• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III AKUNTABILITAS KINERJA"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 30

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP), fungsi perencanaan (Planning) yang sudah berjalan mulai dari Rencana Strategis (renstra) yang mengacu pada RPJMD, RKPD maupun Rencana Kinerja Tahunan, Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Penetapan Kinerja hingga pelaksanaan pembangunan kesehatan itu sendiri sebagai fungsi actuating dan kemudian pertanggungJawaban atas pelaksanaan pembangunan sebagai fungsi

controlling.

Pertanggungjawaban kinerja pelaksanaan pembangunan sifatnya terukur, terdapat standar pengukuran antara yang diukur dengan piranti pengukurannya. Didalam prosesnya pengukuran dilakukan pada aspek kegiatan, program dan sasaran. Pada prinsipnya pengukuran dilakukan untuk melihat/mengevaluasi sejauh mana kegiatan, program, dan sasaran dilaksanakan sesuai dengan arah yang diinginkan; dengan berbagai piranti perencanaan yang telah dibuat. Piranti pengukurannya berupa Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) untuk mengukur sasaran.

A. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2013.

Adapun pengukuran Kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target setiap Indokator Kinerja Sasaran dengan realisasinya. Setelah dilakukan penghitungan akan diketahui selisih atau celah Kinerja (performance gap). Selanjutnya berdasarkan selisih Kinerja tersebut dilakukan evaluasi guna mendapatkan strategi yang tepat untuk

(2)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 31 peningkatan Kinerja dimasa yang akan datang (performance improvement).

Dalam memberikan penilaian tingkat capaian Kinerja setiap sasaran, menggunakan skala pengukuran 4 (empat) katagori sebagai berikut :

TABEL : 3.0. Skala Pengukuran Capaian Sasaran Kinerja Tahun 2013

Terdapat dua jenis skala penilaian pengukuran :

a. Bilamana Indikator Sasaran mempunyai makna progres positif, maka skala yang digunakan sebagai berikut :

Skor Rentang Capaian Kategori Capaian

4 Lebih dari 100 % Sangat baik

3 75 % sampai 100 % Baik

2 55 % sampai 75 % Cukup

1 Kurang dari 55 % Kurang

b. Sebaliknya bilamana Indikator Sasaran mempunyai makna progres negatif, maka skala yang digunakan sebagai berikut :

Skor Rentang Capaian Kategori Capaian

1 Lebih dari 100 % Kurang

2 75 % sampai 100 % Cukup

3 55 % sampai 75 % Baik

4 Kurang dari 55 % Sangat Baik

Persentase dari hasil bagi antara capaian dengan target yang dimasukkan ke dalam skala penilaian tersebut menghasilkan besaran Skor Indikator.

(3)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 32 Penjumlahan beberapa besaran Skor Indikator dan dibagi dengan jumlah Indikator dalam satu Sasaran, menghasilkan besaran Skor Sasaran ; seterusnya penjumlahan beberapa besaran Skor Sasaran dan dibagi dengan jumlah Sasaran dalam satu Tujuan, menghasilkan besaran Skor Tujuan.

B. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Pengukuran kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013 menggunakan metode yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Hasil pengukuran kinerja beserta evaluasi setiap tujuan dan sasaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013 disajikan sebagai berikut :

B.1. TUJUAN 1:

Terwujudnya Mutu Lingkungan yang Lebih Sehat, berkembangnya Sistem Kesehatan Lingkungan Kewilayahan, serta menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Tujuan : Terwujudnya Mutu Lingkungan yang Lebih Sehat ,dan berkembangnya Sistem Kesehatan Lingkungan Kewilayahan , serta menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu : Meningkatnya akses terhadap Kualitas air bersih, Sanitasi Dasar , Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, serta Kualitas Kesehatan Lingkungan

Sasaran: Meningkatnya Akses terhadap Kualitas Air Bersih, serta Sanitasi Dasar, Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, serta Kualitas

(4)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 33 Kesehatan Lingkungan, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut :

a. Persentase Akses Sanitasi dasar yang memenuhi standar

b. Persentase Akses terhadap kualitas Air Bersih yang memenuhi standar

Tabel 3.1. TUJUAN 1 dan SASARAN 1.1.

TUJUAN 1 SASARAN 1.1.

Terwujudnya Mutu

Lingkungan yang Lebih Sehat , berkembangnya Sistem Kesehatan Lingkungan Kewilayahan , serta

menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Meningkatnya Kualitas Air Bersih, serta Sanitasi Dasar, Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, serta Kualitas Kesehatan Lingkungan

Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.2. sebagai berikut :

TABEL : 3.2. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Air Bersih, serta Sanitasi Dasar,

Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, serta Kualitas Kesehatan Lingkungan

(5)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 34

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISA

SI (%)

1 Persentase akses sanitasi dasar yang memenuhi standar

69 % 70,6% 101,4

2 Persentase akses terhadap kulaitas air bersih yang memenuhi standar

74 % 80,6 % 108,9

Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran 105,1 KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK

Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan,

PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT

a. Program Lingkungan Sehat ini didukung oleh 4 ( empat) kegiatan yaitu: a.1. Pengembangaan Sarana Sapl Melalui Participatory

a.2. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar a.3. Penyehatan Lingkungan

a.4. Peningkatan upaya pengamanan limbah cair dan padat

b. Program Lingkungan Sehat dengan pagu sebesar Rp. 2.500.000.000,00 terealisasi sebesar 98.57.%, atau Rp. 2.464.258.092,00 secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom (Evaluasi Internal UKGP3) c. Hasil pelaksanaan program/kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut:

c.1.Pengembangan Sarana SAPL melalui Partisipatori

 Tujuan Program

Untuk meningkatkan akses jamban sehat pada masyarakat di Jawa Timur dan menambah jumlah Desa dan Kec. ODF (open defecation free/bebas buang tinja disembarang tempat).

 Sasaran Program

(6)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 35 b.2. Komunitas masyarakat yg masih belum ODF

 Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Sarana SAPL melalui Partisipatori diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan akses jamban sehat (STBM Pilar -1)

2. Monitoring dan evaluasi peningkatan akses jamban (STBM pilar-1)

3. Pertemuan Pembekalan Calon Fasilitator STBM. 4. Pemicuan di sekolah

 Hasil Kegiatan Pembangunan :

Tabel

Capaian Kinerja Pelaksanaan Program STBM Jawa Timur

NO KEGIATAN Target RPJMD Kumulatif Thn 2014 Thn 2012 Thn 2013 Progres s % progres s 1 Desa/Kel Dipicu 850 2.878 3.576 698 24,25

2 Desa /Kel ODF 560 846 1.186 340 40,2

3 Tambahan akses ke jamban sehat di masyarakat (jiwa) 570.070 1.724.8 70 1.963.1 09 238.239 13,8 Sumber : LKPJ Seksi Penyehatan Lingkungan, 2013

c.2. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar  Tujuan Program

a. Umum

Meningkatkan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat. b. Khusus

(7)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 36  Terlaksana pengawasan kualitas minum (DAM, PDAM dan Non

PP) dengan uji petik pemeriksaan secara laboratorium untuk parameter mikrobiologi.

 Terlaksana pertemuan Jejaring sector terkait, Peningkatan Pengetahuan Pengawasan Kualitas Air Minum dan Pertemuan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAM RT)

 Sasaran Program (berisi sasaran dari setiap Program berdasarkan Renstra SKPD)

 Akses air minum yang berkualitas  Kualitas air minum memenuhi syarat

 Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air minum tingkat rumah tangga.

 Hasil Pelaksanaan Kegiatan :

Hasil pelaksanaan program/kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Terlaksana Inspeksi Sanitasi di 3800 buah Sarana Air Minum, di 38

Kab/Kota. Sumber air minum yang mempunyai resiko pencemaran rendah dan sedang syarat fisik sebanyak 86,6% (katagori pencemaran rendah dan sedang

2) Terlaksana pengawasan kualitas minum dengan uji petik pemeriksaan sampel air minum secara laboratorium, sebanyak 570 sampel air minum (Perpipaan/PDAM) diperiksa. Hasil pemeriksaan yang memenuhi syarat 69,05 %.

3) Terlaksana pengawasan kualitas minum dengan uji petik pemeriksaan sampel air minum Non perpipaan secara laboratorium, sebanyak 120 sampel diperiksa, hasilnya yang memenuhi syarat air bersih 66,52 % 4) Terlaksana pengawasan kualitas minum dengan uji petik pemeriksaan

sampel air minum DAM secara laboratorium, sebanyak 228 sampel diperiksa. Hasilnya yang memenuhi syarat 76,32 %

5) Terbentuknya Jejaring di 8 (delapan) Kab./Kota dalam pengawasan kualitas air minum

(8)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 37 6) Terlatihnya 250 petugas sanitarian Kab./Kota dalam pengawasan

kualitas air minum

7) Sebanyak 150 orang kader mengikuti pertemuan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga ( PAM RT).

Tabel

Capaian kinerja program Penyehatan Air

NO KEGIATAN TAHUN 2012 TAHUN 2013

% Kinerja % Kinerja

1 Akses Air Minum Layak Berkualitas 70,50% 86,6%

2 Hasil Pengawasan Kualitas Air PDAM

45,79 %(Permenkes 492 Th.2010) 69,05 %(Permenkes 492 Th.2010) 3 Hasil Pengawasan Kualitas Air Produk DAM 73,16 % 76,32 %

Sumber : LKPJ Seksi Penyehatan Lingkungan, 2013

c.3. Penyehatan lingkungan

 Tujuan Program

Untuk meningkatkan jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) laik sehat, meningkatnya jumlah rumah sehat dan meningkatkan jumlah Kab./Kota yang mengadopsi pendekatan program Kab./Kota Sehat.

 Sasaran Program  TTU Laik Sehat  TPM Laik Sehat

 Rumah memenuhi syarat kesehatan

(9)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 38  Hasil Pelaksanaan Pembangunan

Hasil pelaksanaan program/kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan hygiene sanitasi TTU pada 5 Kabupaten.

2. Food security berbasis masyarakat dengan dan Industri Rumah Tangga Peningkatan sanitasi perumahan dengan pendekatan klinik sanitasi pada 7 Kabupaten/Kota.

3. Peningkatan sanitasi perumahan pada keluarga risiko tinggi penyakit berbasis lingkungan di 10 Kabupaten

4. Peningkatan Sanitasi Kota Sehat pada 14 Kab./Kota

5. Penguatan kelembagaan program Kab./Kota Sehat pada 10 Kabupaten

6. Terbentuknya kelembagaan Kab./Kota Sehat yang baru pada 6 Kab./Kota

7. Terbinanya 18 Kab./Kota yang mengadopsi Kab./Kota Sehat

Tabel

Capaian kinerja program Penyehatan Lingkungan

NO KEGIATAN ABSOLUTTAHUN 2012 % ABSOLUTTAHUN 2013 % KETERANGAN 1 TPM memenuhi

syarat 49.587 79.3 49.837 79.7 Naik 2 TTU memenuhi

syarat 26.458 78,2 26.661 78,8 Naik 3 Rumah Sehat 7.145.910 73.2 7.165.434 73.4 Naik 4 Kab/Kota Sehat (Program) 18 47,4 18 47,4 tetap

(10)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 39 Tabel

Capaian kinerja program Kab/Kota Sehat

N O KAB/KOTA TAHUN 2012 TAHUN 2013 JUML AH TATA NAN PENGHARGAA N JUMLAH TATANA N PENGHARGAA N DARI MENKES 1 Kota Probolinggo 6 Gub. Prov Jatim 6 SWASTISABA WISTARA 2 Kota Pasuruan 4 Gub. Prov Jatim 4 SWASTISABA WIWERDA 3 Kab. Lumajang 8 Gub. Prov Jatim 8 SWASTISABA

WISTARA 4 Kota Kediri 6 Gub. Prov Jatim 6 SWASTISABA

WISTARA 5 Kota Malang 6 Gub. Prov Jatim 6 SWASTISABA WISTARA 6 Kab. Ngawi 6 Gub. Prov Jatim 6 SWASTISABA PADAPA 7 Kab. Tulungagung 7 Gub. Prov Jatim 7 SWASTISABA WISTARA 8 Kab. Pacitan 6 Gub. Prov Jatim 6 SWASTISABA WIWERDA 9 Kab. Lamongan 4 Gub. Prov Jatim 4 SWASTISABA PADAPA 10 Kab. Sampang 2 Gub. Prov Jatim 2 SWASTISABA

PADAPA 11 Kab. Magetan 5 Gub. Prov Jatim 5 SWASTISABA

WIWERDA 12 Kab. Madiun 2 Gub. Prov Jatim 2

13 Kota Blitar 4 Gub. Prov Jatim 4 SWASTISABA PADAPA

14 Kota Surabaya 8 SWASTISABA

PADAPA

15 Kab. Malang 2 Gub Jatim SWASTISABA

PADAPA 16 Kab. Sidoarjo 2

17 Kab. Pamekasan 2

18 Kab. Trenggalek 2

(11)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 40 c.4. Peningkatan Upaya Pengamanan Limbah Cair dan Padat

 Tujuan Program (berisi tujuan dari setiap Program berdasarkan Renstra SKPD)

Untuk meningkatkan Kab/Kota melakukan pengelolaan limbah cair dan padat serta melakukan pengawasan terhadap keracunan pestisida.

 Sasaran Program (berisi sasaran dari setiap Program berdasarkan Renstra SKPD)

 Kab/Kota melakukan program pengelolaan limbah cair dan padat  Kab/Kota melakukan pengawasan terhadap keracunan pestisida

 Hasil pelaksanaan program/kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan pengelolaan limbah padat (sampah) rumah tangga pada

10 Kabupaten/Kota.

2. Peningkatan Pengetahuan SDM (petugas laboratorium) tentang Pemantauan pajanan pestisida pada penjamah pestisida.

3. Pemantauan dampak kualitas lingkungan dan kualitas lingkungan udara pada 10 Kab/Kota

d. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya

d.1Permasalahan :

1. Pengembangan Sarana SAPL melalui Partisipatori

- Belum semua Kepala Daerah mengeluarkan Kebijakan tentang STBM. - Dukungan anggaran dari Pemkab/Pemkot untuk STBM sangat terbatas. - Efektifitas pemicuan belum maksimal.

- Keterlibatan peran swasta masih rendah khususnya dalam pemasaran sanitasi.

(12)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 41 2. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar

 Program Kesehatan Lingkungan, dituntut untuk mendukung pencapain Goals 7 MDGs. tetapi dukungan dana dari Pemerintah Kabupaten Kota untuk program Penyehatan Lingkungan sangat kurang , bahkan ada beberapa Kabupaten dananya tidak ada ( Nol).

 Kualitas air minum perpipaan (PDAM) masih rendah berdasarkan hasil uji petik pemeriksaaan air PDAM th 2013 dari 570 sampel yang memenuhi syarat baru 69,05% sesuai dengan Permenkes 492 tahun 2010 yang mensyaratkan bakteri e-coli = 0, air DAM dari 228 sampel yang memenuhi syarat 76,32 %. Sedangkan target yang harus dicapai tahun 2015 adalah 90 %

 Komitmen bahwa semua PDAM Kabupaten/Kota menjadi air minum masih sulit untuk diwujudkan karena membutuhkan biaya yang sangat besar sedangkan untuk saat ini hampir seluruh PDAM Kab./Kota baru menghasilkan produk kualitas sebagai air bersih belum air siap minum

3. Penyehatan lingkungan

 Belum semua Kab./Kota mengadopsi program Kab./Kota Sehat

 Kabupaten/Kota yang telah mengadopsi program Kab./Kota Sehat tidak semua aktif

 Penyakit berbasis Lingkungan masih menjadi masalah utama penyakit yang ada dimasyarakat, dan belum semua Kab./Kota melakukan pendekatan klinik sanitasi.

 Belum semua TTU memenuhi syarat kesehatan

 Belum semua TPM memenuhi syarat kesehatan dan masih adanya keracunan makanan akibat pengelolaan makanan yang tidak hygienis

(13)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 42 4. Peningkatan Upaya Pengamanan Limbah Cair dan Padat

 Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

 Masih terbatasnya sarana pengolahan limbah yang layak terutama di lokasi industri rumah tangga.

 Masih terbatasnya kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota untuk menangani sektor pengawasan dampak kualitas lingkungan terhadap kesehatan, padahal pengawasan dampak kualitas lingkungan terhadap kesehatan menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/Kota.

 Sangat variatifnya kebijakan masing-masing daerah, mengakibatkan beberapa program Penyehatan Lingkungan seperti Pembinaan dan Pengawasan Kualitas Limbah Cair dan Padat Sarana Pelayanan Kesehatan tidak masuk program prioritas sehingga kegiatan ini terabaikan.

 Pengolahan limbah industri benlum menjadi prioritas program dari penyelenggara industri.

d.2Upaya Pemecahannya :

1. Pengembangan Sarana SAPL melalui Partisipatori

- Advokasi kebijakan dan anggaran untuk STBM secara berjenjang dan berkesinambungan.

- Peningkatan kapasitas fasilitator pemicuan melalui workshop, training, pendampingan,refresh pemicuan.

- Membuat rencana kerja yang terintegrasi secara berjenjang.

- Melibatkan sumber dana lain untuk kegiatan STBM ( CSR, Lembaga Donor, Project Lainnya).

- Monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan yang melibatkan semua stakeholder

(14)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 43

2. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar

 Proporsi rumah tangga akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak upaya upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan :

1. Pembangunan /perbaikan sarana air minum,

2. Pemeriksaan kualitas air minum perpipaan (PDAM) maupun non perpipaan

3. Mendorong Pemerintah Kab/kota untuk mengaktifkan kembali Laboratorium kesehatan Daerah,

4. Melatih SDM yang berkualitas yang dapat mendukung pelakasanaan pemeriksaan air.

5. Mendorong penyediaan Water test Kit untuk kemudahan pemeriksaan kualitas air di Lapangan

3.Penyehatan lingkungan

 Memfasilitasi Kab./Kota untuk terbentuknya/mengadopsi Program Kab./Kota Sehat

 Sosialisasi Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan kepada semua masyarakat pengelola TPM dengan pemanfaatan CTPS dan PHBS

4. Peningkatan Upaya Pengamanan Limbah Cair dan Padat

e.Penghargaan Yang Pernah Diterima

Penghargaan Swasti Saba untuk 15 Kab./Kota yang telah mengadopsi dan mengikuti verifikasi (tahun 2013) program Kab./Kota Sehat dari Kementrian Kesehatan RI, dan 15 Kab/Kota mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Timur untuk tahun 2012

Secara umum sasaran Meningkatkan kualitas air bersih, sanitasi dasar, higiene sanitasi makanan minuman serta kualitas kesehatan lingkungan dan pengendalian faktor resiko dampak pencemaran lingkungan di masyarakat pada tahun 2013 : SANGAT BAIK.

(15)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 44 B.2. TUJUAN 2 :

Keberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

Tujuan: Keberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat agar mampu Menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dijabarkan ke dalam

Sasaran yaitu : Meningkatnya Pengetahuan dan Kesadaran untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Pemberdayaan Masyarakat melalui UKBM ke arah Kemandirian.

Sasaran: Meningkatnya Meningkatkan Pengetahuan dan Kesadaran untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Keberdayaan Masyarakat melalui UKBM ke arah Kemandirian.,

dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut : a. . Persentase RT ber- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

b. Persentase Posyandu dengan Strata Purnama Mandiri (PURI) b. Persentase Desa Siaga Aktif

.Tabel 3.2. TUJUAN 2 dan SASARAN 2.1.

TUJUAN 2 SASARAN 2.1.

Keberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat agar mampu Menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta

Berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

Meningkatnya Pengetahuan dan Kesadaran untuk

Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta

Keberdayaan Masyarakat melalui UKBM ke arah Kemandirian.

(16)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 45 Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini

disajikan dalam Tabel 3.3. sebagai berikut :

TABEL : 3.3. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Pengetahuan dan Kesadaran untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Keberdayaan Masyarakat melalui UKBM ke arah

Kemandirian.

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISA

SI (%)

1 2 3 4 5

1 Persentase RT ber PHBS 65 % 47,48 % 73,04

2 Persentase Posyandu dengan Strata Purnama Mandiri (PURI)

50 % 62,73 % 124,7

3 Persentase Desa Siaga Aktif 70 % 96,4% 137.7

Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran 111,8 KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK

(17)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 46 Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan,

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

a. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ini didukung oleh 3 (tiga) kegiatan yaitu:

a.1. Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat a.2. Pengembangan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat) a.3. Pengembangan Posyandu dan Desa Siaga

b. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan pagu sebesar Rp. 5.684.926.500,00 terealisasi sebesar 91.15%, atau Rp. 5.181.597.847,00 secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom (Evaluasi Internal UKGP3)

c. Hasil / Outcome Pelaksanaan Pembangunan

Promosi Kesehatan merupakan kegiatan promotif dan preventif disamping sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga mewujudkan kemandirian masyarakat dengan memberdayakan dan menggerakkan masyarakat melalui pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Msyarakat (UKBM) yaitu utamanya Posyandu, Poskestren dan Saka Bakti Husada. Sebagai bentuk nyata masyarakat yang mandiri dalam masalah kesehatannya yaitu terbentuknya Desa/Kelurahan Siaga.

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dimaksudkan untuk merubah perilaku dan memandirikan masyarakat dengan berPHBS dan pengembangan UKBM. Sasarannya adalah ; individu, Keluarga dan masyarakat.

Pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, capaian Posyandu Purnama Mandiri terus meningkat. Posyandu PURI sebanyak 22.930 (52,68%) pada

(18)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 47 tahun 2011 menjadi 24.040 (56,79%) pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 27.680 (60,28%) tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif jumlah posyandu sudah memenuhi target, sehingga arah/upaya berikutnya adalah peningkatan kualitas posyandu dengan cara meningkatkan layanan terhadap sasarannya.

Desa Siaga Aktif dimaksudkan untuk percepatanterwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli, tanggap, dan mampu mengenali, mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkat. Secara kuantitatif capaian Desa Siaga Aktif mulai tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 sebanyak 5.060 desa (59,97%), tahun 2010 sebanyak 5.103 desa (60,15%), tahun 2011 sebanyak 6.842 desa (80,53%), tahun 2012 sebanyak 7.635 desa (89,77%) dan tahun 2013 sebanyak 8.113 desa (95,4%). Namun Desa Siaga Aktif ini masih didominasi aktif “Tumbuh” sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya.

Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program sebagai berikut:

(19)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 48 Tabel 3.1

Hasil Capaian Kinerja Program Promosi Kesehatan 2009 – 2013

Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program

Sat 2009 2010 2011 2012 2013 Tersusunnya

pengembangan Media Promosi & Informasi Sadar Hidup Sehat sesuai target Kab 100 100 100 100 100 Persentase Kab/Kota menyusun profil kegiatan promkes & pengembangan UKBM sesuai pedoman % 100 100 100 100 100 Persentase Posyandu berstrata PURI di semua Kab/Kota % 43,3 43,3 52,68 56,79 60,28 Persentase Desa Siaga pada tahap Tumbuh, Kembang dan Paripurna % 59,97 60,15 80,53 76,33 95,4 Persentase Pondok pesantren dengan Poskestren sesuai standard % 15,36 17,32 19,12 20,18 19,38 Persentase Kecamatan yang membentuk & membina Kwarran SBH % 41,08 42,30 43,05 44 46,56

(20)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 49 Sumber : Data Kegiatan Program Promosi Kesehatan , 2013

d.Permasalahan dan Upaya Pemecahanya

d.1.Permasalahan

d.1.1.Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat. 1. Inventarisasi program yang akan dipromosikan sudah berjalan

tetapi belum optimal.

2. Prosedur perencanaan dimana semua kegiatan media berada, didalam satu nomer rekening sehingga kegiatan tidak sesuai segmentasi sasaran, media dan waktu yang direncanakan.

d.1.2 Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).

1. Pada pelatihan Kader/Santri Husada tidak semua Pondok

Pesantren menindak lanjuti dengan membentuk Poskestren sesuai standar.

2. Kurangnya Koordinasi Lintas Sektor khususnya dengan Kementrian Agama dalam pembinaan Poskestren.

‐ 10,000  20,000  30,000  40,000  50,000  60,000  70,000  80,000  90,000  100,000  2012 2011 2010 2009

(21)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 50 3. Masih kurangnya pemahaman materi – materi program oleh

pembina dalam kegiatan Saka Bakti Husada (SBH), sehingga Saka Bakti Husada belum menjadi kebutuhan program di

Kabupaten/Kota.

d.1.3.Pengembangan Posyandu dan Desa Siaga

1. Peran dan fungsi Tim Pokjanal Posyandu dan Tim Pokjanal Desa Siaga Aktif belum optimal.

2. Pembinaan dalam bentuk monitoring dan evaluasi terpadu yang dilaksanakan oleh Tim Pokjanal Posyandu belum terkoordinasi dengan baik.

3. Kurangnya sosialisasi Desa Siaga Aktif di media massa.

d.2.Upaya Pemecahan Permasalahan

d.2.1.Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat. 1. Mengoptimalkan inventarisasi semua substansi program yang

akan dipromosikan.

2. Membuat alokasi kegiatan yang lebih flexible untuk waktu pelaksanaan.

3. Perencanaan untuk media akan melekat dalam kegiatan

d.2.2 Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).

1. Pendataan yang lebih optimal terkait kegiatan Mapping UKBM & Promosi Kesehatan.

2. Diberikan bantuan transport untuk Kader/Santri Husada dalam proses pembentukan Poskestren yaitu kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) dengan pendampingan dari Dinkes Kab/Kota & Puskesmas melalui APBD tahun depan.

(22)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 51 3. Meningkatkan koordinasi baik Lintas Program maaupun Lintas

Sektor dalam pembinaan program Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat.

4. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi Saka Bakti Husada yang lebih intensif.

5. Meningkatkan upaya pembinaan terhadap Pangkalan Satuan Karya Bakti Husada oleh Pimpinan Saka Bakti Husada dengan memberikan motivasi dan reward melalui penilaian / seleksi terhadap pangkalan Saka Bakti Husada Berprestasi yang berkesinambungan.

d.2.3.Pengembangan Posyandu dan Desa Siaga

1. Pelaksanaan monev terpadu Tim Pokjanal Posyandu secara berkala dibawah Koordinasi Bapemas.

2. Meningkatkan promosi Desa Siaga Aktif di media massa pada tahun 2014.

Secara umum pencapaian target sasaran Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat kearah kemandirian pada tahun 2013 telah tercapai dengan : SANGAT BAIK,

(23)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 52 B.3. TUJUAN 3 :

Meningkatnya Akses , Pemerataan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan Jaringannya

Untuk mewujudkan tujuan ”Meningkatnya akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya”, maka ditetapkan sasaran:

3.1 Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja,lanjut usia, kesehatan reproduksi, serta kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, balai kesehatan serta pelayanan kesehatan penunjang dengan indikator sasaran :

a. Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup b. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup

c. Persentase cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap (%) d. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes)

e. Persentase Cakupan Kunjungan Bayi (%)

f. Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) (%) g. Persentase capaian peserta KB Aktif

h. Persentase Puskesmas yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap Standar

i. Persen Puskesmas Rawat Inap yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap PLUS

j. Persentase Puskesmas PONED sesuai standar k. Persentase Pustu yang menjadi Pustu Layani Gawat Darurat dan observasi

l. Persentase Polindes yang berkembang menjadi Ponkesdes sesuai standar

(24)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 53 3.2) Meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dengan

kemampuan pelayanan kesehatan gawat darurat yang bisa diakses masyarakat dan prasarana kesehatan di rumah sakit, rumah sakit khusus, dan balai kesehatan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran:

c. Persentase Rumah Sakit Pemerintah menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) sesuai standar

d. Persentase Rumah Sakit yang Terakreditasi 5 pelayanan dasar

Tabel 3.4. TUJUAN 3 dan SASARAN 3.1

TUJUAN 3 SASARAN 3.1

Meningkatnys Akses , Pemerataan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan Jaringannya

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja,lanjut usia, kesehatan reproduksi, kesehatan dasar di

Puskesmas dan jaringannya, balai kesehatan serta

pelayanan kesehatan

Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.5. sebagai berikut :

TABEL : 3.5. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja,lanjut usia, kesehatan reproduksi,

kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, balai kesehatan serta pelayanan kesehatan.

(25)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 54

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI (%)

1 2 3 4 5

1 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup

23 25,95 88,6

2 Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup 102 97,43 95,5 3 Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap 84% 97,06% 115,5 4 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Linakes)

90% 92,08%

102,3

5 Cakupan Kunjungan Bayi 65% 94,88% 145,9 6 Cakupan Kunjungan Ibu

Hamil K4

70% 87,27% 124,6

7 Persentase Capaian Peserta KB Aktif

>50% 96,4% 132,04

Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran 114,92 KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK

(26)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 55

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISA

SI (%)

1 2 3 4 5

8 Persentase Puskesmas yang menjadi Puskesmas Standar

24% 22,22% 92,5

9 Persentase Puskesmas Rawat Inap yang menjadi Puskesmas Rawat Inap PLUS

24% 12,7% 52,91

10 Persentase Pustu yang menjadi Pustu Layani Gawat Darurat dan Observasi

10% 7,7% 77

11 Persentase Polindes yang berkembang menjadi Ponkesdes

78% 55,79% 71,52

Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran 73,4 KATEGORI PENILAIAN : BAIK

Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan, PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) (Pada Seksi Pelayanan Kesehatan Keluarga/Kesga)

Capaian kinerja program Upaya Kesehatan Masyarakat pada Seksi Pelayanan Kesehatan Keluarga adalah sebagai berikut :

(27)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 56 Tabel

Capaian kinerja Program Peningkatan kesehatan anak remaja dan usila

Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program

Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 Kab/Kota dengan minimal 2

Puskesmas mampu tata laksana penanganan KtP/A

Jumlah

Kab/Kota 33 35 37 38 19

Kab/Kota dengan minimal 8 %

Puskesmas Santun Lansia Jumlah Kab/Kota 30 35 37 38 28 % Kab/Kota melaksanakan

penjaringan kesehatan % 100 100 100 100 100

% Kab/Kota melaksanakan penjaringan kesehatan SD/MI kelas 1 minimal 95 %

% 100 100 100 100 86.84

Kab/Kota dengan minimal 4 Puskesmas mampu tata laksana PKPR

% 34 36 37 38 94.74

Sumber : Data Kegiatan Program UKM Seksi Yankesga, 2013

Tabel

Capaian kinerja Program Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita dan anak pra sekolah

Indikator Kinerja Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

% Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) % 92,96 95,04 95,95 97,13 94.4 % Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN Lengkap ) % 93,80 94,93 95,82 95,70 88,9

Sumber : Data Kegiatan Program UKM Seksi Yankesga, 2013

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ( PN ) merupakan indikator terpilih untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan ibu. Peningkatan cakupan PN akan menyebabkan menurunnya Angka Kematian Ibu.

Kunjungan Neonatal lengkap merupakan indikator terpilih untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan anak khususnya bayi. Risiko terbesar terjadinya

(28)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 57 kematian bayi adalahpada masa neonatal. Dengan cakupan neonatal yang tinggi diharapkan akan diikuti dengan penurunan Angka Kematian Bayi.

Tabel

Capaian kinerja Program Peningkatan mutu pelayanan kesehatan reproduksi dan KB

Indikator Kinerja Satuan 2009 2010 2011 2012 2013. % Cakupan KB Aktif % 65 66 68 69,7 71,91

Kab/Kota dengan minimal 2 Puskesmas

mampu tata laksana penanganan KtP/A Jumlah Kab/Kot a 33 35 37 38 38 % Kab/Kota melakukan konseling atau penyuluhan PMTCT pada ibu hamil yang ANC

Kabu pate n/ Kota

100 100 100 100 100

Sumber : Data Kegiatan Program UKM Seksi Yankesga, 2013

Program Peningkatan mutu pelayanan kesehatan reproduksi dan KB dimaksudkan untuk mengoptimalkan fungsi reproduksi pada pasangan usia subur. Cakupan KB aktif menunjukkan pengaturan jarak kehamilan sehingga menjadi kehamilan yang aman dengan tetap memperhatikan fungsi reproduksi, menunda terjadinya kehamilan pada pasangan dengan usia dibawah 20 tahun dan mencegah terjadinya kehamilan pada pasangan diatas 35 tahun.

Tata laksana penanganan KtP/A ditunjukan untuk memberikan perlindungan terhadap perempuan dan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, serta kesetaraan gender. Konseling PMTCT pada ibu hamil yang ANC bertujuan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani kasus infeksi menular seksual khususnya HIV/AIDS pada ibu hamil dan pasangan.

Ditinjau dari realisasi keuangan bahwa pogram ini didukung oleh 3 (tiga) kegiatan dengan anggaran sebesar Rp 2.580.000.000,- dengan kegiatan meliputi :: Peningkatan kesehatan anak, remaja dan usila ; Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita dan anak pra sekolah ; Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Secara rinci realisasi per

(29)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 58 kegiatan yang terdiri dari realisasi anggaran dan capaian ukuran keberhasilan dapat diilihat pada Lampiran matriks 16 kolom (Evaluasi Internal UKGP3).

Secara umum pencapaian target sasaran Meningkatkan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi , Anak, Remaja dan Lanjut Usia serta Kesehatan Reproduksi pada tahun 2013 telah tercapai dengan SANGAT BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013.

PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

(Pada Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Penunjang/Yankesdaspen)

Capaian kinerja program Upaya Kesehatan Masyarakat pada Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Penunjang adalah sebagai berikut :

Program Upaya Kesehatan Masyarakat dengan pagu sebesar Rp. 6.363.312.500,00 terealisasi sebesar 92.39%, atau Rp. 5.879.274.608,00 secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom

Hasil Pelaksanaan Program

Program Upaya Kesehatan masyarakat dimaksudkan untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan sesuai kapabilitas, kompetensi, dan mutu seluruh Puskesmas dan jaringannya. Dalam rangka menyiapkan dan meningkatkan kualitas sumberdaya Puskesmas, dan jaringannya baik berupa sarana, prasarana, ketrampilan Sumberdaya manusia, dan Penyusunan Standar Puskesmas Rawat Inap Plus, Puskesmas Rawat Inap Standar, Pustu yang mampu melayani kegawatdaruratan dan observasi di Jawa Timur.

Upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, maka harus meningkatkan faktor kepuasan, dan Trust (kepercayaan masyarakat) agar loyalitas pasien terhadap Puskesmas meningkat. Selain daripada itu, kerjasama

(30)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 59 Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur bersama-sama sharing dalam program Icon Gubernur. Pendekatan layanan kesehatan berupa Ponkesdes, Puskesmas Plus, Puskesmas Standar, dan Puskesmas Gadar dan Observasi ditingkatkan dalam kualitas dan kuantitasnya, agar upaya promotif lebih berkembang. Hal ini menyebabkan meningkatnya Puskesmas Rawat Inap Plus, Puskesmas Rawat Inap Standar dan Pustu Gadar dan Observasi diharapkan akan mempermudah dimonitor kegiatannya dalam memenuhi persyaratan operasional dan pemenuhan SDM yang berkompeten. Dengan demikian, dapat meminimasi rujukan ke tempat lain, dan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan secara bermutu dan sesuai dengan masing-masing Standar

Tabel 2.1. Capaian Kinerja Tahun 2009 - 2013 Indikator

Kinerja 2009 Capaian Kinerja Program target 2009 Capaia n 2010 targe t 2010 capaia n 2011 targe t 2011 capaia n 201 2 Targ et 2012 capai an 2013 Targ et 2013 capaia n Prosentase Puskesmas yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap Standar 10% 0% 15% 20% 25% 40% 35% 48% 40% 49% Prosentase Puskesmas yang melaksanaka n pelayanan PONED 10% 99% 20% 110% 25% 105% 35% 143 % 40% 125% Prosentase Puskesmas mempunyai UGD 24 jam 15% 100% 20% 100% 30% 100% 40% 100 % 50% 100% Prosentase Puskesmas terlayani mobil bengkel servis alat kesehatan 5% 146% 10% 73% 10% 76% 15% 40% 20% 10% Prosentase Unit transfusi darah (UTD) memenuhi standar mutu 5% 95% 10% 96% 10% 99% 15% 95% 20% 108%

(31)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 60 Prosentase Keluhan masyarakat miskin berobat gratis di puskesmas tertangani 50% 100% 60% 100% 70% 100% 75% 100 % 80% 100% Prosentase Puskesmas di daerah tertinggal dan terpencil melakukan pembinaan keluarga rawan 5% 100% 10% 100% 20% 100% 30% 100 % 40% 100% Posentase Puskesmas Kab/Kota menerapkan sistem keuangan di Puskesmas berdasarkan kapitasi berbasis kinerja 0% 0% 5% 0% 10% 0% 15% 0% 20% 0% Prosentase Kab/Kota menerapkan standar pelayanan minimal berdasarkan Citizens Charter atau kontrak pelayanan 10% 0% 15% 0% 20% 0% 25% 0% 30 0% Prosentase Puskesmas Rawat Inap yang ada menjadi Puskesmas Plus 5% 0% 10% 20% 15% 41% 20% 46% 25% 41% Prosentase Puskesmas pembantu yang ada menjadi Puskesmas pembantu layani Gawat Darurat dan Observasi 2% 0% 4% 111% 6% 142% 8% 90% 10% 88% % Polindes 0% 0% 20% 139% 30% 134% 40% 123 50% 112%

(32)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 61 yang berkembang menjadi Ponkesdes %

Sumber : Data Program UKM Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, 2013

Capaian kinerja program Upaya Kesehatan Masyarakat pada Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar selama tahun 2009 – 2013

1. Puskesmas Standar adalah program Icon yang sangat penting, untuk mendorong lebih meningkatkan pelayanan Puskesmas lebih baik. Jumlah di tahun 2009 masih 0, tahun 2010 menjadi 10 (20%), tahun 2011 sebanyak 29 (40%), tahun 2012 berjumlah 58 (48%), dan tahun 2013 sejumlah 83 (49%). Meskipun terjadi peningkatan capaian dari target tiap tahun, tetapi masih jauh dari harapan dikarenakan APBD yang terbatas. Puskesmas standar hanya nama (brand) bukan berarti semua Puskesmas tidak memenuhi standar.

2. Puskesmas PONED berjumlah 49 pada tahun 2009 (100%), 96 pada tahun 2010 (100%), 122 pada tahun 2011 (100%), 248 pada tahun 2012 (143%) pada tahun 2013 (124%) 247. Puskesmas PONED ini diharapkan bisa melayani pasien yang melahirkan dengan selamat, sehingga dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). 3. Puskesmas dengan UGD 24 jam mencapai 100% setiap tahun, karena

semua pelayanan puskesmas perawatan dilengkapi UGD 24 jam.

4. Pelayanan bengkel alkes yang melayani ke Puskesmas di Kabupaten dan Kota, sangat bermanfaat bagi puskesmas, dan efisiensi terhadap pengadaan alat dalam upaya perbaikan terus menerus. Di tahun 2009 melayani sebanyak 24 puskesmas (70%), 47 Puskesmas 2010 (70%), 47 tahun 2011(36%), 57 tahun 2012 (40%), dan sebanyak 16 di tahun 2013 (10%). Anggaran untuk Alat Kesehatan belum optimal, sehingga belum mampu meningkatkan kinerja program ini.

5. Mutu pelayanan di Unit transfusi darah sangat berperan dalam menurunkan AKI dan AKB. UTD sesuai standar mutu di Kabupaten Kota sebesar 2 (95%) pada tahun 2009, 4 (96%) pada tahun 2010, 5 (99%) pada tahun 2011, 6

(33)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 62 (95%) pada tahun 2012,8 (108%) pada tahun 2013. Persoalan banyaknya angka reaktif pada penyakit HIV, Hepatitis, dan Syphilis pada pedonor, diharapkan kajian agar organisasi dibawah PMI ini dapat diubah menjadi milik Pemerintah, sehingga dapat ditingkatkan sarana, SDM, dan teknik pemeriksaannya.

6. Peningkatan pelayanan kesehatan miskin, dan terpencil melakukan pembinaan keluarga rawan di Kabupaten Sampang, Pamekasan, Bangkalan, Bondowosa, Situbondo, Sumenep, Probolinggo, Banyuwangi, Pacitan, Ponorogo, Gresik. Hal ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di tahun 2009, 2010,2011,2012, 2013 masing- masing sebesar 100%. Perawatan Kesehatan Masyarakat yang berbentuk kunjungan pada keluarga, juga dapat meningkatkan upaya promosi kesehatan, yang diharapkan bisa mengefisiensikan biaya kesehatan yang akan datang.

7. Keluhan masyarakat miskin berobat di Puskesmas tertangani sebesar 100% masing-masing di tahun 2009 (946), 2010 (950), 2011 (952), 2012 (957), 2013 (960). Pada seluruh Puskesmas diberlakukan gratis bagi masyarakat miskin di seluruh Puskesmas.

8. Pada Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 program Puskesmas Kab/Kota menerapkan sistem keuangan di Puskesmas berdasarkan kapitasi berbasis kinerja, tidak bisa dilaksanakan. Hal ini terjadi, dikarenakan rata-rata di Kabupaten Kota mengetrapkan pelayanan gratis di Puskesmas.

9. Kab/Kota menerapkan standar pelayanan minimal berdasarkan Citizens Charter atau kontrak pelayanan juga tidak dapat dilaksanakan pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, diakibatkan kebijakan yang sama seperti di atas.

10. Puskesmas Rawat Inap yang ada menjadi Puskesmas Plus, pada tahun 2009 sebanyak 0%, 2010 sebanyak 10 (20%), 2011 sebanyak 30 (41%) , 2012 sebanyak 45(46%) , 2013 sebanyak 50 (41%) dalam proses.

11. Prosentase Puskesmas pembantu yang ada menjadi Puskesmas pembantu layani Gawat Darurat dan Observasi pada tahun 2009 sebesar 0, 2010 sebesar 50 (111%), 2011 sebesar 130 (142%), 2012 sebesar 165 (90%),

(34)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 63 2013 sebanyak 200 (88%) dalam proses. Puskesmas ini kebanyakan di area jalan raya, agar bisa memberikan penanganan kegawatdaruratan yang tinggi angkanya.

12. Rekruitmen perawat pada tahun 2010 sebanyak 1608 yang ditugaskan pada 1608 Ponkesdes ( 139%), 2011 sebanyak 2334 (134%), 2012 sebanyak 2846 ( 123%), 2013 sebanyak 3222 (112%). Ponkesdes ini penting keberadaannya dalam promosi kesehatan, lingkungan, dan tindakan prefentif, tetapi belum ada kebijakan bagaimana nasib perawat selanjutnya. Oleh sebab itu, besar harapan Para perawat yang ada untuk ditingkatkan kesejahteraannya dengan mengangkatnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

13. Pembekalan pada 390 pada perawat yang akan bertugas di Ponkesdes dan penempatan alkes dan mebeleir di Ponkesdes Sasaran Seluruh Ponkesdes Kabupaten dan Kotamadya di wilayah Jawa timur

Secara umum pencapaian target sasaran Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas dan Jaringannya serta Pelayanan Kesehatan Penunjang. pada tahun 2013 telah tercapai dengan BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013.

c.Sasaran: Meningkatnya Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat yang Bisa Diakses Masyarakat dan Prasarana Kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut : 1. Persentase Rumah Sakit yang Menyelenggarakan PONEK

(35)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 64 Tabel 3.8. TUJUAN 3 dan SASARAN 3

TUJUAN 3 SASARAN 3.3.

Meningkatnya Akses , Pemerataan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan Jaringannya

Meningkatnya Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat yang Bisa Diakses Masyarakat dan Prasarana Kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan

Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.9. sebagai berikut :

TABEL : 3.9. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat yang Bisa Diakses Masyarakat dan Prasarana Kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan

.

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISA

SI (%)

1 2 3 4 5

1 Persentase Rumah Sakit yang menyelenggarakan PONEK

75% 71% 96

2 Persentase Rumah Sakit yang Terakreditasi 5

(36)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 65 Pelayanan Dasar

Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran 110,5 KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK

Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan,

PROGRAM UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP)

Program Upaya Kesehatan Perorangan ini didukung oleh 3 (tiga) kegiatan yaitu: a.1. Pelayanan bagi penduduk miskin di Rumah Sakit dan atau rumah sakit

Khusus, serta pengembangan kesehatan rujukan a.2. Peningkatan Kualitas Pelayanan di RS

a.3. Peningkatan pelayanan kesehatan penunjang dan kegawatdaruratan di RSU dan RS khusus

Program Upaya Kesehatan Perorangan dengan pagu sebesar Rp. 2.087.431.800,- terealisasi sebesar 90.73% atau Rp. 1.893.934.930,- secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom

Hasil Pelaksanaan Pembangunan

1. Pelayanan Bagi Penduduk Miskin di RS dan atau RS Khusus serta Pengembangan Kesehatan Rujukan.

Bahwa dalam kinerja program didapatkan upaya – upaya yang dilakukan dalam menghadapi pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yaitu Tersusunnya model perencanaan perawatan pasien di RS (Clinical

(37)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 66 Pathway), tersusunnya instrumen pengukuran kepuasan pasien maskin di RS serta buku pedoman sistem rujukan berdasarkan indikasi medis. Clinical Pathway yang merupakan konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu di rumah sakit. Pada Tahun 2012 semua 55 RS Pemerintah sudah tersosialisasi terkait clinical pathway tetapi baru 9 RS di Provinsi Jawa Timur yang difasilitasi untuk menyusun Clinical Pathways. Kemudian pada tahun 2013 dilakukan juga kegiatan pelatihan di 3 RS Pemerintah dalam rangka penyusunan Clinical Pathway. Adapun RS Pemerintah tersebut yaitu RS Kab. Kediri, RS Paru Surabaya, dan RS Kusta Kediri. Sejak tahun 2012 telah tersusun Buku Pedoman Sistem Rujukan berbasis Indikasi Medis yaitu penyelenggaraan pelayanaan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayaan kesehatan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal yang didasarkan pada kemampuan medis rumah sakit yang dalam penyusunannya telah melibatkan Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas, Dinas Kesehatan dan IDI dan Organisasi Profesi dari masing-masing pelayanan. Pedoman ini mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional mengamanatkan tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas yang dilaksanakan dengan memperhatikan inovasi dan terobosan dalam penyelengaraannya yang berkesinambungan, terus menerus, terpadu dan paripurna melalui penguatan sistem rujukan.

2 Peningkatan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit

Berdasarkan ukuran keberhasilan yang sudah ditetapkan yaitu terlaksananya pembinaan peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Pemerintah dengan melihat pelaksanaan akreditasi di Rumah Sakit Pemerintah. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali. Akreditasi RS dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun luar negeri berdasarkan standar

(38)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 67 akreditasi yang berlaku dan ditetapkan oleh Menteri, sesuai yang diamanatkan pada UU RS No 44 Tahun 2009 pasal 40. Akreditasi RS saat ini dilakukan oleh KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) dengan pembagian penilaian akreditasi RS meliputi Akreditasi RS 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan. Pada pertengahan 2012 adalah batas akhir penilaian akreditasi versi tahun 2007 yang selanjutnya instrumen akreditasi menggunakan akreditasi yang baru sesuai Keputusan Dirjen Bina Upaya Kesheatan Kemenkes RI Nomor : HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi RS. Jumlah RS pemerintah yang terakreditasi pada tahun 2012 sebanyak 58 RS (95 %) pada tahun 2013 tetap 58 RS (88 %), terjadi penurunan persentase capaian rumah sakit yang telah terakreditasi dikarenakan adanya penambahan rumah sakit pada tahun 2013 dan tidak ada penambahan jumlah RS yang terakreditasi karena adanya perubahan versi 2007 ke versi baru. Indikator Renstra pada tahun 2013 adalah 70 %. Sehingga persentase pencapaian sasaran adalah 127 %. Pencapaian ini telah didukung oleh Dana APBD Provinsi Jatim dengan Berbagai kegiatan terkait peningkatan pencapaian indikator renstra untuk akreditasi RS antara lain :

a. Workshop Akreditasi RS 5 Pelayanan bagi RSU dan RSK, dengan tujuan agar RS dapat membuat dokumen sesuai standart dan parameter penilaian akreditasi RS, sasaran adalah RS Pemerintah yang belum terakreditasi

(39)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 68 Sumber : Data Program UKP, 2013

Gambar 5.1. Capaian Akreditasi RS Pemerintah di Jawa Timur Tahun 2013

Berdasarkan gambar 5.1 diatas, menunjukkan tahun 2013 tidak ada perubahan rumah sakit pemerintah yang terakreditasi 5 pelayanan dasar karena adanya perubahan versi akreditasi dari versi 2007 ke versi baru karena adanya perubahan versi akreditasi.

Akreditasi RS dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku dan ditetapkan oleh Menteri, sesuai yang diamanatkan pada UU RS No 44 Tahun 2009 pasal 40. Akreditasi RS saat ini dilakukan oleh KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) dengan pembagian penilaian akreditasi RS meliputi Akreditasi RS 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan. Pada pertengahan 2012 adalah batas akhir penilaian akreditasi versi tahun 2007 yang selanjutnya instrumen akreditasi menggunakan akreditasi versi baru.

88% 12%

Akreditasi RS Pemerintah Tahun 

2013

(40)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 69 Sumber : Data Program UKP, 2013

Gambar 5.2 Capaian Akreditasi Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur

Tahun 2010- 2013

Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan capaian akreditasi rumah sakit di Jawa Timur sebanyak 66,38% dengan menggunakan instrument penilaian akreditasi versi 2007. Hingga tahun 2013 terdapat 33,61% Rumah Sakit yang belum terakreditasi dan terbanyak RS Swasta (89,91%). RSU pemerintah yang belum terakreditasi terdapat 5 RSU Pemerintah (RS Ngimbang RS Besuki Situbondo, RSUD Lawang, RSUD Ploso, RS Universitas Airlangga)

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi RS dimana disebutkan pada pasal 3 bahwa RS wajib mengikuti akreditasi nasional, dan pada pasal 4 untuk dalam upaya meningkatkan daya saing, RS dapat mengikuti akreditasi internasional sesuai kemampuan. Sampai pada Oktober 2013 RS di Jawa Timur yang sudah terakreditasi nasional adalah 2 (dua) RS swasta yaitu RS Panti Nirmala dan RS Khusus Mata Undaan dan RS yang terakreditasi internasional adalah RS Premier Surabaya.

Pencapaian target indikator Rumah Sakit Pemerintah menyelenggarakan Program Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam. 87,03%RS Mampu PONEK 24 jam adalah RS yang mampu menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan

36 22 55 8 58 7 58 8 8 18 21 7 24 3 24 3 9 3 11 1 12 1 12 1 36 174 73 151 141 98 141 107

Sudah Belum Sudah Belum sudah Belum sudah Belum Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

(41)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 70 terintegrasi 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, yang dapat terukur malalui Penilaian Kinerja Manjemen dan Penilaian Kinerja Klinis dan Buku Paket Pelatihan PONEK Protokol bagi Tenaga Pelaksana .

Masih terdapat 8 RSUD yang masih belum terlatih PONEK yaitu: RSUD Dr R Soedarsono Pasuruan, RSUD RA Basuni Mojokerto, RSUD Kertosono, RSUD Ngimbang, RSUD Lawang, RSUD Dolopo, RSUD Ploso Jombang dan RSUD Besuki Situbondo.

Keterbatasan SDM spesialistik khususnya dokter spesialis obgyn dan dokter spesialis anak yang full timer masih menjadi permasalahan RS Pemerintah belum mampu PONEK 24 jam.

3.Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penunjang dan Kegawatdaruratan di RS dan RS Khusus

Jumlah RS yang melaksanakan gawat darurat level 1 sesuai standar : indikator renstra Tahun 2013 : 90 % Gadar Level I adalah standar minimal untuk RS Kelas D (Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor : 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS. Pada Tahun 2013, Dari 64 RSU yang sudah melaksanakan gawat darurat level 1 sesuai standar sebanyak 60 RS (93,75%) ini berarti target terpenuhi 100%. Yang belum memenuhi standart IGD level I adalah RSUD Ploso Jombang,RSUD Besuki Situbondo,RSUD Ngimbang, RSUD Lawang khususnya terkait standarisasi SDM di IGD yang harus terlatih kegawatdaruratan. (Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Nomor : YM.01/II/1936/2011, tanggal 20 Juli 2011 dinyatakan bahwa Standart Kompetensi Minimal bagi dokter yang bekerja di IGD harus sudah mengkuti pelatihan GELS/PPGD) .

(42)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 71

Permasalahan dan upaya pemecahannya

1. Adanya UU RS No.44 Tahun 2009 masih diperlukan peraturan teknis diantaranya dalam bentuk Peraturan Permerintah, Kepres, Permenkes, Kepmenkes, Perda Kab/Kota dan Perda Provinsi sebagai pendukung pelaksanaan peraturan perundangan ini. Untuk itu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berinisiatif memberi masukan kepada pihak-pihak terkait agar peraturan teknis yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan UU RS bisa segera diterbitkan.

2. Berdasarkan UU RS No. 44 Tahun 2009 yang dijelaskan dalam Permenkes RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi RS disebutkan bahwa Peran Dinas Kesehatan Provinsi adalah memberikan Rekomendasi Penetapan Kelas. Untuk RS Pemerintah sebanyak 58 RS sebelumnya sudah ditetapkan klasifikasinya oleh Kemenkes RI, dan terkait RS TNI/POLRI/BUMN dan Swasta yang belum terklasifikasi sampai saat ini masih dalam proses klasifikasi karena yang menetapkan kelas RS adalah Kementerian Kesehatan RI. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur akan mengadvokasi kepada Kementerian Kesehatan RI untuk memprioritaskan penetapan kelas Rumah Sakit di Jawa Timur mengingat jumlah RS di Jawa Timur termasuk terbanyak di Indonesia.

3. Dengan standar akreditasi baru yang diberlakukan mulai tahun 2012, maka maka rumah sakit harus menata ulang standarnya karena pada standar akreditasi baru ada 4 (empat) kelompok standar yaitu : Kelompok standar berfokus pada pasien, Kelompok standar manajemen rumah sakit, Kelompok sasaran keselamatan pasien, Kelompok sasaran menuju Milineum Development Goals.

4. Sistem Pelaporan RS masih belum berjalan optimal karena terkait pelaporan RS dari 344 RS Kab/Kota yang mengirimkan laporan tahunan ke Dinkes Provinsi Jatim sebanyak 257 RS.

(43)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 72 Secara umum pencapaian target sasaran Meningkatkan Jangkauan dan

Kualitas Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat yang Bisa Diakses Masyarakat dan Prasarana Kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan pada tahun 2013 telah tercapai dengan SANGAT BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013

.

B.4. TUJUAN 4 :

Meningkatnya Kesadaran Gizi Keluarga dalam Upaya Meningkatkan Status Gizi Masyarakat

Tujuan : Meningkatnya Kesadaran Gizi Keluarga dalam Upaya Meningkatkan Status Gizi Masyarakat dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu Meningkatnya Perbaikan Gizi Masyarakat

Sasaran: Meningkatnya Perbaikan Gizi Masyarakat ,dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut :

a. Persentase Balita yang dipantau Pertumbuhannya b. Prevalensi Balita Dengan Gizi Buruk

c. Prevalensi Balita dengan Gizi Kurang Tabel 3.10. TUJUAN 4 dan SASARAN 4

TUJUAN 4 SASARAN 4.1

Meningkatnya Kesadaran Gizi Keluarga Dalam Upaya

Meningkatkan Status Gizi Masyarakat

Meningkatnya Perbaikan Gizi Masyarakat

(44)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 73 Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.11. sebagai berikut :

TABEL : 3.11. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Perbaikan Gizi Masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISA

SI (%)

1 2 3 4 5

1 Partisipasi Balita Dipantau pertumbuhannya

75 % 74, 7 %

99,6 2 Prevalensi Balita Dengan

Gizi Buruk

3,6% 2.2%

>100 3 Prevalensi Balita dengan

Kurang Gizi

15% 12,1%

>100

Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran >100 KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK

Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan,

PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

a. Program Perbaikan Gizi Masyarakat oleh 5 (lima) kegiatan yaitu: a.1. Menyusun peta informasi masyarakat kurang gizi

a.2. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A dan Kekurangan Zat Gizi Mikro lainnya

a.3. Pemberdayaan masyarakat Untuk pencapaian keluarga sadar gizi a.4. Penyelidikan surveillans untuk kewaspadaan pangan dan gizi

a.5. Peningkatan pendidikan dan pengetahuan tentang penanganan masalah gizi

(45)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 74 b. Program Perbaikan Gizi Masyarakat dengan pagu sebesar Rp.

5.075.000.000,00 terealisasi sebesar 91.15% atau Rp.

5.181.597.847,00secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan

serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran

Matrik 16 Kolom.

c. Hasil Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat pada Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita serta usia produktif, dengan sasaran program tenaga pelaksana gizi Kab/Kota,ibu hamil, bayi dan balita serta usia produktif

Hasil pelaksanaan program/kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Upaya penanggulangan masalah gizi (KEP, anemia gizi, GAKY, KVA) dan

kekurangan zat gizi mikro lainnya di 38 Kabupaten/Kota

2. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian kadarzi di 38 Kabupaten/Kota 3. Penyelidikan surveilans untuk kewaspadaan pangan dan gizi

Adapun hasil pencapaian indikator kinerja seksi gizi pada tahun 2010 - 2012, seperti rincian tabel berikut :

(46)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 75 Tabel. 4.1.Hasil Pencapaian Indikator Kinerja Gizi

Tahun 2013

NO INDIKATOR PENCAPAIAN

2012 2013

1 Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100 % 100 % 2 Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif 66,1 % 70,3 % 3 Cakupan RT yg mengonsumsi garam beryodium - 86,9 % 4 Persentase Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 90,3 % 89,7 % 5 Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet 71,2 % 81,6 % 6 Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan

surveilans gizi 100% 100 %

7 Persentase balita ditimbang berat badannya 73,7% 72,0 % 8 Persentase Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk

daerah bencana 100% 100 %

Sumber : Data Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Pada tabel di atas, untuk 563 Balita gizi buruk sudah mendapat perawatan 100 % dan tertangani semua, penanggulangan kasus balita gizi buruk dilaksanakan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu bagi balita gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda komplikasi medis dilakukan penanganan rawat inap di Puskesmas Perawatan, Theurapeutic Feeding Centre (TFC) maupun Rumah Sakit. Sedangkan bagi balita gizi buruk tanpa komplikasi dilakukan melalui rawat jalan dengan pembinaan oleh petugas kesehatan dan kader Posyandu.

Cakupan bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif tahun 2013 sebesar 70,3% dari jumlah bayi diperiksa sebesar 461.440 dan yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 324.550 bayi, meskipun belum mencapai target nasional sebesar 75 % tetapi bila dibanding tahun 2012 persentase tahun 2013 meningkat sebanyak 4,2%, ini di tunjang dengan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat tentang ASI Eksklusif serta semakin tanggapnya tenaga pelaksana gizi di lapangan.

(47)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 76 Upaya terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif antara lain melalui :

- Pelatihan petugas kesehatan terkait dengan definisi operasional ASI eksklusif untuk mendukung pelaporan ASI eksklusif yang benar

- Pelatihan Konselor Menyusui - Pelatihan konselor MP-ASI - Peringatan Pekan ASI Sedunia

- Lomba standing banner ASI Eksklusif

- Peningkatan dukungan keluarga dan masyarakat melalui pembentukan Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)

- Lomba KP-ASI

- Sosialisasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif.

- Penyediaan ruang laktasi dalam rangka mendukung penjediaan fasilitas menyusui di tempat kerja maupun di pusat perbelanjaan, dan lain-lain.

Upaya penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dilakukan melalui pemanfaatan garam beriodium. Cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium di Jawa Timur tahun 2013 adalah sebesar 86,9 % dari sampel 112.701 kepala keluarga dan yang hasil uji garamnya cukup sebesar 97.965 sampel. Jika dibandingkan dengan target nasional tahun 2013 sebesar 85 % berarti telah mencapai target. Upaya peningkatan cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium dilakukan antara lain melalui : - Peningkatan koordinasi dengan petugas lintas program terkait

- Promosi Garam Beriodium melalui pengadaan sarana media penyuluhan - Sosialisasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 2010 tentang

Pedoman Penanggulangan GAKI di daerah, dan lain-lain.

Cakupan Balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A di Jawa Timur tahun 2013 adalah sebesar 89,6 % dari sasaran Balita 3.072.582 yang mendapatkan vitamin A sebanyak 2.753.846. Jika dibandingkan dengan capaian

(48)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 77 tahun 2012 sebesar 90,3% memang ada penurunan 0,7% ini disebabkan sarana vitamin A pada bulan Pebruari di beberapa Kabupaten /Kota ada kekurangan karena pengadaan vitamin A dari pusat belum selesai. Akan tetapi bila capaian tahun 2013 dibandingkan dengan target nasional tahun 2013 sebesar 83 % berarti telah mencapai target. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan balita yang mendapat kapsul vitamin A, antara lain melalui :

- Pelatihan manajemen kapsul vitamin A bagi petugas kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se Jawa Timur dan Puskesmas

- Pemenuhan kebutuhan kapsul vitamin A

- Pertemuan koordinasi penanggulangan Kurang Vitamin A bagi petugas lintas sektor Kabupaten/Kota se Jawa Timur

- Promosi pemberian kapsul vitamin A melalui pengadaan media/sarana penyuluhan, dan lain-lain.

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe (feros /tambah darah) 90 tablet di Jawa Timur tahun 2013 adalah sebesar 81,6 % dari jumlah ibu hamil sebanyak 679.460 orang yang mendapat Fe3 sebesar 554.139 orang. Jika dibandingkan dengan target nasional sebesar 93 persen berarti belum mencapai target. Masalah yang berkaitan dengan rendahnya cakupan ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet tambah darah tersebut antara lain berkaitan dengan belum optimalnya koordinasi dengan lintas program terkait, serta belum terlaporkannya dengan baik cakupan pemberian TTD pada ibu hamil. Upaya peningkatan cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah dilakukan antara lain melalui :

- Peningkatan koordinasi dengan petugas lintas program terkait

- Peningkatan pemahaman petugas kesehatan terkait dengan definisi operasional pemberian TTD

- Promosi TTD melalui pengadaan sarana media penyuluhan

- Penyediaan tablet tambah darah untuk ibu hamil bagi Kabupaten/ Kota se Jawa Timur, dan lain-lain.

(49)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 78 Surveilans gizi yang dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan ini adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang indicator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dari tahun 2012 sampai dengan 2013 rata-rata mencapai 100%, karena setiap Kab/Kota di Jawa Timur selalu melaksanakan surveilans gizi, sehingga pencapaiannya sebesar 100%.

Cakupan balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di Jawa Timur pada tahun 2013 adalah sebesar 72,2 % dari jumlah Balita sebesar 3.072.582 yang ditimbang sebanyak 2.217.533 Balita. Cakupan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan target nasional tahun 2013 sebesar 80 %. Rendahnya cakupan D/S tersebut antara lain berkaitan dengan ;

- Banyak berdirinya PAUD (pendidikan anak usia dini) yang mana ada PAUD yang belum terintegrasi dengan Posyandu

- Minimnya dana operasional dan kelengkapan sarana dan prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu

- Tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling masih kurang karena banyaknya kader baru (regenerasi)

- Tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat Posyandu masih rendah

- Pembinaan kader yang kurang sehingga perlu diadakan refresing kader / revitalisasi Posyandu.

Persentase Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana, mengingat penyediaan sarana ini yang mempunyai tanggung jawab adalah Direktorat Bina Gizi – Kemenkes R.I dan pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur maka dianggap pencapaiannya 100 %, karena tenaga gizi di wilayah sasaran bencana tinggal melaksnakan apabila ada bencana.

(50)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 79

d. Permasalahan dan upaya pemecahan masalah

d.1.Permasalahan :

1. Validasi data gizi yang sering terlambat dari Kab/Kota ke Provinsi (seksi gizi).

2. Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang perilaku sadar gizi. 3. Belum adanya anggaran khusus untuk melaksanakan kegiatan pemetaan

Kadarzi di masyarakat.

4. Peran dan kerjasama petugas lintas program dan lintas sektor yang tergabung dalam Tim Pangan dan Gizi masih rendah, sehingga pembahasan tentang situasi pangan dan gizi untuk penanganan masalah gizi sering terhambat.

d.2. Upaya Pemecahan Masalah

i. Meningkatkan upaya perbaikan dalam sistem pencatatan dan pelaporan antara lain dengan ;

- Penggunaan alat bantu computer (software) - Pembinaan petugas pengelola data

- Pertemuan koordinasi

i. Sosialisasi KADARZI ke masyarakat (forum pengajian, dasa wisma, PKK dll) dan pembinaan kader setelah hari H Posyandu terutama dalam hal yang berkaitan dengan penerapan KADARZI dalam kehidupan sehari-hari. ii. Mengajukan dana khusus untuk kegiatan pemetaan Kadarzi di masyarakat

melalui dana APBD.

iii. Melakukan pendekatan secara khusus terhadap lintas program dan lintas sector untuk memperlancar jalannya kerjasama serta mendorong agar masing-masing sector mengadakan kegiatan secara bersama-sama.

Secara umum pencapaian target sasaran Meningkatkan Keluarga Sadar Gizi dan Perbaikan Gizi Masyarakat pada tahun 2013 telah tercapai dengan SANGAT BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013.

Gambar

TABEL : 3.3.  Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya  Pengetahuan dan Kesadaran untuk Berperilaku  Hidup Bersih dan Sehat serta Keberdayaan  Masyarakat melalui UKBM ke arah
Tabel 2.1. Capaian Kinerja Tahun 2009 - 2013
TABEL : 3.9.  Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya  Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan  Gawat Darurat yang Bisa Diakses Masyarakat  dan Prasarana Kesehatan di Rumah Sakit,  Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan
Gambar 5.1.  Capaian Akreditasi RS Pemerintah di Jawa Timur  Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui kualitas Lembar kegiatan Siswa (LKS) pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik materi pecahan kelas V SD/MI, (2)

Internal Fraud adalah penyimpangan/kecurangan yang dilakukan oleh pengurus, pegawai tetap dan tidak tetap (honorer dan outsourcing) Bank Kalteng terkait dengan proses kerja

sifat vitamin melalui perlakuan Menanya Observasi Lembar pengamatan sikap kegiatan pembelajaran (Mengamati,mena nya, mengeksplorasi/ eksperimen, 3 x 2 JP Sumber:  Bahan-bahan

Baker’s cyst merupakan distensi abnormal berisi cairan dari bursa gastrocnemius-semimembranosus, yang biasanya meluas ke posterior diantara tendon medial head muskulus

Saran yang dapat diberikan peneliti, yaitu (1) guru mata pelajaran bahasa Indonesia hendaknya menggunakan model investigasi kelompok dengan media berita dalam surat kabar

Salah satu bahasa daerah yang mengalami proses geminasi adalah DMS²dialek yang hidup dan berkembang di daerah Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.. Dalam

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh rebusan daun sirsak ( Annona muricata L .) terhadap penurunan intensitas nyeri pada penderita asam urat di

Prosedur penyerahan penjahat menurut teori Siyasah Dauliyah atau Ekstradisi Islam, tidak ada halangan antar negara-negara Darus Salam untuk menyerahkan penjahat