• Tidak ada hasil yang ditemukan

NO INDIKATOR PENCAPAIAN

Dalam dokumen BAB III AKUNTABILITAS KINERJA (Halaman 46-52)

Akreditasi RS Pemerintah Tahun  2013

NO INDIKATOR PENCAPAIAN

2012 2013

1 Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100 % 100 % 2 Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif 66,1 % 70,3 % 3 Cakupan RT yg mengonsumsi garam beryodium - 86,9 % 4 Persentase Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 90,3 % 89,7 % 5 Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet 71,2 % 81,6 % 6 Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan

surveilans gizi 100% 100 %

7 Persentase balita ditimbang berat badannya 73,7% 72,0 % 8 Persentase Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk

daerah bencana 100% 100 %

Sumber : Data Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Pada tabel di atas, untuk 563 Balita gizi buruk sudah mendapat perawatan 100 % dan tertangani semua, penanggulangan kasus balita gizi buruk dilaksanakan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu bagi balita gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda komplikasi medis dilakukan penanganan rawat inap di Puskesmas Perawatan, Theurapeutic Feeding Centre (TFC) maupun Rumah Sakit. Sedangkan bagi balita gizi buruk tanpa komplikasi dilakukan melalui rawat jalan dengan pembinaan oleh petugas kesehatan dan kader Posyandu.

Cakupan bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif tahun 2013 sebesar 70,3% dari jumlah bayi diperiksa sebesar 461.440 dan yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 324.550 bayi, meskipun belum mencapai target nasional sebesar 75 % tetapi bila dibanding tahun 2012 persentase tahun 2013 meningkat sebanyak 4,2%, ini di tunjang dengan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat tentang ASI Eksklusif serta semakin tanggapnya tenaga pelaksana gizi di lapangan.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 76 Upaya terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif antara lain melalui :

- Pelatihan petugas kesehatan terkait dengan definisi operasional ASI eksklusif untuk mendukung pelaporan ASI eksklusif yang benar

- Pelatihan Konselor Menyusui - Pelatihan konselor MP-ASI - Peringatan Pekan ASI Sedunia

- Lomba standing banner ASI Eksklusif

- Peningkatan dukungan keluarga dan masyarakat melalui pembentukan Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)

- Lomba KP-ASI

- Sosialisasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif.

- Penyediaan ruang laktasi dalam rangka mendukung penjediaan fasilitas menyusui di tempat kerja maupun di pusat perbelanjaan, dan lain-lain.

Upaya penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dilakukan melalui pemanfaatan garam beriodium. Cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium di Jawa Timur tahun 2013 adalah sebesar 86,9 % dari sampel 112.701 kepala keluarga dan yang hasil uji garamnya cukup sebesar 97.965 sampel. Jika dibandingkan dengan target nasional tahun 2013 sebesar 85 % berarti telah mencapai target. Upaya peningkatan cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium dilakukan antara lain melalui : - Peningkatan koordinasi dengan petugas lintas program terkait

- Promosi Garam Beriodium melalui pengadaan sarana media penyuluhan - Sosialisasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 2010 tentang

Pedoman Penanggulangan GAKI di daerah, dan lain-lain.

Cakupan Balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A di Jawa Timur tahun 2013 adalah sebesar 89,6 % dari sasaran Balita 3.072.582 yang mendapatkan vitamin A sebanyak 2.753.846. Jika dibandingkan dengan capaian

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 77 tahun 2012 sebesar 90,3% memang ada penurunan 0,7% ini disebabkan sarana vitamin A pada bulan Pebruari di beberapa Kabupaten /Kota ada kekurangan karena pengadaan vitamin A dari pusat belum selesai. Akan tetapi bila capaian tahun 2013 dibandingkan dengan target nasional tahun 2013 sebesar 83 % berarti telah mencapai target. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan balita yang mendapat kapsul vitamin A, antara lain melalui :

- Pelatihan manajemen kapsul vitamin A bagi petugas kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se Jawa Timur dan Puskesmas

- Pemenuhan kebutuhan kapsul vitamin A

- Pertemuan koordinasi penanggulangan Kurang Vitamin A bagi petugas lintas sektor Kabupaten/Kota se Jawa Timur

- Promosi pemberian kapsul vitamin A melalui pengadaan media/sarana penyuluhan, dan lain-lain.

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe (feros /tambah darah) 90 tablet di Jawa Timur tahun 2013 adalah sebesar 81,6 % dari jumlah ibu hamil sebanyak 679.460 orang yang mendapat Fe3 sebesar 554.139 orang. Jika dibandingkan dengan target nasional sebesar 93 persen berarti belum mencapai target. Masalah yang berkaitan dengan rendahnya cakupan ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet tambah darah tersebut antara lain berkaitan dengan belum optimalnya koordinasi dengan lintas program terkait, serta belum terlaporkannya dengan baik cakupan pemberian TTD pada ibu hamil. Upaya peningkatan cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah dilakukan antara lain melalui :

- Peningkatan koordinasi dengan petugas lintas program terkait

- Peningkatan pemahaman petugas kesehatan terkait dengan definisi operasional pemberian TTD

- Promosi TTD melalui pengadaan sarana media penyuluhan

- Penyediaan tablet tambah darah untuk ibu hamil bagi Kabupaten/ Kota se Jawa Timur, dan lain-lain.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 78 Surveilans gizi yang dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan ini adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang indicator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dari tahun 2012 sampai dengan 2013 rata-rata mencapai 100%, karena setiap Kab/Kota di Jawa Timur selalu melaksanakan surveilans gizi, sehingga pencapaiannya sebesar 100%.

Cakupan balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di Jawa Timur pada tahun 2013 adalah sebesar 72,2 % dari jumlah Balita sebesar 3.072.582 yang ditimbang sebanyak 2.217.533 Balita. Cakupan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan target nasional tahun 2013 sebesar 80 %. Rendahnya cakupan D/S tersebut antara lain berkaitan dengan ;

- Banyak berdirinya PAUD (pendidikan anak usia dini) yang mana ada PAUD yang belum terintegrasi dengan Posyandu

- Minimnya dana operasional dan kelengkapan sarana dan prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu

- Tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling masih kurang karena banyaknya kader baru (regenerasi)

- Tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat Posyandu masih rendah

- Pembinaan kader yang kurang sehingga perlu diadakan refresing kader / revitalisasi Posyandu.

Persentase Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana, mengingat penyediaan sarana ini yang mempunyai tanggung jawab adalah Direktorat Bina Gizi – Kemenkes R.I dan pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur maka dianggap pencapaiannya 100 %, karena tenaga gizi di wilayah sasaran bencana tinggal melaksnakan apabila ada bencana.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 79

d. Permasalahan dan upaya pemecahan masalah

d.1.Permasalahan :

1. Validasi data gizi yang sering terlambat dari Kab/Kota ke Provinsi (seksi gizi).

2. Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang perilaku sadar gizi. 3. Belum adanya anggaran khusus untuk melaksanakan kegiatan pemetaan

Kadarzi di masyarakat.

4. Peran dan kerjasama petugas lintas program dan lintas sektor yang tergabung dalam Tim Pangan dan Gizi masih rendah, sehingga pembahasan tentang situasi pangan dan gizi untuk penanganan masalah gizi sering terhambat.

d.2. Upaya Pemecahan Masalah

i. Meningkatkan upaya perbaikan dalam sistem pencatatan dan pelaporan antara lain dengan ;

- Penggunaan alat bantu computer (software) - Pembinaan petugas pengelola data

- Pertemuan koordinasi

i. Sosialisasi KADARZI ke masyarakat (forum pengajian, dasa wisma, PKK dll) dan pembinaan kader setelah hari H Posyandu terutama dalam hal yang berkaitan dengan penerapan KADARZI dalam kehidupan sehari-hari. ii. Mengajukan dana khusus untuk kegiatan pemetaan Kadarzi di masyarakat

melalui dana APBD.

iii. Melakukan pendekatan secara khusus terhadap lintas program dan lintas sector untuk memperlancar jalannya kerjasama serta mendorong agar masing-masing sector mengadakan kegiatan secara bersama-sama.

Secara umum pencapaian target sasaran Meningkatkan Keluarga Sadar Gizi dan Perbaikan Gizi Masyarakat pada tahun 2013 telah tercapai dengan SANGAT BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 80 B.5. TUJUAN 5 :

Terjaminnya Ketersediaan , Pemerataan, Pemanfaatan, Mutu , Keterjangkauan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta Pembinaan Mutu Makanan

Tujuan: Terjaminnya Ketersediaan , Pemerataan, Pemanfaatan, Mutu , Keterjangkauan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta Pembinaan Mutu Makanan dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu Meningkatnya Pengelolaan Obat , Perbekalan Kesehatan dan Makanan

Sasaran: Meningkatnya Pengelolaan Obat , Perbekalan Kesehatan dan Makanan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut :

a. Persentase Obat sesuai kebutuhan yang tersedia di Kabupaten/Kota

b. Persentase Ketersediaan obat dan alat kesehatan untuk penanggulangan bencana dan KLB

c. Persentase sarana pelayanan kesehatan (sarkes) yang menerapkan layanan kefarmasian sesuai standar

d. Persentase tanaman obat asli Indonesia di UPT Materia Medica Batu dapat dimanfaatkan untuk menunjang pemeliharaan kesehatan.

Tabel 3.12. TUJUAN 5 dan SASARAN 5.1.

TUJUAN 5 SASARAN 5.1

Terjaminnya ketersediaan, pemerataan, mutu,

keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan

Meningkatnya Pengelolaan Obat, Perbekalan Kesehatan dan Makanan

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 81 Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.13. sebagai berikut :

TABEL : 3.13. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Pengelolaan Obat, Perbekalan Kesehatan dan Makanan

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI (%)

1 2 3 4 5

1 Persentase obat sesuai kebutuhan tersedia di kabupaten/kota

95 % 92 % 96,8

2 Persentase ketersediaan obat untuk penanggulangan

bencana dan KLB

90% 80% 88,88

3 Persentase sarana pelayanan kesehatan yang diawasi menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai standar

50% 35% 70

Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran 85,2

KATEGORI CAPAIAN BAIK

Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan,

Dalam dokumen BAB III AKUNTABILITAS KINERJA (Halaman 46-52)

Dokumen terkait