• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

Dalam dokumen BAB III AKUNTABILITAS KINERJA (Halaman 52-75)

Akreditasi RS Pemerintah Tahun  2013

PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

a).Program Obat dan Perbekalan Kesehatan ini didukung oleh 9 (sembilan ) kegiatan yaitu:

a.1. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

a.2. Pengkataan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

a.3. Peningkatan mutu pelayanaan farmasi komunikasi dan rumah sakit a.4. Peningkatan mutu Penggunaan obat dan perbekalan Kesehatan

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 82 a.5. Pengembangan tanaman obat dan peningkatan promosi pemanfaatan

obat bahan alam Indonesia

a.6 Pengadaan Bahan Kimia dan Laboratorium a.7. Peningkatan mutu makanan dan minuman

a.8. Peningkatan dan Pengembangan Balai Materia Medika Batu

a.9. Pencegahan Penyalahgunaan Narkotik, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya (Napza)

b) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan dengan pagu sebesar Rp. 12.695.000.000,00 terealisasi sebesar 96.47% atau Rp. 12.247.397.158,00 secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom.

c) Hasil Pelaksanaan Pembangunan Capaian Kinerja Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Program Obat dan Perbekalan Kesehatan dimaksudkan untuk Menjamin ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan dengan sasaran Meningkatkan manajemen pengelolaan obat, pembinaan dan pengendalian, pengawasan serta peningkatan kualitas perbekalan kesehatan dan makanan.

Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program sebagai berikut:

Tabel 1.1

Capaian kinerja Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

NO Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program

Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 1 Tersedia Obat Buffer Stock

Dan Alat Kesehatan Habis Pakai Untuk Pelayanan Kesehatan Di UPT Dinas Kesehatan Propinsi.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 83 2 Tersedia Obat Dan Alat

Kesehatan Habis Pakai Untuk Pelayanan Kesehatan Di UPT Dinas Kesehatan Provinsi.

% 85 80 80 90 95

3 Tersedia Obat Untuk Penanggulangan Bencana Dan KLB

% 90 90 87 80 90

4 Obat Sesuai Kebutuhan Tersedia Di Semua Kabupaten/Kota.

% 65 70 87 92 95

5 Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Diawasi Menerapkan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar

% 40 40 15 30 35

6 Kabupaten/Kota

Melaksanakan Monitoring, Pembinaan Dan Pelaporan Secara Berkala Penggunaan Obat Secara Rasional Di Puskesmas Dengan Menerapkan Software Monitoring Penggunaan Obat Secara Rasional

% 0 40 65 74 74

7 Sarana Produksi Dan Distribusi Obat, Alat Kesehatan (ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dan Kosmetika Menerapkan Cara Produksi Dan Distribusi Sesuai Standar.

% 30 40 30 50 60

8 Permintaan Sertifikasi, Sarana Produksi Dan Distribusi Obat, Alat Kesehatan (ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), Dan Kosmetika Terlayani Sesuai Standar

% 50 60 90 100 100

9 Kabupaten/Kota Menerapkan Sistem Pelaporan Narkotika-Psikotropika.

% 40 60 52 70 79

10 Sarana Produksi Dan Distribusi Obat Tradisional Dan Kosmetika Menerapkan Cara Produksi Dan Distribusi Sesuai Standar.

% 15 15 70 100 100

11 Permintaan Sertifikasi, Sarana Produksi Dan Distribusi Obat Tradisional Dan Kosmetika Terlayani Sesuai Standar.

% 55 60 100 100 100

12 Dari Kebutuhan Tersedia Buffer Bahan Kimia Dan Laboratorium.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 84 13 Industri Makanan Rumah

Tangga Yang Diawasi Tidak Menggunakan Bahan Tambahan Yang Dilarang Untuk Makanan.

% 55 60 45 60 80

14 Tanaman Obat Asli Indonesia Di UPT Materia Medica Batu Dapat Dimanfaatkan Untuk Menunjang Pemeliharaan Kesehatan.

% 100 100 100 100 100

Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013

 Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa telah :

1. Tersedia obat buffer stock dan alat kesehatan habis pakai untuk pelayanan kesehatan di UPT Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 35 %. 2. Tersedia obat dan alat kesehatan habis pakai untuk pelayanan kesehatan

di UPT Dinas Kesehatan Provinsi 95 %

3. Tersedia obat untuk penanggulangan bencana dan KLB 90 %

Capaian kinerja dari indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tersebut berkat upaya yang dilakukan, dicapai melalui pengelolaan obat yang baik mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan yang tertuang dalam kegiatan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan yaitu pengadaan obat dan alkes habis pakai yang terdiri dari:

1. Pengadaan obat untuk pengobatan masal dan bakti sosial dan poli sebanyak 39 jenis.

2. Pengadaan obat untuk buffer tingkat Provinsi sebanyak 89 jenis. 3. Pengadaan obat untuk KLB dan penanggulangan bencana 6 jenis.

Mulai tahun 2013 pengadaan obat menggunakan e-katalog yang merupakan daftar obat elektronik yang memuat informasi nama obat, spesifikasi teknis, harga satuan terkecil dan penyedia dimana sudah termasuk pajak dan biaya distribusi. Untuk mekanisme pengadaannya menggunakan e-purchasing dari LKPP. diharapkan agar proses pengadaan obat di sektor pemerintah dapat lebih transparan, akuntabel, efektif dan efisien dengan adanya sistem e-katalog

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 85 obat, selain dapat meminimalisasi penyimpangan, juga dapat memudahkan pihak pemerintah untuk lebih leluasa dalam memilih produk obat (generik) yang dibutuhkan. Ada beberapa obat yang diadakan menggunakan e-katalog tidak dapat terpenuhi karena kosong dari pabrikan, sehingga tidak diadakan.Untuk obat-obat yang tidak tercantum dalam e-katalog menggunakan proses tender sesuai Perpres No. 54.

Mutu pelayanan kesehatan sangat bergantung kepada ketersediaan obat dan alat kesehatan sebagai penunjang utama dalam pelayanan pengobatan kepada masyarakat. Oleh karena itu jaminan ketersediaan obat baik secara kualitas maupun kuantitas harus tetap terjaga di fasilitas pelayanan kesehatan. Ketersediaan obat harus dipertahankan agar pelayanan kesehatan tidak terganggu. Kegiatannya untuk mempertahankan ketersediaan obat meliputi perencanaan, pengadaan, distribusi, penyimpanan dan penggunaannya yang didukung dengan sarana pendukung termasuk sistem informasi dan SDM nya. Obat dan Alkes habis pakai yang diadakan di tingkat provinsi adalah obat-obat pengobatan masal, bakti sosial, buffer stok tingkat provinsi, obat untuk penanggulangan KLB masih konsentrasi pada kasus Diphteri, yaitu pengadaan ADS, Erythromycin dan vitamin-vitamin.

Hasil Pelaksanaan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan:

c.1. Fasilitasi kepada Petugas Pengelola Obat Puskesmas sebanyak 21 orang dari Kabupaten Sampang dan 20 orang dari Kabupaten Pamekasan

Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Manajemen Pengelolaan Obat dan Ketrampilan Petugas Obat di Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Kab/Kota yang diselenggarakan di 2 kabupaten di Madura yaitu Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan. Kegiatan ini berupa pertemuan untuk Petugas Pengelola Obat Puskesmas dengan memberikan materi tentang bagaimana mengelola obat sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk menjaga mutu dan menunjang pelayanan. Diharapkan kegiatan ini, ketrampilan Petugas dalam pengelolaan obat dapat lebih meningkat.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 86 c.2. Monitoring Aplikasi Software Puskesmas dan Kab/Kota dilakukan di 10

kabupaten/kota yaitu, Kabupaten Magetan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kota Probolinggo.

Pelaksanaan pada rentang bulan September dan Oktober. Dalam pelaksanaan monitoring didapatkan beberapa temuan yang menghambat terlaksananya aplikasi penggunaan software. Secara umum semua IFK memiliki perangkat komputer untuk menunjang penggunaan software, hanya saja software yang telah diinstall terdahulu tidak digunakan karena beberapa masalah antara lain banyak terdapat entry data pada software pada saat online sehingga apabila terputus harus mengulang lagi, susah untuk akses operasional dan jaringan internet tidak stabil. Sehingga kebanyakan pengelolaan obat di IFK masih manual menggunakan program excel, jumlah item obat dalam software belum mengcover semua kebutuhan Kab/Kota sehingga harus kerja ulang pada software lain.

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 87 c.3.Pertemuan Koordinasi dan Evaluasi Upaya Penyediaan dan Pengelolaan

Obat untuk Pelayanan Kesehatan Dasar dan Program dengan 76 orang Penanggungjawab atau Pengelola Obat Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota

dan Pemegang Program Kefarmasian Kab/Kota se Jawa Timur. Pertemuan ini dilaksanakan untuk keterpaduan dan efektivitas penyediaan obat.

Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013

Gambar 1.1. Persentase Obat Dengan Tingkat Kecukupan ≥ 12 Bulan Diagram Tingkat Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat

Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 (%)

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 88 Gambar 1.2. Diagram Tingkat Ketersediaan Obat Tahun 2013

Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa sarana pelayanan kesehatan yang diawasi menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 35 % hal ini merupakan permasalahan yang harus ditangani pada kegiatan Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunikasi Dan Rumah Sakit. Harapan dari kegiatan tersebut, puskesmas yang menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai standar : 15 puskesmas dan rumah sakit yang menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai standar : 38 rumah sakit. Sarana Pelayanan Kesehatan yang diawasi menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai standar : 50%, sedang target dan realisasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Target Nasional

% Puskesmas Perawatan dan Instalasi Farmasi Yang Melakukan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar No Uraian Target (%) Realisasi (%) 2012 Target (%) Realisasi (%) 2013

1 % Puskesmas Perawatan Yang Melakukan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar 25 35 30 37 2 % Instalasi Farmasi RS Yang Melakukan Pelayanan KefarmasianSesuai Standar 35 40 40 42

Sumber : Data Seksi Farkalkes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Untuk mendukung peningkatan mutu pelayanan farmasi komunikasi dan rumah sakit telah terlaksananya

1. Sebanyak empat Kabupaten: Kota Blitar, Kabupaten Jombang, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pacitan telah dilakukan Fasilitasi dan Joint Training Pelayanan Kefarmasian untuk Tenaga Kefarmasian dan Nakes di Puskesmas Perawatan dan Plus dalam Rangka Mendukung Program Pengendalian Penyakit dan Penurunan AKI dan AKB. Pertimbangan pemilihan kab/kota adalah yang telah mempunyai tenaga apoteker PNS yang ditempatkan di Puskesmas dalam satu wilayah Kabupaten/kota lebih dari 5 (lima) orang,

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 89 sehingga diharapkan menjadi role model untuk kolaborasi dengan jajaran tenaga kesehatan lain untuk dapat dikembangkan di seluruh kabupaten/Kota di Jawa Timur.

2. Advokasi dan Asistensi Sistem Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas pada 6 Kabupaten Kota Terpilih yaitu pada Kab. Probolinggo, Kota Probolingo, Kab Ngawi, Kab Jember, Kab Ponorogo, Kab Madiun, Kota Madiun. Kegiatan ini dilakukan oleh Petugas Dinas Kesehatan Provinsi kepada petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Kota terpilih untuk melakukan pemberlakukan sistem Pelaporan pelayanan kefarmasian berjenjang di Rumah Sakit Pemerintah dan Puskesmas sampai tingkat nasional.

3. Pertemuan Pelayanan Kefarmasian bagi 58 orang petugas Instalasi Farmasi RS Pemerintah dalam rangka mendukung Universal Coverage. Pertemuan tersebut bermaksud untuk memberikan pembekalan petugas farmasi Rumah Sakit dalam menghadapi SJSN bidang Kesehatan, tata cara audit kefarmasian sesuai dengan prisip Farmakoekonomi, Pelayanan Kefarmasian yang berbasis Pengobatan rasional.

Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Gambar 1.3.Tenaga Apoteker VS Tenaga Keseahatan Yang Lain Di Provinsi

Jawa TImur, 2013 (apoteker hanya 1%)

Berdasarkan Gambar 3.1 dilaporkan bahwa Capaian target pada tahun 2013 adalah sebesar 35 % dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 30 % pencapaian ini belum optimal walaupun ada kenaikan prosentase dikarenakan

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 90 tenaga kefarmasian khususnya apoteker belum menjadi tenaga kesehatan strategis dan minim nya jumlah tenaga kefarmasian tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c.4. Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa Sarana Produksi Dan Distribusi Obat, Alat Kesehatan (ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan Kosmetika Menerapkan Cara Produksi Dan Distribusi Sesuai Standar sebesar 60 % dan Permintaan Sertifikasi, Sarana Produksi Dan Distribusi Obat, Alat Kesehatan (ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), Terlayani Sesuai Standar 100 % Capaian ini didukung dalam kegiatan Peningkatan Mutu Penggunaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan dengan upaya yang dilakukan kepada :

1. 50 orang penangungjawab teknis dan pemilik sarana mengikuiti Pembinaan Sarana Produksi Alkes dan PKRT dalam Rangka Penerapan GMP di Bidang Alkes dan PKRT

2. 9 (sembilan) kab kota di wilayah Jawa Timur yang berada di Kabupaten / Kota yaitu kab Jember, kab Kediri, Nganjuk, kab Madiun, kab Bojonegoro, Malang kab kota, Kota Surabaya dan Kab Sidoarjo pada sarana distribusi alkes dilakukan Pemetaan Sarana Distribusi Alkes di Jawa Timur Pasca Penerapan Permenkes No. 1191 Tahun 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan bertujuan Untuk memastikan bahwa setiap distributor alat kesehatan telah melaksanakan dan menerapkan CDAKB.

3. 38 petugas kab/kota ikut kegiatan Sinkronisasi Pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengendalian Alkes dan PKRT di Provinsi dan Kab/Kota 4. 40 orang Petugas Kab/Kota dan Puskesmas mengikuti Fasilitasi

Penyebarluasan Informasi Bahaya Penggunaan Produk Alkes dan PKRT. Petugas Kabupaten/Kota dan Puskesmas selanjutnya secara berjenjang meneruskan informasi kepada masyarakat di wilayah kerjanya masing-masing. Pemahaman penggunaan produk Alkes dan PKRT yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan dalam upaya pencegahan kejadian akibat bahan berbahaya yang terdapat dalam

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 91 produk Alkes dan PKRT untuk selanjutnya menyebarluaskan informasi kepada masyarakat.

Pada indikator persentase produk alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat pertahun dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1.3

Persentase Produk Alkes dan PKRT yang Beredar Memenuhi Persyaratan Keamanan, Mutu dan Manfaat

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

70% 70% 75% 75% 78% 78% 80%

Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013

Pada indikator persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang memenuhi Cara Produksi yang Baik sebagai berikut :

Tabel 1.4

Persentase Sarana Produksi Alkes dan PKRT yang Memenuhi Cara Produksi yang baik

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

65% 63% 65% 60% 65% 65% 70%

Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013

Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 92 Gambar 1.5. Jumlah Sarana Cabang Penyalur Alat Kesehatan (PAK) Tahun 2013

Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 93 sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013

Gambar 1.7. Jumlah Sarana Industri Perbekalan Keseahatn Rumah Tangga (PKRT) Tahun 2013

c.5. Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan kosmetika menerapkan cara produksi dan distribusi sesuai standar sebesar 100 % dan Permintaan sertifikasi, sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan kosmetika terlayani sesuai standar sebesar 100 %.

Hal ini didukung pada kegiatan pengembangan tanaman obat dan peningkatan promosi pemanfaatan obat bahan alam indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mencapai target sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan kosmetika menerapkan cara produksi yang baik dan produk yang diedarkan memenuhi syarat mutu dan keamanan, serta sebagai upaya untuk meningkatkan pemanfaatan obat tradisional terutama untuk pengobatan mandiri dan untuk meningkatkan pembinaan pengendalian dan pengawasan agar obat tradisional yang di produksi dan diedarkan di Jawa Timur memenuhi persyaratan keamanan mutu dan kemanfaatan dengan upaya : 1. Sebanyak 60 orang penangungjawab teknis dan atau pemilik sarana produksi

kosmetika di Jawa Timur mengikuti Pembinaan dalam Rangka Peningkatan Penerapan CPKB (Cara Produksi Kosmetika yang Baik) pada Industri Kosmetika di Jawa Timur. Sebagai upaya memberikan pembekalan teknis

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 94 kepada pemilik sarana produksi kosmetika sesuai dengan Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB), dimaksudkan agar sarana produksi kosmetika mampu dan mau menerapkan CPKB dalam memproduksi kosmetika sehingga produk yang dihasilkan memenuhi syarat keamanan, mutu dan kemanfaatan

2. Sampling dan pengujian Produk obat tradisional / jamu di pasaran / sarana distribusi di 13 kab/kota di Jawa Timur yaitu Kota Malang, Sumenep, Pamekasan, Kota Kediri, Bojonegoro, Tuban, Kab Blitar, Kab Madiun, Ponorogo , Kota Batu, Surabaya dan Sidoarjo untuk mengetahui kemungkinan ditambahkannya bahan kimia obat (BKO) dalam produk jamu. Sasaran Sampling dan Pengujian Produk Obat Tradisiona /Jamu di Pasaran dalam Rangka Pencegahan Penambahan Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Produk Obat Tradisional. Terlaksananya sampling dan teridentifikasinya kandungan sampel obat tradisional dilakukan dengan Metode Stratified random sampling

3. 38 petugas kab kota yang mengikuti Review Pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengendalian Kosmetika dan Obat Tradisional di Kabupaten/Kota agar pelaksanaan bindalwas di kabupaten/kota dan provinsi tentang obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat (BKO) bahkan juga telah menarik beberapa obat tradisional dari peredaran, karena terbukti mengandung bahan kimia obat antara lain : Metampiron , Fenilbutason, Deksametason, Allupirinol , CTM , Sildenafil Sitrat, Parasetamol

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 95 Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013

Gambar 1.8. Jumlah Sarana Industri Kosmetika Tahun 2013

c.6. Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa Dari kebutuhan tersedia buffer bahan kimia dan laboratorium sebesar 45 % hal ini didukung pada kegiatan pengadaan bahan kimia dan laboratorium Berupa Reagen untuk pemeriksaan HIV dengan metode Rapid Test jenis antigen Re combinnat test satu paket @ 100 buah test. Reagen tersebut diserahkan ke program untuk dimanfaatkan dalam menunjang kegiatannya.

c.7. Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa Peningkatan Mutu Makanan Dan Minuman sebesar 80 % dilakukan sejumlah kegiatan dengan sasaran :

1. Sejumlah 38 orang Petugas Kabupaten/Kota mengikuti Pertemuan tentang Keamanan Makanan Minuman di Jawa Timur, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta kerjasama lintas program dan sektor dalam rangka tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi. Upaya menanggulangi permasalahan tersebut diperlukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan dalam suatu sistem yang membutuhkan kerja sama lintas program dan lintas sektor dari Provinsi maupun Kabupaten/Kota

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 96 2. Pada 7 Kabupaten/Kota yaitu Kota Batu, Kota Blitar, Kab Malang,

Kab Nganjuk, Kab Pasuruan, Kota Malang dilakukan Operasi Pasar Peredaran Makanan Minuman menjelang Hari Raya, Natal dan Tahun Baru. Pelaksanamya adalah petugas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Petugas Kabupaten/Kota dengan tujuan untuk pembinaan kepada Distributor makanan minuman agar menjual makmin yang sudah terdaftar, tidak rusak/kadaluarsa dan tidak penyok yang dapat berbahaya bagi yang mengkonsumsi, serta melakukan punishment terhadap distributor yang menjual produk yang tidak memenuhi syarat.

3. Dari jumlah 52 sampel yang diuji terdapat 31 (60,78%) yang memenuhi syarat dengan rincian yang mengandung Rhodamin B 3 (5,76%) , Borax 16 (30,76%) dan Formalin 2 (3,84%). Sampling dan Pengujian Produk Makanan Jajanan Anak Sekolah dilakukan Petugas Dinkes Provinsi dan Petugas Dinkes Kab/Kota. Dilaksanakan di 4 Kab/Kota. Sampling Jajanan Anak Sekolah dan Pengujian untuk mengetahui apakah Jajanan Anak Sekolah mengandung bahan bahan yang dilarang ditambahkan di dalam makanan. Tahapan pertama dilakukan sampling dan kemudian dilakukan pengujian terhadap sampel produk guna mengetahui apakah mengandung bahan yang dilarang atau tidak. Hasil sampling diinformasikan kepada Kepala Sekolah di wilayah sampling, sehingga Kepala Sekolah juga ikut melakukan pengawasan terhadap makanan yang dijual di sekitar lingkungan sekolah.

4. Dari 39 sampel terdapat 15 sampel tidak memenuhi syarat TMS terdiri dari Boraks 11 sampel. Rhodamin B 1 sampel, Benzoat 2 sampel dan Siklamat 1 sampel .pada Monitoring Penggunaan Bahan Tambahan yang Dilarang pada Produk Makanan Industri Rumah Tangga. Hasil Monitoring menunjukkan bahwa banyak produsen PIRT yang pada saat proses perizinan memenuhi syarat,

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 97 tetapi setelah itu mulai melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang harus diterapkan terutama untuk Cara Produksi Makanan yang Baik dan terdapat.

5. 3 (tiga) kabupaten terpilih yaitu Kabupaten Blitar, Kab Madiun dan Kab Magetan yang terdiri dari Guru Sekolah Dasar dan Pedagang Jajanan yang berjumlah 30 orang mengikuti Fasilitasi Bahaya Makanan Minuman yang mengandung bahan yang dilarang dengan tujuan meningkatkan pengetahuan kepada guru untuk diteruskan kepada anak sekolah tentang makanan yang aman dan bermutu, sehingga makanan yang dijual di sekolah adalah makanan yang aman dan bermutu.

Data dari 3 kabupaten tersebut, 52 produk pangan yang disampling terdapat 31 yang memnuhi syarat dan sisanya TMS yakni mengandung Boraks, Rhodamin dan Formalin

Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013

Gambar 1.9.Pemetaan Jumlah Sarana Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Tahun 2013

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 98 Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013

Gambar 1.9.Pemetaan Jumlah Sarana Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Tahun 2013

Terdapat kenaikan capaian indikator dari tahun 2011 PIRT yang tidak menggunakan bahan berbahaya dalam makanan 65 % sedang tahun 2012 PIRT yang tidak menggunakan bahan berbahaya dalam makanan 68 %

c.7. Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa Kabupaten/kota menerapkan sistem pelaporan narkotika-psikotropika sebesar 79% hal ini didukung pada kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza).

Upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza) antara lain berupa :

1. Petugas dari 38 Kab/Kota se Jawa Timur masing-masing 2 orang petugas diundang pada Pertemuan Review dan Bindalwas Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika. Pertemuan selain disosialisasikan pengembangan SIPNAP terbaru juga dilakukan review kegiatan penerapan software Obat Narkotika dan Psikotropika SIPNAP di Kabupaten/Kota. Selain itu juga memberikan pembinaan kepada petugas Kabupaten/Kota melalui pembekalan materi tentang Software SIPNAP dalam upaya melakukan

Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 99 pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pelaporan Narkotika dan Psikotropika yang dilaksanakan di tingkat Kabupaten/Kota.

2. Terhadap 15 kabupaten/kota dilakukan monitoring Penerapan Software SIPNAP Online yaitu Kab Blitar, Kota Blitar, kota Malang, Kab Malang, Kab sampan, Kab Pamekasan, Kota Kediri, Kab Kediri, Kab pasuruan, Kota Pasuruan, Kota Madiun, Kab Madiun, Kab Sidoarjo, Kab Gresik, Kota Surabaya menjadi sasaran Monitoring Penerapan Software SIPNAP Online di Kabupaten/Kota.

 Pada aplikasi SIPNAP, sebagian Kabupaten/Kota belum mendapatkan password dan username meski sudah mendaftar

 Bagi yang sudah mendapatkan password dan username ada kendala dalam upload laporan karena kapasitas server tidak mencukupi dan Binfar Kemenkes RI sedang menambah kapasitas.

3. 25 Petugas dari RS , Dinas Kesehatan Kabupaten kota dan Apoteker Puskesmas mendapatkan fasilitasi tentang Pengelolaan Logistik Metadon di RS dan Puskesmas PTRM dengan tujuan untuk meningkatkan Pengetahuan petugas dalam pengelolaan Metadon di Puskesmas dan Rumah Sakit. Pengelolaan Metadon dalam menunjang PTRM (Program /Poli Terapi

Dalam dokumen BAB III AKUNTABILITAS KINERJA (Halaman 52-75)

Dokumen terkait