• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

Dalam dokumen BAB III AKUNTABILITAS KINERJA (Halaman 88-117)

Akreditasi RS Pemerintah Tahun  2013

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

a. Program Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit ini didukung oleh 13 ( tiga belas) kegiatan yaitu:

a.1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit serta Tata Laksana Penderita

a.2. Peningkatan Surveillance Epidemologi dan Pengamatan Penyakit serta Penanggulangan KLB

a.3. Pengendalian Penyakit Kusta a.4. Pengendalian Hiv/Aids

a.5. Pengendalian Penyakit Malaria a.6. Pengendalian Penyakit PES

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 118 a.8. Penyelenggaraan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah a.9. Peningkatan Imunisasi

a.10 Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML) a.11 Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2)

a.12 Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah bencana a.13 Pendampingan Pengendalian penyakit TBC (Tubercullosis)

b. Program Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit dengan pagu sebesar Rp. 13.688.786.700,- terealisasi sebesar 89.73 %, atau Rp. 12.283.410.992,- secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik

16 Kolom

c. Hasil pelaksanaan program adalah sebagai berikut:

c.1 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit serta Tata laksana Penderita

Kegiatan bertujuan untuk mencegah dan menurunkan kejadian penyakit tidak menular serta masalah kesehatan lainnya yang berkaitan dengan Penyakit Tidak Menular dengan cara mendeteksi secara dini munculnya Penyakit Tidak Menular .

Sasaran dari kegiatan ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian Penyakit Tidak Menular dengan penemuan secara dini dan surveilans faktor risiko Penyakit Tidak Menular pada kelompok penduduk risiko tinggi terhadap Penyakit Tidak Menular termasuk penyakit Hipertensi, Diabetes Melitus (DM) dan Kanker Leher Rahim mapun payudara.

Hasil Pelaksanaan adalah sebagai berikut :

a) Pencegahan dan pemberantasan Penyakit serta tata laksana penderita ditekankan pada penemuan penderita baru penyakit tidak menular serta beberapa hal yang berkaitan faktor risiko PTM dan kewaspadaan terjadinya masalah kesehatan sehingga didirikan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) di Puskesmas terpilih dalam rangka membantu masyarakat memeriksa

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 119 kesehatannya secara rutin untuk dapat mendeteksi secara dini Penyakit Tidak Menular yang muncul pada dirinya seperti Hipertensi, Diabetes maupun Kanker. Hasil kegiatan ini sangat bermanfaat dalam keberhasilan pengobatan karena gejala awal penyakit tersebut tidak dirasakan.

b) Saat ini PTM sudah dilaksanakan di 19 kabupaten/Kota di Jawa Timur yang sesuai dengan petunjuk Teknis PTM

c) Untuk mendukung kegiatan Penyakit Tidak Menular juga mengadakan pemeriksaan pada supir bis saat kegiatan mudik bersama diperiksa tekanan darah, gula darah, dan kandungan alkohol sehingga diharapkan pelaksanaan mudik dapat berjalan lancar dengan pengemudi yang sehat

c.2 Peningkatan Surveilans Epidemiologi dan Pengamatan Penyakit Serta Penanggulangan KLB

Bertujuan untuk mendorong dan mendukung terselenggaranya Surveilans Epidemiologi yang berkesinambungan di Jawa Timur untuk mewujudkan SKD KLB di seluruh Kabupaten Kota dan penanggulangan KLB sesegera mungkin yaitu < 24 jam sudah ditanggulangi oleh Kabupaten Kota dan KLB skala provinsi dapat ditanggulangi oleh provinsi dalam waktu , 48 jam sejak laporan diterima. Respon cepat ini diharapkan dapat mencegah terjadinya KLB yang lebih besar atau wabah dan ditindak lanjuti dengan penanggulangan oleh Provinsi dalam rangka memutus rantai penularan dan mencegah jumlah kasus maupun lokasi kasus yang meluas

Sedangkan sasarannya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit menular dengan penemuan secara dini dan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular pada kelompok penduduk risiko tinggi terhadap penyakit tidak menular termasuk cedera karena kecelakaan dan kewaspadaan terjadinya masalah kesehatan pada saat mudik Lebaran Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 120 Hasil Pelaksanaan adalah sebagai berikut :

Provinsi memberikan dukungan terhadap terselenggaranya Surveilans Epidemiologi di seluruh Kabupaten/Kota Jawa Timur untuk membantu terselenggarakan SKD KLB (Sistem Kewaspadaan Dini terhadap Kejadian Luar Biasa) adanya penyakit yang berpotensi KLB maupun wabah yang terjadi maupun kemungkinan adanya penyakit baru yang mungkin muncul dan aktif memberikan petunjuk pelaksanaan sesuai pedoman teknis serta prosedur dalam penanggulangan KLB sehingga KLB dapat segera ditanggulangi dan tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lebih berkepanjangan.

Kejadian KLB terutama KLB Difteri di Jawa Timur tahun 2013 sejumlah 648 kasus meninggal 27 orang , hal ini menurun dibanding kejadian pada tahun 2012 yaitu 955 kasus meninggal 37 orang.

Kejadian KLB lainnya seperti AFP diare, campak, Hepatitis dan keracunan makanan maka jumlah KLB yang harus diintervensi sejumlah 1500 kejadian, akan tetapi dana APBD yang tersedia untuk penanggulangan KLB tersebut hanya 200 kejadian. Dengan dasar tersebut intervensi yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi diprioritaskan pada KLB yang potensi bisa mengarah pada KLB skala Provinsi.

Kejadian penyakit Difteri di Jawa Timur tahun 2013 sejumlah 369 kasus,hal ini menurun dibanding kejadian pada tahun 2012 yaitu 955 kasus meninggal 37 orang.

Termasuk kegiatan pengamatan Flu Burung yang saat ini muncul type baru yaitu H7N9 yang muncul di China mulai februari 2013, akan tetapi di Jawa Timur masih belum muncul type virus tersebut dan belum adanya kasus tersangka Flu Burung pada manusia. Disamping munculnya Mediterania Corona Virus yang muncul di negara mediteranian termasuk Arab Saudi yang merupakan kunjungan jamaah Haji maupun Umrah sehingga hal ini perlu diwaspadai penularannya pada jamaah.

Dari laporan yang suspect MedCov jamaah Haji yang pulang dari ibadah haji sejumlah 3 orang ( Bojonegoro, Gresik dan Surabaya)dan hasilnya negatif semua.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 121

c.3. Pengendalian Penyakit Kusta

Penyakit kusta masih ditakuti oleh sebagian besar masyarakat dan petugas kesehatan pada umumnya, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan serta pengertian yang salah, dan kepercayaan yang keliru tentang penyakit kusta yang disebabkan kecacatan yang ditimbulkan. Sehingga masalah penyakit kusta sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi meluas pada masalah sosial dan ekonomi. Untuk mengurangi hal itu diperlukan kemitraan lintas program dan lintas sektor dalam pemberantasan, rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan ekonomi serta mendorong penderita kusta yang sudah sembuh menjalani kehidupannya yang berkualitas dan berkeadilan di dalam masyarakat secara luas.

Penderita kusta merupakan penyakit kulit biasa yang sulit dideteksi secara dini karena pada tahap awal penyakit ini sangat mirip dengan penyakit kulit sehingga cenderung diabaikan atau berusaha diobati sendiri. Faktor penyulit lain adalah adanya stigma dari masyarakat sehingga penderita atau keluarganya cenderung tertutup. Semakin lama penyakit ini tidak diobati maka resiko terjadinya kecacatan akan semakin tinggi.

Penyakit kusta yang diobati di Jawa Timur tersebar di semua Kabupaten/Kota yang terutama di Pulau Madura dan Pantai Utara Pulau Jawa. Jumlah penderita terdaftar yang ada di Pulau Madura adalah 32% dari total penderita yang ada di Jawa Timur. Sedangkan di tingkat Nasional 1/3 dari jumlah penderita kusta di Indonesia berasal dari Jawa Timur. Sedangkan di tingkat Dunia, Indonesia merupakan ranking ke 3 setelah India dan Brazil.

Rata-rata penemuan penderita baru kusta dalam kurun waktu 6 tahun terakhir berkisar 5.000 s/d 6.000, penemuan penderita baru kusta tertinggi adalah dari tahun 2009 yaitu 6.040 orang karena pada tahun tersebut ada kegiatan Intensified Case Finding dana dari WHO sebesar 750 juta di Kab. Jember dan Kab. Lamongan dengan penemuan penderita baru sebanyak 788 kasus dalam waktu 4 bulan. Pada tahun 2010 dilaksanakan kegiatan Rapid

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 122 sebanyak 851 orang. Sedangkan pada tahun 2012, kegiatan RVS hanya dilakukan di 6 Kabupaten dengan total penemuan penderita baru banyak 632 orang.

Untuk tahun 2013 laporan penemuan kasus baru (s/d September 2013) sejumlah 2.745 orang dengan perincian untuk tipe PB : 341 orang dan MB : 2.404 orang. Dari total penderita baru tersebut, 225 penderita baru merupakan usia anak (8%), 341 penderita baru yang ditemukan dalam kondisi cacat II (12%) dan ada 408 orang (15%) mengalami cacat tingkat I (cacat yang tidak kelihatan) yang potensial untuk menjadi cacat tingkat II. Untuk cakupan pelayanan pengobatan kusta sesuai dengan regimen WHO (MDT) adalah 100% di Unit Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit yang sudah ada kerjasama dan Puskesmas). Dari 989 Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang ada di di Jawa Timur, yang sampai dengan saat ini melayani penderita kusta sebanyak 678 UPK. tabel 11.1

Pencapaian Program P2 Kusta Tahun 2009 s/d 2013

No Indikator Target 2009 2010 2011 2012 2013*

1 Penderita Terdaftar 6.392 5.496 6.157 5.570 7.406 2 Prev. Rate per 10.000 < 1 1,69 1,48 1,63 1,46 1,93 3 a. Penderita Baru 6.040 4.653 5.284 4.807 3.391 b. C D R per 10.000 < 5 16,00 12,50 13,99 12,63 - c. Proporsi Cacat II (%) 5% 11% 13% 13% 14% 12% e. Proporsi anak (%) 5% 12% 11% 11% 9% 8% 4 RFT Rate PB 90% 91% 93% 97% 94% MB 90% 94% 90% 90% 89% 5 % Kab/Kota mencapai RFT rate 90% Target  70% 75% 75% 80% PB 82% 82% 97% 84% MB 58% 68% 76% 58% *) : s/d Sept 2013

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 123

c.4.Pengendalian Hiv/Aids

Program P2 IMS dan HIV/AIDS dimaksudkan untuk mengendalikan penyebaran Infeksi HIV dan IMS dan meningkatkan Kualitas Hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Program Pengendalian penyebaran infeksi HIV, PMS dan dampak HIV & AIDS dilakukan melalui upaya pencegahan, meningkatkan kualitas pelayanan serta jangkauan ODHA dan masyarakat.

Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program baik sebagai berikut:

Tabel 11.2

Capaian kinerja Program P2 IMS dan HIV/AIDS

Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013

c.5.Pengendalian Penyakit Malaria

Malaria disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina, malaria dapat menyerang semua umur, dan masih menjadi beban di Jawa Timur. Mobilitas penduduk Jawa Timur yang tinggi dari dan ke daerah endemis mempunyai risiko untuk tertular malaria, bila mereka yang tertular tidak ditemukan akan berakibat turunnya kualitas hidup dan selanjutnya bisa menimbulkan kematian.

Hasil surveilans rutin malaria tahun 2013 menginformasikan ada 29 kabupaten/kota dengan kasus malaria. Kasus malaria terbanyak adalah malaria

import sebesar 99,9%. Tingginya malaria import yang tidak ditemukan dan

diobati sangat berisiko untuk menularkan malaria di daerah reseptif. Adapun daerah reseptif malaria di Jawa Timur tersebar di pantai selatan Jawa Timur dan sekitar Pegunungan Wilis serta di daerah Kepulauan Sumenep

Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 1 % Kab/Kota yang memiliki layanan  komprehensif 38 45 17 45 50 19 50 55 27 71 65 32 84 75 34 89 2 % RS Pemerintah yang  menyelenggarakan rujukan ODHA 48 0 21 44 0 24 50 30 27 56 40 30 63 70 35 80 Des 2013 Target  (%) Capaian No Uraian 2011 Target  (%) Capaian 2012 Target  (%) Capaian Capaian 2009 Jml Target  (%) 2010 Target  (%) Capaian

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 124 Kegiatan pada pengendalian malaria bersumber anggaran APBD I tahun 2013 adalah sebagai berikut :

1) Pos Malaria Desa

2) Pemantauan mutu lab. Malaria

3) Pengendalian malaria di daerah kepulauan

4) Monitoring program & persiapan eliminasi malaria 5) Pertemuan evaluasi validasi data

6) Surveilans migrasi penguatan sistem surveilans malaria 7) Pelacakan penderita malaria import dan indigenous 8) Koordinasi lintas sektor penemuan penderita malaria\ 9) Penguatan malaria centre

Kegiatan – kegiatan tersebut diharapkan dapat menunjang pencapaian indikator malaria dan pencapaian traget Rencana Strategi Malaria 2013 yang tertuang dlam Rencana Strategi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2009 s/d 2014.

Tabel 11.3

Capaian Kegiatan Program Malaria Tahun 2009 - 2013

No INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013 (Data sementara) 1 Jumlah Sediaan Darah diperiksa (ribuan) 50,4 56,1 23,6 33,02 30,72 2 ABER 1,1 1.06 0,46 1,8 0,1 3 SPR 3,3 3,4 4 Penderita Malaria 1489 947 1222 1074 1033 5 API (‰) 0,33 0,18 0,24 0,034 0,024 6 Proporsi Plasmodium falsiparum (%) 35,1 46,5 50,7 35,7 34,1 7 Proporsi Kasus Indigenous (%) 28,3 8,2 10,8 0,7 0,1 8 Proporsi Malaria Import (%) 71,7 91,8 89,2 99,3 99,9 9 Desa HCI 12 2 2 2 0

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 125

c.6.Pengendalian Penyakit PES

Kegiatan pengendalian penyakit Pes ini bertujuan untuk meningkatkan kegiatan kewaspadaan dini, menemukan, mengobati penderita, mencegah terjadinya KLB, mempertahankan angka kematian kasus pes pada manusia tetap nol ( CFR = 0 % ), dan dusun fokus dan terancam tidak bertambah atau menyebar.

Tujuan pengendalian penyakit PES berdasarkan Renstra Jawa Timur adalah 100 % kabupaten/Kota yang ditemukan penderita pes telah melaksanakan program pemberantasan pes mencapai indikator utama. Sasaran Program Daerah rawan penyakit pes di Jawa Timur ada di Kabupaten Pasuruan Hasil Pelaksanaan

1) Pemasangan trap tikus pada 42 dusun wilayah pengamatan pes sebanyak 160.000 trap. Pemeriksaan spesimen serologi sebanyak 1.535 specimen dan mikrobiologi sebanyak 1 specimen. Hasil pemeriksaan semua negatif. 2) Pencarian penderita secara aktip pencarian ini dilakukan oleh petugas

Human Surveillance dengan cara berkeliling dari rumah kerumah setiap hari pada 42 dusun Fokus dan terancam di wilayah pengamatan pes. Semua penderita klinis yang ditemukan telah memperoleh pengobatan (100 %)

Tabel 11.4

Hasil Pengamatan penyakit Pes di Provinsi Jawa Timur 2009-2013

No Indikator Hasil Kegiatan

2009 2010 2011 2012 2013 1 Trap Sukses % 3.7% 2.96 % 2.68 % 2.58% 2.60% 2 Indek Pinjal (IP):

1. IP Umum: 2. IP.Khusus 0.90 0.60 1.24 0.66 0.88 0.59 0.97 0.69 1.12% 0.75 3 Penderita Klinis 5 2 3 3 1 4 Penderita Positip Laboratorium 0 0 0 0 0 Standar Nasional

1. Indek Pinjal Umum: ≤ 2 % 2. Indek Pinjal khusus ≤1 % 3. Trap sukses ≥ 3 %

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 126 Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil kegiatan penyakit pes tahun tahun 2009 sampai dengan 2013 menunjukkan tidak adanya kejadian luar biasa. Pada tahun 2013 hanya ada 1 suspek yang diketemukan dan hasil pemeriksaan serum (serologi) dan mikrobilogi didapatkan hasil negatif. Trap sukses masih dibawah standart hal ini harus ditingkatkan untuk mencapai batas diatas 3. Indek pinjal umum dan khusus masih dibawah standart

.

c.7. Pencegahan DBD (Demam Berdarah)

Penyakit DBD mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga menimbulkan dampak buruk sosial dan ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk.

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh Kab/ Kota di Jawa Timur. Demam Berdarah Dengue juga sudah menjadi masalah yang rutin dihadapi pada setiap musim hujan. Angka kesakitan di Jawa Timur cukup tinggi, meskipun jumlah kematian yang terjadi dapat ditekan.

Tujuan Program DBD:

Menurunkan angka kesakitan DBD 1) Menurunkan angka kematian DBD 2) Mencegah KLB DBD

Sasaran Program DBD:

1) Minimal 20% Kabupaten/ Kota dengan angka kesakitan DBD maksimal 53/100.000 penduduk

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 127 Tabel 11.5

Capaian Program DBD di Jatim

NO TAHUN PENDERITA KEMATIAN INSIDEN CFR

1 2008 16.929 166 45,28 0,98 % 2 2009 18.631 185 50,03 0,99 % 3 2010 25.762 230 69,14 0,89 % 4 2011 5.374 65 14,19 1,21 % 5 2012 8.266 119 21,72 1,44 % 6 2013 14.414 139 37,87 0,96 %

Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013

c.8. Penyelenggaraan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah

Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang di Provinsi Jawa Timur dengan hasil capaian sebagai berikut :

 Pemberantasan Penyakit Leptospirosis.

Hasil Pengamatan penyakit Leptospirosis di Prov. Jawa Timur Tahun 2009 - 2013 sampai dengan bulan Desember 2013 adalah :

Tabel 11.6

Capaian Program DBD di Jatim

Indikator Hasil Kegiatan

2009 2010 2011 2012 2013 Kasus Klinis 32 29 55 79 229

Meninggal 10 16 12 7 25

CFR % 31,25% 55,17

% 21,81% 8,86 % 10,91 % Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013

Tingginya angka kematian pada penderita Leptosiprosis pada tahun 2009-2013 disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Kasus Leptospirosis sering tidak terdiagnosis karena gejala klinis tidak spesifik dan sulit dilakukan konfirmasi diagnose tanpa uji laboratorium.

2. Belum semua petugas kesehatan mengetahui tatalakasana kasus Leptospirosis.

3. Kuman yang menyerang penderita termasuk serovar ganas. 4. Diagnose sebab kematiannya karena gagal ginjal akut.

Adapun untuk penyakit rabies sampai dengan bulan Juni 2013 tidak ditemukan kasus Rabies dari kasus- kasus gigitan hewan penular rabies.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 128

c.9. Peningkatan Imunisasi

Tujuannya adalah mendukung dan membantu pelaksanaan imunisasi di Jawa Timur, sehingga membantu Kabupaten/Kota mencapai target minimal

Universal Child Immunization (UCI) Desa/Kelurahan.

Mulai tahun 2013 indikator keberhasilan program imunisasi tidak dihitung berdasarkan cakupan imunisasi secara agregat (polulasi) tetapi berdasarkan individu (bayi) yang telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Yang dimaksud imunisasi dasar lengkap adalah bayi yang telah menerima imunisasi BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT-Hb 3 kali dan campak 1 kali.

Diharapkan pada tahun 2013 ini cakupan UCI Desa sebesar minimal 95%. Desa dikategorikan UCI apabila minimal 80% bayinya telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebelum usia 1 tahun. Sasaran imunisasi rutin adalah bayi, anak sekolah dasar/ibtidaiyah kelas 1, 2 dan 3, serta wanita usia subur (15-39 tahun). Tujuan imunisasi adalah agar seluruh masyarakat kebal terhadap penyakit berbahaya yaitu penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Jumlah sasaran bayi tahun 2013 sebanyak 591.597 bayi, anak SD/MI kelas 1, 2 dan 3 sebanyak 1.804.353 anak dan WUS (hamil dan tidak hamil) 14.960.016 jiwa serta WUS Hamil sebanyak 679.460 orang.

Sejak tanggal 10 Oktober 2011 di Jawa Timur telah dinyatakan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri. Untuk penanggulangannya Jawa Timur sejak 2012 – 2013 telah melaksanakan berbagai upaya penanggulangan, yaitu :

a) Terhadap kasus difteri, diberikan tata-laksana sesuai standat di RSU

1. Terhadap kontak erat, dilakukan sweb tenggorokan dan hidung,diberikan profilaksis dan di imunisasi

2. Terhadap kontak yang berdomisili atau berhubungan dengan kasus diberikan suntikan imunisasi komponen difteri.

3. Pemberian imunisasi tambahan (Sub PIN Difteri) bagi anak usia 2 bulan s/d 15 tahun di 19 kabupaten/kota di Jawa Timur sebanyak 3 kali putaran. Putaran pertama dilaksanakan pada bulan Oktober – Nopember 2012 dan

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 129 putaran kedua pada bulan Mei- Juni 2013, serta putaran ketiga akan dilaksanakan pada bulan Nopember –Desember 2013.

Hasil Pelaksanaan Program Imunisasi 2013 a. Imunisasi Rutin Bayi

1. Pencapaian UCI Desa

Tabel 11.7

Target dan Capaian UCI Desa/Kel (%) Tahun 2009 - 2013

NO TAHUN UCI DESA/KEL (%)

TARGET PENCAPAIAN 1 2009 ≥80 79,9 2 2010 ≥80 81,2 3 2011 ≥85 87,4 4 2012 ≥90 91,5 5 2013 ≥95 95,8 Sumber : LKPJ P3PMK, 2013

2. Pencapaian Imunisasi Dasar Lengkap

Tabel 11.7

Target dan Capaian Imunisasi Dasar Lengak (%) Tahun 2012 - 2013

NO TAHUN

IMUNISASI DASAR LENGKAP (IDL) TARGET (%) PENCAPAIAN

JATIM NASIONAL

1 2012 ≥85 84,5 86,8

2 2013 ≥88 94,43 79,4

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 130 b. Cakupan Imunisasi Anak Sekolah SD/MI

Tabel 11.8

Jumlah Sasaran, Target Minimal dan Cakupan Imunisasi Anak Sekolah SD/MI

Tahun 2008 - 2013

N

O THN

JUMLAH SASARAN TARGE T MINIMA L CAKUPAN (%) KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3

KELAS I KELAS II KELAS III CAMP AK DT TT / Td * TT / Td * 1 2008 697.677 685.464 666.355 ≥95 97,44 94,56 95,18 96,33 3 2009 682.412 660.596 667.094 ≥95 95,40 97,45 97,82 97,75 4 2010 676.896 662.714 658.368 ≥95 92,57 92,77 93,26 92,39 5 2011 631.825 635.615 632.451 ≥95 96,10 96,35 97,15 96,65 6 2012 639.166 630.568 658.312 ≥95 97,61 97,63 97,47 97,31 7 2013 640.124 631.532 659.357 ≥95 96,52 97,22 96,25 96,49 Sumber : LKPJ P3PMK, 2013

c. Cakupan Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS) Hamil Tabel 11.9

Target dan Pencapaian Cakupan Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS) Hamil

Tahun 2009 - 2013

NO TAHUN TT2 Plus BUMIL

TARGET PENCAPAIAN 1 2009 ≥75 75,9 2 2010 ≥75 83,2 3 2011 ≥80 85,4 4 2012 ≥80 83,7 5 2013 ≥85 85,04 Sumber : LKPJ P3PMK, 2013

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 131 d. Imunisasi Tambahan (Sub PIN Difteri)

Tujuannya menghentikan transmisi difteri di Jawa Timur, direncanakan tiga (3) kali putaran di 19 Kabupaten/Kota Prioritas. Target pencapaian Sub PIN Difteri minimal 95%, cakupan Putaran 1 s/d 3 sebagai berikut :

Tabel 11.10

Pencapaian Imunisasi Tahun 2012 - 2013

No Putaran Pelaksaan

Umur dan Antigen ≥2 s/d 36 bulan (DPT-HB) >3 s/d 7 tahun (DT) >7 s/d 15 tahun (Td) 1. Pertama Nop – Des 2012 98,26% 98,64% 96,96% 2. Kedua Mei – Juni

2013 100% 97,31% 97,62% 3. Ketiga Nop – Des 2013 100% 96,38% 97,98% Sumber : LKPJ P3PMK, 2013

c.10. Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML)

Program P2ML terdiri dari P2 Diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Frambusia, tetapi pada tahun 2013 P2ML hanya terdiri dari P2 Diare dan ISPA karena P2 Frambusia sudah masuk ke dalam Program P2 Kusta

 P2 DIARE

Program pengendalian diare bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor terkait. Sedangkan tujuan dari tatalaksana diare adalah mencegah dehidrasi, mengobati dehidrasi, mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan sesudah diare, memperpendek lamanya diare dan mencegah diare menjadi berat.

Prinsip tatalaksana diare adalah Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang terdiri dari oralit osmolaritas rendah, zinc, pemberian ASI/makanan, pemberian antibioka hanya atas indikasi dan pemberian nasihat,

Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program sebagai berikut:

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 132

Tabel 11.11

Capaian Kinerja Program Diare

Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Diare

Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

Cakupan pelayanan diare

% 43,48 66,7 70,09 72,43 97,59

Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013

 P2 ISPA

Program pengendalian ISPA bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia. Sasaran dari program P2 ISPA adalah pengendalian pneumonia balita, kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi influenza serta penyakit saluran pernafasan lain yang berpotensi wabah, pengendalian ISPA umur > 5 tahun, dan faktor risiko ISPA. Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program yaitu cakupan penemuan pneumonia balita sebagai berikut :

Tabel 11.12.

Capaian Kinerja Program ISPA

Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program ISPA Satua n 2009 2010 2011 2012 2013 Cakupan penemuan pneumonia balita % 23,60 21,70 25,69 22,80 18,95

Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013

c.11. Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 133 Di Jawa Timur kasus kaki gajah 100 % penderita ditemukan dalam kondisi kronis/menahun dan cacat permanen. Tercatat sampai dengan 31 Desember 2013 kasus klinis kaki gajah yang telah ditemukan dan diobati sejumlah 358 penderita yang tersebar di 33 Kabupaten/Kota pada 190 kecamatan di 270 desa/kelurahan. Adapun perkembangan penemuan kasus Kaki Gajah dari tahun ke tahun sebagai berikut :

Tabel 11.13.

Capaian Hasil Kegiatan Tahun 2009 sd Juni 2013

No Capaian hasil kegiatan 2009 2010 2011 2012 2013

Kab/Kota melaksanakan program P2 Filariasis (dg kasus

30 32 32 32 33 % Kab/Kota melaksanakan

program P2 Filariasis

80 84 84 84 94 Rekapitulasi kasus Klinis

Limfadema kronis

263 293 319 341 358 Kasus Klinis Limfadema kronis

yang baru ditemukan

20 30 26 22 17

Mikrofilaria Rate 0% 0% 0% 0%

Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013

Penderita terbanyak ditemukan di Kabupaten Lamongan dengan 56 kasus, Kabupaten Malang dengan 39 kasus kemudian Kabupaten Ponorogo dengan 30 Kasus dan Kabupaten Trenggalek 24 kasus). Namun sampai dengan saat ini belum ada penderita yang ditemukan secara laboratoris positif mikrofilaria (ditemukan anak cacing dalam darah penderita).

Untuk memberantas penyakit ini sampai tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi, pada tahun 2000 WHO telah menetapkan kesepakatan global untuk melakukan Eliminasi Filariasis pada tahun 2020. Indonesia sepakat untuk melaksanakan Eliminasi Filariasis (Pemberantasan Penyakit Kaki Gajah) secara bertahap dimulai pada tahun 2002 dan Program Eliminasi Filariasis ini dinyatakan sebagai salah satu program prioritas di Kementerian Kesehatan RI.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 134

c.12. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah bencana

Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana secara komprehensif bersama Pusat (Kemenkes RI) dan Kabupaten Kota, yang kegiatannya meliputi tahapan pra bencana (kesiapsiagaan), tahap saat bencana (tanggap darurat) dan tahap pasca bencana (pemulihan) serta mengupayakan setiap terjadi kejadian bencana tidak diikuti oleh Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular.

Sasaran dari kegiatan ini adalah seluruh Kabupaten Kota di Jawa Timur

Dalam dokumen BAB III AKUNTABILITAS KINERJA (Halaman 88-117)

Dokumen terkait