusitas yang tinggi. Manusia pada akhirnya memiliki kesadaran bahwa manusia itu merupakan makhluk yang lemah. Manusia hanya diciptakan dari saripati tanah. Manusia tidak memiliki apa-apa yang dapat dibanggakan.maka, sudah sewajarnya jika manusia itu berserah diri kepada Tuhan pencipta alam semesta.

2. Nilai yang membahas Hubungan Manusia dengan Diri Pribadi dalam

Serat Sew aka:

Nilai Pendidikan yang membahas hubungan manusia dengan diri pribadi dalam

Serat Sewaka : terdapat pada baris tembang Dhandhanggula, berikut memaparkan

ajaran tentang manusia untuk selalu bersyukur pada Tuhan. Berikut kutipan tembang Dhandhanggula:

Kutipan:

Yen sirantuk sih mulening Gusti, utawa sira kinon parentah, den ajrih kendho kencengé, yen sewaka den esuk, aja kadhinginaning Gusti, wungu myang kawiyosan, den bisa ngonsemu, yen ana wong kinasihan, aja meri balikta miluwa asih, nanging aja katawang.

Terjemahan:

Apabila mendapat kanugrahan dari Tuhan, atau kamu diperintah,

perhatikan malas dan rajinnya, apabila menghadap pada waktu pagi, jangan sampai tertunda,

bangun menuju tempat peribadatan, supaya bisa mendapatkan kebahagiaan, apabila orang lain mendapat kanugrahan, tidak boleh iri,

dan tidak boleh memperlihatkan.

Pada bait tembang di atas menjelaskan perintah untuk tetap beribadah dan mengharap anugerah dari pencipta. Tatacata yang diajarkan yaitu harus memperhatikan perilaku keseharian, harus rajin yaitu dimulai pada waktu pagi utnuk segera ke tempat peribadatan dan memohon pada Tuhan.

Pada baris tembang di atas juga menjelaskan untuk tetap bersyukur pada Tuhan atas apapun anugerah yang telah diterima. Apabila orang lain mendapatkan berkah, kita diharuskan untuk tidak boleh iri.

Pada bait tembang Asmaradana berikut menjelaskan tentang ajaran untuk mencari ilmu yang bermanfaat, luhur. Berikut kutipan tembang:

Kutipan:

Den kalal sarta kang suci, aywa harda lali purwa, den nedah sarta zakate, dadya adadi kewala, sangu dunya ngupaya, ngulati elmu kang luhung, sidekaha zariyah.

terjemahan: jika halal dan suci,

jangan sekali kali melupakan, menunjukkan zakatnya, yang bisa menjadi, bekal hidup di dunia,

memperhatikan ilmu yang luhur, bersedekah jariyah.

Pada bait tembang Asmaradana di atas menjelaskan tentang ajaran untuk selalu mengingat asal mula manusia diciptakan (sangkan paraning dumadi) dengan kelebihan akal dan harta. Dengan kelebihan harta yang dimiliki, manusia senantiasa untuk bersedekah sembari mencari ilmu yang luhur untuk bekal hidup di dunia. I barat hidup itu seperti orang yang singgah untuk beristirahat sejenak. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan diberikan akal agar dapat berpikir untuk mengupayakan dan mempercantik yang ada di muka bumi ini (memayu hayuning

bawana) demi kemaslahatan umat manusia. Bukan untuk merusak alam yang

diciptakan Tuhan bagi umat manusia. Maka, pemahaman mengenai hal tersebut tidak hanya berhenti dalam pemikiran, akan tetapi dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

3. Nilai dalam Serat Sew aka yang membahas hubungan antara manusia

Dalam dokumen hiski buku3compressed (Halaman 104-107)